Di mobilnya Reyhan menyeringai senang.
"Meringkuk lah di situ beberapa jam lagi pak Pak kiai. Giliranku bersama Maryam sore ini" Sengaja di lewatinya Firdaus.
Pak Kiai satu ini, benar benar telah merusak rencananya. Setelah Arnold wafat, Reyhan memang telah merencanakan untuk muncul di depan Yuniar saat masa idah nya selesai. Dia santai, karena dia tahu tidak ada pesaing. Tidak pernah di dilihatnya Maryam dekat dengan laki laki
Siapa sangka ,tahu tahu Yuniar sudah dinikahi kiai satu ini.
" Te May...." Marisa langsung menghambur ke pelukan Maryam, begitu mereka sampai di pintu ruang keluarga pak Kiai.
"Marisa cantik, ayo masuk dulu."
" Tante sudah buatkan puding susu buah kesukaanmu '
" Te May memang the best.!" Marisa mencium Maryam.
Paman dan Bulek keluar menyambut .
"Terimakasih Nak Reyhan, sudah mengantar anak anak., mari masuk dulu." Bu lek mempersilakan Rayhan masuk dengan ramah.
"Silakan dicicipi pudingnya." kata Bu lek lagi , setelah Maryam menghidangkan puding, minuman dan beberapa makanan kecil lain nya di meja.
Sudah menjadi kebiasaan, sepulang sekolah anak anak Maryam akan makan kudapan buatan Maryam bersama pak Kiai, Bulek dan Paman. Menjelang Maghrib, barulah mereka makan malam, karena setelah Maghrib sampai Isya mereka akan berada di Masjid untuk beribadah dan tidak makan makanan berat lagi. Perkecualian bila ada acara, seperti saat Walimah tempo hari.
Dan karena masih ada Marisa dan Papanya. Anak anaknya pun menemani mereka berbincang sambil ikut makan cemilan.
"Hampir lupa, aku tadi diberi bebek panggang dan capcay dari salah seorang kolega, di rumah pasti tak ada yang makan, Kita makan rame rame disini aja Ya?". Rayhan mengerling ke arah anak anak. Tentu saja langsung di jawab anggukan senang dan acungan jempol dari ke tiga anak remaja itu. "
Maryam melongo.
Rencananya, Maryam hanya menawari Rayhan dan Marisa mampir untuk menikmati kudapan sebagai tanda terimakasih. Tapi tidak untuk makan malam.
Bagaimana pun Maryam, masih ingat pesan pak Kiai untuk tidak terlalu dekat dengan Rayhan.
"Bisa bantu aku menurunkannya dari mobil May, soalnya ada buah buahan juga?." kata Reyhan setelah beberapa lama.
Maryam makin bingung. Bukankah itu artinya mereka akan berjalan berdua saja? Dan Reyhan parkir di dekat pintu masuk Pondok , itu artinya lumayan juga mereka harus berjalan berdua. Apa yang harus dikatakan nya pada pak Kiai nanti, kalau suaminya itu pulang. Apalagi bila saat sedang berjalan, bertepatan dengan Pak Kiai datang.
Aduh,
Maryam benar benar tak tahu harus menjawab apa.
"Jangan terlalu dekat di depan mata saya,'" kata kata pak Kiai masih terngiang ngiang di benak Maryam.
" Yaser atau Hamam, bantu om Rayhan menurunkan makanan ya...." Maryam akhirnya mendapat ide cemerlang.
" Ih, Tante! Bang Hamam dan Bang Yaser kan baru pulang sekolah. Capek dan laper kale!" Tak disangka Marisa langsung protes seolah membela Hamam dan Yaser.
"Ini juga kami lagi ganjel perut. Pingin ma em nich Tante! Sama bebek panggang." Marisa masih merajuk dengan bahasa campur campurnya. Maem artinya makan dalam bahasa Jawa gaul. Biasanya kosa kata ini digunakan anak anak. Bahasa Jawa memiliki kasta. Jadi berbeda saat kita berbicara pada yang lebih tua, dan untuk membahasakan diri sendiri.
Senyum Rayhan langsung mengembang mendengar Marisa merajuk. Maryam tahu sudut mata Reyhan melayangkan jempol ke arah anak gadisnya.
Dasar , Bapak dan anak ini kompak banget.
Maryam hendak bersuara lagi tapi Marisa melanjutkan orasinya.
" Tante juga pernah bilang kan, kita musti memuliakan tamu. Naa....Marisa dan Papa lagi jadi tamu nich. Dimuliakan donk. Turuti keinginan tamunya.'
Idih, ini anak, rasanya Maryam ingin mencubit bibirnya yang terus ber orasi. Bisa bisanya dia menggunakan kata katanya menjadi senjata makan tuan.
"Tamunya juga bawa kesukaan Tante loh, capcay kuah pedes. Masa Te May gak balik memuliakan tamunya."
Haduh. ..
Akhirnya Maryam menyerah. Apalagi Bulek juga tampak menyetujuinya.
Maryam pun keluar bersama Reyhan.
Jantung Maryam terus berdegup kencang, bukan karena Rayhan tapi kuatir pak Kiai mendadak sampai di rumah.
Disepanjang jalan , Rayhan mulai melancarkan aksinya.
Meski tak saling bersentuhan, namun berjalan beriringan seperti ini membuat mereka kembali dekat.
" Kenapa kamu masih selalu cantik sich May? " Rayhan mulai merayunya.
Maryam pura pura tak mendengar.
"Aku selalu berkhayal, andai kita bisa menjadi keluarga yang sebenarnya. Kamu, Aku, Marisa, Hamam dan Yaser."
Maryam masih diam.
Jujur , dulu pernah terbersit juga hal ini. Apalagi di saat saat Maryam dan Arnold mengalami krisis.
Namanya rumah tangga. Tentu tak selalu mulus kan? Alhamdulillah, itu selalu bisa di tepis Maryam. Hingga dia bisa menemani Arnold sampai maut lah yang memisahkan mereka.
"Kau tahu Mei? sebenarnya saat ini aku sudah siap mewujudkan itu. Tapi lagi lagi aku terlambat. Aku sudah menunggumu terlalu lama. Tapi kita masih ada kesempatan May." Rayhan berbicara sambil terus menatap ke depan. Maryam pun demikian. Berbincang dengan model seperti ini, sudah biasa mereka lakukan.
Maklum, kisah cinta mereka tak mendapat restu. Jadi segala cara mereka lakukan agar tetap terlihat biasa di depan umum, meski sebenarnya dalam..,
Kasihan ya?
" Bercerailah dari pak Kiai. Aku akan mewujudkan mimpi kita ."
Maryam kaget. Semakin lama Reyhan semakin tak masuk akal.
" Aku tak kan mau bertemu lagi dengan mu kalau kau masih ingin membahas ini. Aku istri pak Kiai , Ray. Dan aku sudah mendapatkan semua mimpiku." Maryam langsung menyahut kesal. Mencoba menghentikan Rayhan yang masih saja terbelenggu masa lalu mereka.
" Bukan hanya mimpi kita, May, tapi juga mimpi Arnold. Dia ingin Hamam dan Yaser menjadi pengusaha sukses kan? Aku bisa mewujudkannya."
"Kita sudah sampai Ray." Maryam berhenti melangkah di depan mobil Rayhan.
" Ah iya." Rayhan merogoh kantong celana dan mengambil kuncinya.
" Kenapa cepat sekali sich kita sampai disini?" Rayhan membuka pintu mobilnya sambil terus menggerutu.
Dikeluarkannya, dua kotak besar bertuliskan "Bebek panggang Haji....' yang cukup terkenal di kota ini, dan dua kotak juga bertuliskan "Cap Cay Pak.....". Yang juga cukup terkenal dengan rasa dan harganya yang cukup lumayan.
Dua kotak bebek di serahkan pada Maryam. Satu keranjang buah Impor yang tidak ada di kebun pak Kiai di letakan Rayhan di bawah mobil.
Setelah menutup dan mengunci mobilnya, Rayhan menenteng buah dan dua kotak capcay.
Dua orang santri yang akan bertugas membersihkan pendopo melihat mereka kerepotan segera mendekat.
" Ada yang bisa kami bantu Bu Nyai?" tanya mereka sopan.
"Tidak perlu! cuma sedikit koq." Rayhan yang menyahut.
"Tak apalah kalau tidak merepotkan." Maryam langsung menyerahkan bawaannya pada salah satu santri.
Terpaksa Rayhan pun menyerahkan keranjang buah yang dibawanya pada santri yang lain.
Dan Rayhan pun tak bisa melancarkan aksinya lagi...ha..ha.ha..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Endang Wahyuni
update
2023-11-23
0
Aji
wah, seru ada k orang ke 3 juga di yang cewek
2023-11-19
0