Sampai di Pondok Pesantren wajah pak Kyai tetap masam.
Bahkan setelah sholat Isya selesai, Pak Kyai memilih duduk sendirian di pendopo.
Sikap pak Kyai pada Maryam pun ketus terus sepanjang sore hingga malam.
Duh.
Maryam bingung.
Apakah tadi dia terlalu berlebihan .
Rasanya tidak? Hanya soal gaji satu milyar saja yang agak keterlaluan.
Bukankah Maryam tahu, kalau itu tidak mungkin. Tapi masih juga pakai acara tanya, menandakan ia tertarik.
meski sejujurnya tertarik juga sich kalau itu benar...he..he..he...
Tapi itu seperti mengecilkan pak Kyai. Bukankah Maryam telah dicukupi? Jadi otomatis Maryam tidak perlu uang lagi. Semua mimpinya rasanya sudah terpenuhi dengan dinikahi pak Kyai. Kecuali, soal Aisyah.
Maryam pun merasa menyesal dengan kata kata dan sikapnya sore tadi.
Segera dia ke Dapur. Membuatkan coklat campur creamer kesukaan pak kyai, dan sepiring kacang rebus yang baru dimasaknya tadi.
" Coklat creamer nya , silakan diminum pak Kyai."
Maryam meletakan minuman dan kacang rebus di kursi panjang tempat pak Kyai duduk.
Pak Kyai hanya memandangnya sekilas dan tak berkata apa apa.
"Pak Kyai masih marah sama saya ya?" Pancing Maryam sambil duduk di samping pak Kyai.
"Siapa yang marah?"
"Itu ! wajah pak Kyai kelihatan." Maryam menunjuk dengan kerlingan matanya.
" Sedekat apa kalian dulu ?" akhirnya pak Kyai to the point.
" yaa. ..biasa saja pak Kyai, saya bekerja dengan Rayhan."
"Tuch, tanpa ada embel embel Pak. Bukannya orang kerja biasanya memanggil Pak pada atasannya." potong pak Kyai jutek.
Maryam merah padam
" Sudah terbiasa dari dulu pak Kyai. Kami berteman sebelum saya menikah dengan mas Arnold." Maryam gelapan , namun tetap menjelaskan.
"Sebelum dengan pak Arnold, Nyai punya hubungan khusus dengan pak Reyhan?"
Tak disangka, pak Kya menanyakan hal yang sensitif.
Maryam bingung harus menjawab apa. Wajah pak Kyai masih teduh menunggu.
Akhirnya Maryam memutuskan untuk berterus terang. Suami istri sebaiknya saling jujur, tidak ada yang di tutup tutupi. Andai pun ada Aib di masa lalu yang telah ditutupi Alloh, tidak perlu di beritahukan lagi Namun bila suami menanyakannya, sebaiknya dijawab dengan jujur , agar terhindar dari fitnah dan kesalah pahaman.
"Saya dan Reyhan dulu pernah saling suka pak Kyai." jawab Maryam pelan.
" Saling cinta dan berpacaran?"
Terpaksa Maryam mengangguk.
"Lalu mengapa menikah dengan pak Arnold kalau Nyai cinta pak Rayhan,,?"
"Orang tua Rayhan tidak setuju. Saya bukan dari strata yang sama dengan mereka, jadi mereka menjodohkan Reyhan dengan Gabriela, ibunya Marisa." sahut Maryam getir.
"Sepertinya tadi, Marisa menganggap Nyai Ibunya. Lalu kemana Ibunya?" Tanya pak Kyai ingin tahu.
"Ibunya wafat saat Marisa masih kecil."
" Oh..." Pak Kyai mengangguk angguk.
"Sampai sekarang pak Rayhan belum menikah lagi?"
"Setahu saya belum."
Pak Kyai menghela nafas.
"Nyai masih mencintainya?"
Maryam kaget . Tak menyangka pak Kyai akan bertanya sejauh itu.
"Sejak saya menikah dengan Mas Arnold, perasaan itu sudah saya kubur pak Kyai. Kami dekat hanya sebatas hubungan atasan dan bawahan , juga karena Marisa, putrinya " jawab Maryam meyakinkan.
" Baiklah. Saya mengerti Nyai." akhirnya pak Kya berkata lembut. Disandarkannya kepala Maryam di bahunya.
Maryam merasa sangat nyaman.
