Disisi lain tampak Fredrick tengah berada di salah satu gudang senjata miliknya untuk dikirimkan kepada pembeli nya. "Kau tampak berbeda, ada sesuatu? Biar ku tebak? Wanita mana yang membuat mu begini?"
"Hhmm?" Fredrick hanya menjawab seperti itu sambil wajahnya menatap arah lain.
"Kalangan mana? Entertainment lagi?" Fredrick belum juga menoleh membuat pria yang sepertinya temannya itu tak menyerah begitu saja.
"Aaaa, atau tak jauh dari gadis itu? Bukan, aku rasa wanita. Karena kau sudah....." Fredrick langsung memalingkan wajahnya menatap pria itu dengan tatapan berbeda.
"Jangan menyebut nya.... Ja...ngan!" Ujar Fredrick dengan mata yang membola.
"Ok, tenang aku belum sampai ke tahap sana. Kau cepat sekali meledak. Tenang Fred."
"Jangan mencoba mengusiknya."
"Ok, dia mainan baru mu. Aku mengerti."
"Lupakan itu, bagaimana persiapan pengantarannya? Aku tidak mau ada masalah."
"Tenang saja, sudah ku atur dengan baik. Beres saja." Tampak asap membumbung dari saluran pernapasan pria itu.
"Join?" Fredrick hanya melihat rokok yang ditawarkan pada temannya.
"Tidak."
"Baiklah, jadi bagaimana kelanjutannya? Aku katakan saja bung.... Aku harap tidak kejadian seperti sebelumnya. Itu sangat membahayakan, kau tau kita tengah menjadi buruan saat ini."
"Aku tidak sebodoh itu. Aku bisa, kau urus saja yang aku perintahkan. Selesai!"
"Ok. Aku hanya mengingatkan saja. Orang-orang seperti kita belum bisa melanjutkan kehidupan berumah tangga dengan tenang. Kecuali kau menikahi wanita yang cacat. Tidak punya telinga atau mata." Keduanya saling bertatapan dengan nyalang dan tak lama.
"Aku pergi!" Fredrick melangkahkan kakinya keluar dari gedung itu menuju kediamannya.
"Pulang langsung Tuan?" Tanya sang supir merangkap ajudan.
"Ya, aku ingin bertemu dengan wanita baru ku."
"Baik Tuan."
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
Setelah menemukan cincin milik adiknya, Shasa mencari tau ruangan lainnya yang mungkin akan memberikan petunjuk lebih lanjut. Tapi tampaknya Fredrick bukanlah orang yang ceroboh untuk meletakkan sesuatu.
Istana besar itu tidak banyak memberikan petunjuk bagi Shasa. "Pasti ada sesuatu. Pintu rahasia atau apapun itu!" Shasa mengotak ngatik kemungkinan benda yang biasanya dijadikan kunci membuka ruangan khusus atau rahasia.
Menggunakan barang-barang telah Shasa tes, tapi tidak ada. Hingga dia menempelkan telinganya sambil mengetuk deretan dinding yang ada di kamar Fredrick.
"Tidak juga! Siiial! Apa kira-kira? Atau memang tidak ada di kamarnya? Tapi di ruangan lain?"
Ketika Shasa merebahkan tubuhnya, matanya bertatapan dengan sebuah lukisan zaman Romawi. Terlihat gambar sepasang pria dan wanita yang saling memandang satu sama lain. Tapi jika Shasa perhatikan ada sebuah pantulan dari mata sang wanita.
Shasa langsung mendekat dan menyentuh sosok wanita di lukisan itu dan tak lama lukisan itu tampak membuka seperti pintu dan terlihat ada sebuah kotak seukuran brangkas dengan kode 8 digit disana.
"Kode? Aku tidak tau. Kalau aku coba belum tentu berhasil....."
"Ayo kita coba tanggal kelahirannya meskipun itu tidak mungkin. Itu sangat gampang." Dan benar, kode itu berwarna merah karena salah.
"Aku perlu petunjuk!" Shasa merasakan langkah kaki yang menuju ke arahnya dan secepat mungkin Shasa menutup lukisan itu kembali seperti semula.
"Apa yang kau lakukan?"
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
"Bagaimana?" tanya seorang pria dengan kacamata yang sudah bertumpu pada dagunya sejak tadi sambil menunggu sesuatu.
"Belum ada Sir." Jawaban pria muda itu sungguh tak memuaskan keinginan tahuannya.
"Sir, aku yakin dia akan baik-baik saja."
"Entahlah, dia memasuki istana sosok berbahaya. Tanpa alat, hanya mengandalkan pikirannya. Utus agen D1, kita tidak bisa membiarkan dia menyelesaikan misi ini sendiri."
"Baik Sir!"
Bersambung.....
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments