Mendadak Bu Nyai
Taman Desa tampak ramai. Pengunjung , pedagang..dan owh...ada Pejabat juga. Ya ya, Taman ini memang baru dibuka dan mungkin hari ini peresmiannya. Tidak heran kalau suasana sangat riuh. Sempat dilihatnya tadi ada tenda peresmian dan beberapa tamu yang sudah memenuhi kursi.
Maryam melihat sekilas, dan melanjutkan melangkah.
Beberapa orang telah berada di panggung. Tak lama terdengar suara bedug di pukul dan tepuk tangan bergemuruh. Taman wisata telah resmi dibuka
Maryam tetap melangkah tergesa. Dia datang kesini bukan untuk melihat peresmian. Dia datang untuk mencari peruntungan mendapatkan kios untuk berjualan.
Jadi dia tidak tertarik dengan keriuhan dan tetap bergegas ke arah toilet.
Lho?
Koq ke Toilet?
He .he..he.., sebelum ke sekretariat desa wisata, tentu saja Maryam ingin merapihkan penampilannya, karena tadi dia datang naik ojek. Bisa dibayangkan angin dan panas menampar tubuhnya. Betapa porak poranda dandannya yang memang dari awal memang sudah porak poranda. He .he...
Tak di duga, diatas panggung , Pak Kades melihat kelebatnya.
"Astaga bukankah itu Madam Maria kecilnya ?" Seketika pak Kades terpana. "Mau kemana dia? Kan panggungnya disini?" Tanpa sadar pak Kades menyelinap menyusulnya. Ya, bagaimana mungkin dia melepas Madam Maria kecilnya? Gadis kecil yang dulu selalu menemani dan membelanya, yang selalu menangis untuknya, dan ketika remaja menjadi bunga bunga mimpinya. Sayangnya , strata sosial tak mengijinkan mereka bersama. Orang tuanya menginginkan menantu dengan strata sosial yang sama.
Dengan berat hati, Bara melepas Maryam. Setelah itu mereka tak pernah lagi berjumpa.
Lalu siang ini, dia menemukan lagi sosok kecil itu. Tentu saja....gas Ken lah .,..
Bu Kades yang jelita pun menatap curiga pergerakan suaminya, dan langsung menyusulnya.
Sungguh pemandangan yang sangat menggelikan. Sayang, semua orang sedang larut dalam keriuhan pesta.
Tak ada yang memperhatikan.
Pak Kades terus bergegas, bahkan tidak sadar kalau yang akan dimasukinya adalah Toilet,...
Madam Maria kecilnya tinggal beberapa langkah lagi. Tapi..
"Aaaah .." Maryam menjerit tertahan. Kakinya tersandung sesuatu dan nyaris terjerembab. Pak Kades di belakangnya siap meraih tubuhnya. Sayang kalah cepat. lelaki yang baru keluar dari kamar Mandi pria, berhasil menahan tubuh Maryam.
Lantai yang licin, membuat pertahanannya oleng dan menabrak pintu kamar mandi wanita yang langsung membuka dan membentur tembok bersama dirinya dan Maryam menempel di dadanya.
Sesaat suasana membeku.
"Astaga!" pekik Bu Kades dramatis. Dalam sekejab semua mata di sekitar toilet menoleh. Semua melihat pemandangan Maryam berada dalam pelukan lelaki di pintu kamar mandi wanita yang terbuka.
Sungguh pemandangan yang tak mengenakan.
Maryam segera sadar dan melepaskan diri dari pelukan pria asing di depannya. Pria itu pun jadi bisa bangkit dan merapihkan pakaiannya.
"Apa tidak ada tempat lain untuk berbuat asusila?!" Bentak Bu Kades keras dan sengaja mengundang perhatian. Tak perlu lama, orang orang sudah mengelilingi mereka. Pak Camat, yang tadi meresmikan Taman pun tergopoh gopoh ke sana.
Lelaki asing yang menangkap tubuh Maryam, menegang. Sorot matanya, bak ingin menikam Bu Kades. Andai laki laki, tentu tinjunya sudah melayang ke mulut kotor Bu Kades.
Tubuhnya pun sudah maju ke arah Bu Kades
"Ma!" pak Kades memperingatkan istrinya untuk menahan mulutnya. Tapi Bu Kades yg merasa sudah mendapatkan jawaban atas tingkah aneh suaminya tak peduli. Dia harus menyingkirkan ancaman kecil di depannya. Rupanya perempuan ini yang di kejar suaminya tadi. Baguslah, dia terjebak dalam adegan seperti ini. Jadi suaminya tak mendapat kesempatan. Zoonk Mas, ejek hatinya.
"Anda berdua telah mengotori wilayah saya dengan tak senonoh, sungguh tidak tahu malu." suara Bu Kades makin menjadi. Bisik bisik di kerumunan langsung menguar.
"Jaga bicara Anda!" desis lelaki itu sangat marah. "Kami tidak melakukan apa apa."
"Berpelukan di Kamar Mandi, anda bilang tidak melakukan apa apa?!. Ahai, andai saya tak datang, apa jadinya?!" Bu Kades tetap tak mau kalah. "Cepat keluarkan identitas anda berdua! Bahkan pasangan suami istri pun tak pantas melakukannya di toilet umum. Apalagi kalau anda berdua hanya pasangan zina."
Lelaki di sebelah Maryam, nyaris tak terkendali dan hampir menampar mulut Bu Kades. Tapi petugas keamanan begitu banyak dan tak pantas memukul perempuan.
"Kalau kami mau berbuat asusila, tentu tidak kami biarkan pintu terbuka. Yang benar saja." desisnya lagi
"Alaah, mana ada maling ngaku " Bu Kades tetap memprovokasi. "Atau kita arak saja beramai ramai ?! " teriak Bu Kades . Para pemuda yang baru berdatangan langsung semangat.
"Ayok! Arak ! Arak!"
Seketika suasana kacau. Pak Camat dan Pak Kades bahkan tak bisa berbuat apa apa. Suara mereka yang berusaha mencegah tenggelam dalam suara warga yang ricuh.
"Tunggu ! Tunggu! Stop! Stop!" seorang lelaki menerobos dengan membawa speaker portable. Pantas saja suaranya cukup menggelegar.
Warga terdiam dan menunggu.
Maryam dan lelaki di depannya sedikit lega. Itu Pak Dahlan, tetangga Maryam.
" Bu Kades, Pak Kades, Pak Camat, Saya mengenal mereka berdua." kata pak Dahlan berusaha tenang sambil mengatur nafasnya yang masih ngos ngos an. " Mereka orang baik. Kejadian ini mungkin kecelakaan belaka. Daripada diarak, itu tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan mendatangkan masalah baru." katanya dengan sangat yakin. Pak Camat sedikit lega. Warga pun agak diredakan.
"Tentang keadaan yang terlanjur menodai ini, bagaimana kalau mereka kita nikahkan. Sehingga nodanya bisa dibersihkan dan menjadi halal. Bagaimana?"
Maryam sangat kaget, demikian juga lelaki di sebelahnya. Pak Kades lebih parah. Wajahnya membara dan matanya langsung meng hunjam pada lelaki disamping Maryam. Apa apan ini. Pak Kades menahan amarah sekuat tenaga.
Andai tadi, dia yang berhasil menyelamatkan Maryam, tentu dia. lah yang akan menikahi Madam Maria kecilnya ini. UPS! Memang dia berani?.....
Pak Kades...pak Kades....
Bu Kades pun tersenyum puas. "Saya rasa , itu bukan ide buruk. Daerah yang sudah terlanjur ternoda ini akan disucikan dengan pernikahan. Itu bagus sekali pak Dahlan." Senyumnya mengembang. Bukankah kalau perempuan ini menikah dengan pria lain, berarti tak akan ada gangguan lagi pada suaminya. Bu Kades sangat senang.
Sesaat dia mengerling jahat ke suaminya, sebelum kemudian mengarah ke Maryam.
"Menyenangkan bukan, jadi tambah suami Bu Arnold?" tusuknya pedas. Dia jadi ingat kalau pernah bertemu Maryam sebelumnya di acara kelurahan. Pak Camat terkejut dan bingung. Mengapa menjadi tambah rumit. Poliandri? Pak Kades lebih terkejut, Krn ternyata istrinya malah sudah mengenal Madam Maria kecilnya. Sementara dia bahkan tidak tahu kalau ternyata, sosok kecil yang selama ini diam diam dicarinya ada di wilayahnya. Sungguh Terlalu.
" Pak Arnold sudah wafat empat bulan lalu Bu. Jadi keduanya saat ini tidak dalam ikatan apa apa." Pak Dahlan menjelaskan.
Bu Kades terkejut. Owh begitu....
Untung saja...., Bayangkan, betapa berbahayanya dia kalau masih menjanda. Pernikahan ini sebaiknya di percepat.
"Saya setuju sekali kalau mereka segera menikah." tandasnya lagi.
Warga pun setuju. Pak Camat?
Beliau pun tak ada pilihan lain. Lebih baik menikahkan mereka daripada dia terkena kasus main hakim sendiri, karena warga yang beringas, sangat sulit dikendalikan.
Maryam dan lelaki itu saling pandang. Apa boleh buat. Keduanya tak punya pilihan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Endang Wahyuni
siap
2023-11-04
1
Mamah Kekey
seperti nya seruu kk lanjut
2023-11-03
1
Yopita Gladlyna
/Rose/
2023-10-31
0