"Dalam berumah tangga, yang terutama di bina adalah kepercayaan. Saya percaya Nyai. Saya harap Nyai bisa menjaga kepercayaan saya." Pak Kyai berkata sambil membelai rambut Maryam yang tertutup kerudung.
"Saya juga manusia biasa Nyai, jadi tolong jaga perasaan saya. Jangan terlalu dekat di depan mata saya." kata pak Kyai sambil masih membelai rambut Maryam.
Jantung Maryam langsung berdegup. Dia makin merasa bersalah.
" Maafkan sikap saya tadi pak Kyai."
" Tidak apa apa. Aku bisa memakluminya. Bagaimanapun , kalian baru saja bertemu setelah terpisah beberapa tahun."
"Trimakasih pak Kyai."
Rembulan mengintip di celah dedaunan. Tersenyum malu malu.
"Andai tak ada kejadian itu, saat ini mungkin pak Rayhan yang akan melamar Nyai,kan?" Pak Kyai berkata lembut.
"Ih, Pak Kyai!" Maryam mencubit pinggang suaminya.
Pak Kyai langsung mengambil tangan kecilnya dan menguncinya, agar tak bertingkah lagi.
"Bukan tidak mungkin kan? Pak Rayhan duda dan Nyai Janda. Kalian berdua saling cinta." goda pak Kyai lagi.
" Tapi saya bahagia dengan pak Kyai." Maryam balas menggodanya dengan menduselkan kepalanya di ceruk leher pak Kyai.
"Nyai pintar sekali menghibur saya." Pak Kyai memencet ujung hidung Maryam dengan gemas.
Dan seperti sebelumnya, Tak lama keduanya pindah ke peraduan.
Esok hari nya, selepas duhur dan makan siang.
Pak Kyai bersiap siap keluar.
" Setelah ketemu pak Dahlan, saya sekalian cuci Mobil dan menjemput anak anak Nyai." Pamit Pak Kyai pada Maryam.
" Ya Pak Kyai." Maryam mengambil tangan suaminya dan menciumnya dengan lembut dan Taksim.
"Hati hati di jalan pak Kyai."
Pak Kyai mencium kening Maryam
"Paman, Bulek , Firdaus berangkat dulu.."
Kali ini gantian Firdaus yang mencium tangan Paman dan Bulek.
"Hati hati ya le."
Firdaus mengangguk dan melangkah keluar.
" Assalamu'alaikum...." pamit Firdaus.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh...." jawab yang di rumah serempak.
Keluar dari bengkel mobil, setelah tune up dan cuci mobil, Pak Kyai melaju ke sekolah Anak anak Maryam.
Tapi di tengah jalan.,...
Ups!
Ban mobil pak Kyai kempes, kempes sampai habis.
Segera pak Kyai turun dan memeriksa. Maksud hati akan mengganti dengan ban cadangan. Tapi kemana dongkraknya?
Bagasi, kolong kursi semua diperiksa. Tak terlihat benda yang dibutuhkan itu.
Kemana perginya si dongkrak. Rasanya , ia tak pernah menurunkannya.
Pak Kyai melihat arlojinya. Sebentar lagi ashar. Tak bisa menjemput anak anak. Apalagi jalan ini sepi. Hampir tak ada motor atau mobil lain yang melintas.
Pak Kyai segera menghubungi Maryam. Minta agar anak anak dijemput taxi online saja, karena akan lama, kalau menunggu pak Kyai mendapat bantuan pasang bannya.
Maryam, sedang hendak memesan taxi online, ketika notifikasi dari Yaser masuk menjawab pemberitahuannya kalau pak Kyai tak dapat menjemput.
" Om Rayhan akan mengantar kita pulang Ma. "
Oh, syukurlah.
Di tepi jalan sepi, Firdaus duduk menunggu, orang bengkel yang dikirim pak Dahlan untuk membantunya.
Sesekali Firdaus, memperhatikan jalanan...
Dan...dia seperti melihat Rayhan melintas. Kaca mobil depan terbuka, Entah.,rasanya Firdaus merasa Rayhan sedang mengejeknya.
Wajah yang terlihat jelas di kaca yang terbuka itu, seperti menyeringai meski tak melihat ke arahnya.
Firdaus segera chat Maryam. Apakah pesan taxi online untuk anak anak sudah dilakukan?
Betapa terkejutnya dia, saat diberitahu Maryam bahwa anak anak akan diantar Reyhan.
Jadi tadi yang melintas benar Rayhan.
Tapi mengapa dia seperti sengaja membuka kaca jendelanya?
Untuk apa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments