Zara membuatnya malu sendiri dengan perkataannya, sedangkan irsyad tersenyum mendengarkan zara
"Iyakan pa? Zara melirik kearah Irsyad dengan memberikan kode
"I-iya dong sayang" ucap Irsyad
Blush
Pipi zara memerah, ia tidak menyangka respon Irsyad menggunakan kata sayang. Malu sungguh malu yang dirasakan oleh zara
"lucu sekali, ya ampun bisa gila aku memandang zara"batin irsyad
Nenek itu terus saja memperhatikan mereka seperti mencari kebenaran, Irsyad yang merasa dicurigai oleh nenek Dona itu, terpaksa membuatnya untuk meneruskan sandiwara
"Biarin aja deh, sekalian kerjain zara" batin Irsyad
"Sayang, rencana mau punya anak berapa? Melirik kearah zara dengan mata yang sudah membulat
"Sepertinya aku salah dalam memilih kata, awas aja nih orang" batin zara
"Sayang kok diam aja, aku tau kok aku ini tampan tapi jaga dulu pandangannya, nanti setelah halal kamu boleh pandang aku sepuasnya" ucap Irsyad
"Astagfirullah, kok jadi menerawang jauh gini sih" ucap batinnya lagi
"Sayang?"
"eh I-ya pa, seberapa dikasih Allah" ucap zara
"Hmm, iya. Tapi kalau aku yang, maunya 12 deh yang biar ramai" ucap irsyad dengan santai
"Wah! awas aja nih pak Irsyad, sudah ditolong juga malah jebak aku lagi. Apa katanya tadi 12" batin zara sudah keringat dingin
"Mulut pak Irsyad sepertinya perlu aku hecting deh( jahit)" gumam zara
"iya. Aduh, udah dong ini privasi kita aja ya pa" putus zara sudah tidak tahan dengan situasi ini
"Ekhmm, bagaimana Dona, sudah percayakan? tanya Zara nenek itu mengangguk
"Yah, yaudah deh. Gak jadi sama pangerannya dong" ucap nenek
"Zara doakan nenek segera bertemu dengan pangeran nenek'
"Heh, dibilangin juga DO...NA"
"Hahahaha, iya maaf dona primadona sejagat raya deh" canda zara membuat nenek itu bahagia
"Yaudah, dona pergi dulu ya mau makan"
"Iya dona, dah..." zara melambaikan tangannya
" Huff" zara bernafas lega
"Bapak tuh ya, kenapa menjebak saya. Saya kan sudah bantu bapak" marah zara tapi tidak terlihat seperti marah, malah membuat Irsyad suka melihatnya.
"Jadi kamu tidak ikhlas membantu saya" ucap dingin irsyad
"jangan bicara ikhlas atau tidak. Saya itu ikhlas kok, cuman bapak ini mengesalkan" ucap zara
"Saya harus begitu tadi karna kalau tidak, dia bisa kejar saya lagi" ucap Irsyad
"Tapi tidak gitu juga dong pak, pembahasan bapak itu buat saya merinding" ucap zara Irsyad yang mendengarnya tersenyum
"Kalau begitu saya biarin aja bapak sama nenek tadi itu, biar nikah sekalian sama dia" gumam zara
"Enak aja, saya sudah ada calon. Kan katanya calon bapak dari anak-anak kita nantinya" ucap Irsyad dengan santai
Zara yang mendengar ucap Irsyad menjadi gugup dan malu.
