Suasana sejuk pondok pesantren di kaki Gunung tak mampu menyejuk kan hati Firdaus yang tengah campur aduk.
Dulu, dia memang pernah terpikat pada Maryam. Wanita itu unik dan menarik. Tapi istri orang. Karena itu Firdaus melepaskan perasaan suka di hatinya lalu memilih menyibuk kan diri dan melupakannya. Tidak mudah, karena sesekali ia selalu menyempatkan diri melihatnya dikejauhan. Sekitar memastikan kalau Maryam baik baik saja.
Sekarang, keadaan malah memaksanya untuk menikahinya. Jujur, hatinya yang terdalam mulai merasakan getaran itu lagi.
Tapi dia janda, Firdaus ! Anaknya dua. Sementara kamu masih muda dan tampan. Apa kata dunia?
Bagaimana pula menghadapi masyarakat desa ini? Kamu seorang Kyai, pewaris padepokan Kyai Sumari. Bu Nyai terdahulu, adalah kembang desa dan masih sangat muda. Selisih umur Umi dan Abimu hampir lima belas tahun bukan? Bukankah sebuah kemerosotan bila saat ini, Bu Nyai nya, seorang janda?
Bagaimana juga cara menghadapi Paman dan Bibimu? Mereka adalah pengganti orang tua yang menemanimu melamar Maryam kan? Apa kata beliau nanti?
Firdaus galau.
Mengambil air putih, dan meneguknya, setelah itu kembali melemparkan dirinya ke pembaringan.
Yang lebih parah adalah rumor yang beredar, bahwa Maryam senantiasa melawan Arnold. Hadeh.
Firdaus makin pusing.
Arnold yang keras seperti itu bisa kalah dengan si kecil Maryam? Lalu bagaimana dengan dia?
Firdaus bangkit dan keluar kamar.
Duduk di teras belakang dan memandang keindahan gunung dan sawah yang terbentang. Angin sepoi sepoi sedikit menghilangkan sesak di dadanya.
Sayup sayup, terdengar suara santri yang mengaji surah Al baqarah dan sampai ke ayat 216.
".............Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Astagfirullah hal adzim....., Firdaus tersentak. Memohon ampunan pada yang Maha Kuasa.
Ketetapan Alloh adalah yang terbaik. Bagaimana ia bisa menyangkalnya?
Ya ya , semuanya memang tampak crowded, tapi dia tidak bisa melepaskan diri bukan? Bukankah ini takdir? Pastilah ada kebaikan didalamnya.
Kebaikan yang jelas akan didapatnya adalah, Maryam akan jadi miliknya. Dua puluh empat jam akan bersamanya. Jadi tidak perlu lagi dia memandangnya di kejauhan seperti sekarang.
Firdaus tersenyum.
Apa kata orang tidak akan mempengaruhi kebahagiannya.
Sudah saatnya Ia belajar untuk mengabaikan "apa kata orang"
Tentang Paman dan Bibi, Firdaus akan meminta restunya. Bila mereka tak restu, itu tidak akan mempengaruhi langkahnya.
Lalu sikap "berontak" Maryam? Firdaus telah memutuskan bahwa wanita kecil itu tak kan bisa berbuat semaunya. Sejak awal, Maryam harus tahu siapa yang jadi Boss disini.
Berbekal itu Firdaus bangkit, bersiap untuk sholat dan menerima setoran hafalan santrinya.
Esok hari, ia akan ke pondok Paman di Jawa Timur.
"Ya Alloh, hamba ridho dengan apa yang Kau tetapkan untukku. Dan semoga Engkau pun ridho padaku," bisik hati Firdaus mantap
Sementara itu, di kamarnya.
Maryam tercenung. Uang tabungannya tinggal sedikit dan sampai saat ini ia masih belum punya pekerjaan ataupun usaha yang menghasilkan uang. Karena itulah dia ke Desa Wisata yang baru dibuka untuk mendapatkan kios. Siapa sangka , ia malah terperosok dalam masalah seperti ini.
Adakah pria ini bisa membawanya ke Surga dunia dan surga akhirat? Maryam meragukannya.
Tak dipungkiri Maryam memang ingin punya pendamping lagi, namun bukan brondong tampan. Dia dan anaknya lebih membutuhkan pria yang sanggup mengayomi dan menafkahi dengan baik.
Maryam memandangi langit langit kamarnya. Wajah brondong tadi, memang cukup mempesona, tapi bagaimana kalau dia pengacara, alias pengangguran tanpa acara?
Duh Pak Dahlan, bukannya Bapak tahu kami sedang kesulitan finansial? Bapaknya anak anak tidak meninggalkan harta, rumah ini juga hasil kerja bersama saat Maryam masih kerja diluar dulu. Itu pun, saat ini terancam terjual untuk biaya hidup . Maryam tak sanggup membayangkan itu semua.
Kemudian dia teringat bagaimana cara Bara memandangnya, adakah sahabatnya yang telah jadi pejabat desa ini bisa membantunya?
Tapi bagaimana dengan istrinya? Bila dia menghubungi Bara, pasti akan muncul masalah baru. Maryam juga tidak punya nomor telpon Bara. Kalau datang ke kelurahan dan mencari Bara, apakah malah tidak menimbulkan keonaran?
Maryam sakit kepala.
Pernikahan paksa ini juga telah ditetapkan. Sepertinya tidak mudah untuk dibatalkan.
Akhirnya Maryam hanya bisa pasrah. Ambil air wudhu dan sholat.
Ketetapan Alloh pastilah yang terbaik, Maryam menguatkan dirinya. Sama seperti saat suaminya wafat, ia pun menguatkan hatinya dengan keyakinan ini. Dan semuanya juga tidak buruk. Alloh memberinya kesehatan, dan kecukupan untuk memenuhi kebutuhannya, dan kebutuhan anak anaknya, meski tak ada lagi pencari nafkah.
Lalu apa yang harus ditakutkannya? Bukankah bila dia dinikahi akan ada pencari nafkah untuknya dan anak anaknya? Bila itu sudah keputusan Alloh, pastilah itu yang terbaik. Siapapun laki laki itu, dialah yang dikirim Alloh untuknya. Bisa jadi dia adalah jodok ke 2 nya.
"Ya Alloh, hamba Ridho pada apa yang Kau tetapkan untuk ku , dan semoga Engkau pun Ridho padaku," bisik hati Maryam mantap.
Bulan di langit makin meninggi. Cahayanya menyinari Bumi yang gelap. Malam ini, Bulan seolah ikut tersenyum dengan ketetapan hati mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments