Panggilan Khusus

Pintu dibuka dengan kasar oleh para anak buah Paulo dengan tubuh besar itu. Manik mereka langsung membola melihat sosok tuan mereka yang telah bersimbah cairan merah dengan keadaan yang tidak baik dilihat. Belum lagi ruangan yang dikelilingi oleh pecahan kaca dan bebek barang yang terlihat rusak.

"Tuan!" Mereka langsung serentak mengangkat tubuh mereka.

"Ayo bantu aku!" Salah seorang bodyguard meneriaki yang lainnya untuk membantu menyingkirkan guci yang menimpa tubuh sosok cantik yang ikut dialiri cairan merah.

Beberapa bodyguard langsung melangkah cepat menuju orang yang telah menembakkan peluru ke arah Tuan mereka. Mobil dengan kecepatan tinggi langsung membelah jalanan dengan membawa kedua sosok yang terluka parah.

"Dokter!" Pria dengan jubah putih langsung mendekati pasien yang membutuhkan nya.

Beberapa saat berlalu, tampak dari ruangan berbeda ada sosok yang terbaring dengan infus dan juga perban yang menutupi beberapa luka di tubuhnya. "Pasien mengalami luka yang cukup serius, untung saja terluka di bagian lain. Kalau mengenai organ vital, maka akan bernasib lain." 

"Astaga! Untung saja dia tidak mati! Kalau tidak, habis aku.... entah bagaimana nasib Tuan Paulo sekarang. Kepala ku jadi pusing!"Merasakannya kepalanya berdenyut-denyut, dia memilih pergi meninggalkan ruangan perawatan itu.

Mata yang tertutup itu langsung terbuka dengan cepat dan tak lama terlihat briefing. Bibir tipis itu langsung mencetak senyuman meskipun luka di tubuhnya tengah menjalar.

"Aku tidak akan mati. Jadi tenang saja.... Selama para penjahat itu hidup aku tidak akan pernah mati." Shasa melihat tubuhnya yang dihuni oleh luka tapi tubuhnya seolah tidak merasakan sakit.

"Aku tidak peduli meksipun harus merasakan luka yang mendera. Asalkan para penjahat itu tiada!" Ujar Shasa berapi-api.

Tragedi yang menimpa Shasa langsung menyebar dan membuat sutradara yang menaunginya langsung berusaha menyembuhkan luka yang diderita oleh mesin uang tambahannya.

"Lakukan apapun dokter! Aku ingin luka di tubuhnya hilang."

"Baik, kami akan segera melakukan perawatan yang terbaik."

Sutradara itu langsung masuk untuk melihat keadaan Shasa.  " Ikuti arahan dokter, kau harus sembuh. Kau akan segera melanjutkan syuting film yang tertunda. Ini adalah gerbang pertama mu, mengerti?" Shasa hanya mengangguk dengan hati yang memberontak.

'Gerbang pertama huh? Tepatnya adalah gerbang penghasil uang mu. Dasar tua bangka!' 

"Bagus! Aku akan segera ke pemakaman Tuan Paulo. Dia tiada karena luka tembak di tubuhnya." Wajah Shasa terlihat sedih dan air matanya ikut turun agar lebih meyakinkan, tapi hatinya malah bahagia karena kematian pria yang telah menjamah tubuh adiknya.

'Ya, pergilah! Karena kau juga akan melihat kematian yang lainnya nanti dan juga menghadiri upacara pemakaman mereka.'

Shasa berdiam diri di apartemen nya, dia melakukan perawatan untuk lukanya. Tapi bukan dari dokter, bukannya apa-apa tapi Shasa sudah memiliki ramuan sendiri, apalagi dengan luka seperti ini.

"Aku terlalu bersemangat hingga melebihi luka sebelumnya." Ujar Shasa sambil menatap luka yang terpampang jelas di kaca yang memperlihatkan tubuhnya.

Ditengah pengobatan itu, ada notifikasi dari ponselnya yang membuat dirinya langsung mengangkat panggilan.

"Aku dengar dara lincah ini sayapnya terluka, bagaimana keadaan mu?"

"Kau akhirnya menghubungi ku, ada apa? Aku tidak akan melakukan misi sekarang. Karena ada hal yang sangat penting dari itu! Aku yakin organisasi tidak kekurangan agen bukan?" Ucap Shasa sambil memandangi jendela.

"Lihatlah datanya dulu, aku yakin kau akan tertarik! Aku tidak mempermasalahkan mengenai misi balas dendam mu. Semoga cepat sembuh!" Setelah itu, panggilan langsung mati membuat Shasa memikirkan sesuatu.

Bersambung.....

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***