"Kenapa bapak tersenyum seperti itu, jangan seperti itu pak, mirip zombie" ucap zara
"Tidak, saya tidak tersenyum" bela irsyad
"Apa kamu bilang mirip zombie, kamu itu ya belum jadi istri sudah banyak mengatai saya " ucap Irsyad
"Kan belum pak. Yaudah maaf pak saya tidak sengaja" ucap zara dengan santai
"Hmm" deheman Irsyad
"Sudah aman kan pak?, kalau gitu saya mau pulang dulu ya pak. Assalamu'alaikum" ucap zara meninggalkan Irsyad
"Wa'alaikumussalam" jawab Irsyad
"Tadi zara bilang saya dipanggil bapak karna calon dari anak-anak kami. Aakhhh" batin Irsyad
Karna ucapan zara yang menolongnya dari nenek itu membuat Irsyad terus tersenyum disepanjang jalan, dan terus mengikuti langkah pujaan hatinya. Zara merasa ada yang mengikutinya, melihat arah kebelakang
"Loh, bapak ngapain ikutin saya?" tanya zara
"Saya tidak ikuti kamu. Saya juga mau pulang, sebelum itu mau berpamitan dulu dengan ustadz Amir" ucap Irsyad kembali melangkah
"Emang sedekat itu dengan ustadz Amir" batin zara
"Nak Irsyad sudah mau pulang?" Ucap ustadz
"Iya ustadz, masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan"
"Nak zara, juga sudah mau pulang nak?" tanya ummi kalsum memeluk zara
Intens Irsyad tidak terlepas untuk memperhatikan kedekatan zara dengan istri ustadz nya
"Iya ummi, zara mau pulang dulu ya mi" ucap zara
"Cepat sekali pulangnya, menginap saja lah nak" ucap ummi
"Lain kali ya ummi" ucap zara
"Iya deh. Oh iya terimakasih ya udah mau bantu acara ummi, buat mengisi acara" ucap ummi
"Iya ummi, malahan zara senang diberi kepercayaan sama ummi dengan ustadz"
"Kalau gitu zara pulang dulu ya ummi, ustadz. Assalamu'alaikum" pamit zara
"Nak Irsyad, suka sama zara? Ucap ustadz yang dari tadi memperhatikan Irsyad melihat zara
"Ha? Ustadz bisa saja" Irsyad tersenyum kikuk
"Nak Irsyad kalau suka sama zara, ustadz harap gerak cepat ya nak" ucap ustadz amir
"Soalnya banyak yang ngantri" ucap ustadz dengan tertawa
"Assalamu'alaikum pak ustadz" ucap ahmad yang telah ada dihadapan ustadz dan bersalaman
"Wa'alaikumussalam nak ahmad" ucap ustadz ahmad
"Eh ngapain kamu masih disini?" tanya ahmad pada Irsyad
"Ya terserah saya, emang ada masalah saya disini?" ucap Irsyad
"Ahmad, nak Irsyad ini anak santri paman sewaktu ia mondok, dan sekarang ia donatur di pesantren tempatmu mengajar" jelas ustadz amir
"Terus kalian ini kenapa? sinis begitu ada masalah?" tanya ummi kalsum
"Tidak ada ummi. Oh iya ummi yang tadi pengisi acara pembacaan ayat suci Al-Qur'an ummi kenal dekat ya? tanya ahmad
"Oh iya, ummi kenal dekat malah dengan zara, emang kenapa? tanya ummi
"Oh tidak ummi, boleh dong ummi kenalin dengan ahmad siapa tau jodoh" menatap kearah irsyad
Ahmad belum sepenuhnya percaya jika Irsyad itu adalah calon suami zara, karna ia melihat mereka tidak seperti pasangan pada umumnya.
"Kamu kenapa mad, kamu naksir sama zara?" tanya ummi kalsum
"Sepertinya ummi, ahmad jatuh cinta dari lantunan turun kehati" ucap ahmad
Membuat semua terkekeh. kecuali irsyad, ia memutar bola matanya. Ustadz amir yang melihat Irsyad, mengetahui bahwa Irsyad tidak suka mendengar ucapan ahmad.
"Kalau jodoh tidak akan kemana, terus berjuang nak!" Bisik ustadz amir
Entah mengapa ia mendukung Irsyad bersama zara padahal ahmad adalah keluarganya.
"Iya ustadz, siap dilaksanakan" jawab Irsyad memberikan hormat, membuat ustadz terkekeh
"Kalau gitu saya pamit dulu ustadz, ummi. Assalamu'alaikum" ucap Irsyad
Saat Irsyad bersalaman dengan Ahmad mereka saling memandang dan bertatap dengan tatapan yang sulit ditebak. Ahmad mendekat ditelinga Irsyad untuk berbicara.
"Saya tidak yakin zara calonmu, sebelum akad itu terucap dan masih calon. masih ada jalan untuk memilikinya" ucap ahmad membuat Irsyad mengepalkan tangannya
"Insyaallah, nanti saat acaranya saya undang anda untuk menjadi tamu undangan di acara kami" ucap Irsyad dengan tenang tapi terkesan dingin
"permisi semuanya, Assalamu'alaikum" ucap Irsyad
"Iya nak, hati-hati. Wa'alaikumussalam" ucap mereka
Keluarga Herman tengah berkumpul diruang tamu, suasana menjadi ramai kerena mendengar celotehan ara.
"Papa, tadi Tante ondel-ondel datang kesini loh?" Ucap Ara
"Ondel-ondel? Siapa ara?"Bingung Irsyad
"Siapa ya ara lupa namanya? Siapa umi?"tanya ara pada anisa
"Aduh, kamu ini ya kenapa rubah nama tante bella jadi ondel-ondel, kemarin nenek lampir. Nggak boleh gitu Ara" menasihati anaknya
"Iya ummi, memang tante itu mirip ondel-ondel kalau pagi atau siang tapi kalau malam mirip nenek lampir" ucap ara
Sementara semua tertawa mendengar Ara berbicara. Memang benar yang dikatakan jika ingin mendengar kalimat kejujuran tanyakan pada anak kecil, mereka akan menjawab seadanya dengan yang ia lihat.
"Kenapa begitu ara?"tanya Irsyad
"Karna karna muka nya seperti ditempel topeng pa, terus dia jalan seperti ondel-ondel begini" ara memperagakan jalan Bella yang mirip jalan ondel-ondel
"Terus, terus kalau malam mirip nenek lampir kenapa? tanya sarah
"Karena tiba tiba muncul, terus suaranya menyeramkan oma" jawab ara
Membuat semua tertawa mendengar ara mengeluarkan argumennya.
"Asyad, papa tadi dapat telpon, kakek lagi dirumah sakit syad, mama dengan papa harus pergi besok ke singapure"
"Kok bisa pah? tanya irsyad
"Kakek kamu sakit, dan dia sangat membutuhkan transfusi darah, membutuhkan 3 kantong. Sementara yang tersedia itu baru 2. Golongan darah papa sama dengan kakek,jadi itulah insyaallah besok kami akan segera pergi" ucap papa
"Kalau gitu asyad ikut ya pa" ucap Irsyad
"Sebaiknya jangan dulu ya syad, kak Anisa kamu lagi hamil besar nggak bisa pergi juga suaminya juga belum dapat pulang karna masih bertugas"
"Iya syad. Jadi kamu tolong lihatin kakak kamu ya syad, kehamilan nya tinggal menunggu hari" ucap mama
"Iya mah" Irsyad mengangguk
Sementara dikamar, wanita cantik sedang melamun di balkon kamarnya semilir angin menerpanya menatap kedepan dengan sangat dalam memikirkan sesuatu.
"Apa pilihanku ini tepat menikah dengan pak Irsyad?" zara berbicara sendiri
zara membayangkan awal pertemuannya dan Irsyad yang tidak baik dan sampai tadi siang pun masih dengan sikap yang sama.
"Mungkinkah, kami bisa bersatu jika bertemu saja selalu buat darahku mendidih, menakutkan" ucapnya lagi
...----------------...
Terimakasih telah mampir🫶
📌 jangan lupa like, komentar dan vote nya ya, karna dukungan kalian sangat berarti bagi author buat semangat lanjutin part selanjutnya.
Salam manis🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Al Vian
lanjut Thor
2023-11-07
0