Bab 8

“ Ra, kenapa kok diem aja? kamu marahan sama kak Ezar? ” tanya Sisi.

“ nggak, aku nggk kenapa Napa si ” jawab Maira.

“ Kamu jangan bohong, kita sahabatan bukan 1 tahun 2 tahun Ra! tapi udah bertahun-tahun ” ucap Sisi.

Maira terdiam, mendengarkan sahabatnya melontarkan setiap kata. ada benarnya juga kata sahabatnya, tapi Maira masih agak ragu untuk memulai cerita ke sahabatnya.

“ diammu saya anggap benar Ra ” ucap Sisi.

“ udahlah, bahas yang lain aja ” jawab Maira.

“ yaudahh,tapi kamu hutang penjelasan ” ucap Sisi.

Dua orang tersebut bejalan menuju ke kampus dengan jalan kaki. karena, jarak menuju kampus tidak membutuhkan waktu yang lama.

.

.

.

.

“Maira” ucap Ezar mengabsen mahasiswa-mahasiswinya.

“ Maira” panggil Ezar lagi.

“ Ra, di absen kak Ezar ” ucap Nana sambil menepuk bahu Maira.

Maira baru mengangkat tangannya, sedari tadi Maira sibuk memikirkan ucapan Ezar yang mengatakan non muslim.

“ kamu sakit? Kalau sakit silahkan pergi ke klinik, percuma ada orangnya tapi pikirannya kemana-mana ” sindir Ezar.

“maaf kak” ucap Maira.

.

.

.

.

Dirumah, Ezar galau dengan sikap Maira yang akhir-akhir ini menghindarinya.

“ kamu kenapa nak, kok melamun? ” tanya Bunda Ima.

“ Lagi bingung aja Bun ” jawab Ezar.

“ mau cerita sama bunda? ” tanya bunda Ima.

“ hmmm.... Bingung ceritanya dimulai darimana bun” jawab Ezar.

Kemudian, Ezar menceritakan segala keresahan akhir-akhir ini. dia, bingung mau cerita ke siapa lagi kalau nggak ke bundanya.

Bunda Ima juga memberikan nasihat-nasihat ke Ezar, sebab mereka bukan seiman jadi ada tembok penghalang yang kuat.

               **

Seiring berjalannya waktu Maira dan Ezar akhirnya, berdamai. Mereka, saling mengerti satu sama lain bahwa, semua itu sudah menjadi takdir yang terpenting jangan pernah berharap berlebihan kepada manusia.

“ Ra, nanti setelah UAS ke ruangan BEM ya aku mau ngomong sama kamu ” ucap Ezar.

“ insyaallah kak nanti aku kesana ” jawab Maira.

“ kamu boleh mengajak Sisi biar nggak cuma berduaan aja ” Maira menanggapi ucapan Ezar dengan senyuman.

.

.

.

.

“ Ezar ” panggil Rara.

Ezar menoleh mencari sumber suara.

“ jalan yuk zar nanti ” ucap Rara sambil bergelayut manja ke bahu Ezar.

“ apaan sih, lepas kita udah selesai. Kita udah punya jalan masing-masing ” jawab Ezar sambil melepas tangan Rara.

“ permisi aku mau rapat ” ucap Ezar dingin.

“ rapat sama siapa? ” tanya Rara.

“ sama Maira ” jawab Ezar.

“ oh, hebat yaa cewek norak itu sudah membuat kamuu jadi kayak gini dasar cewek nggak tau diri ” ucap Rara dengan lantang.

“ justru kamu yang nggak tau diri, kita udah selesai justru kamu masih deketi aku. Jadi cewek jangan murahan ” balas Ezar dingin.

Kemudian, Ezar langsung pergi. Ezar, masih ada urusan sama Maira ada hal yang lebih penting daripada meladeni cewek nggak tau diri itu.

.

.

.

.

“ pulang yuk, Ra! ” ucap Sisi.

“ bentar, ayo ikut aku ke ruangan BEM ” jawab Maira.

“ yokk ” balas Sisi.

Sisi melihat sahabatnya ikut merasakan perih. Karna, sahabatnya sudah mulai jatuh cinta sama kakak tingkatnya itu tapi, Maira harus menjaga hatinya agar tidak terlalu dalam.

****************

Hari ini fakultas mengadakan Dies natalis mahasiswa yang berpartisipasi dalam acara tersebut membantu melakukan persiapan ataupun yang lain. begitu juga Maira dan Sisi ikut memeriahkan acara tersebut.

“ Ra, nanti selesai acara aku mau ngomong sama kamu ” ucap Ezar.

“ iya, kak nanti ngomong dimana? ” tanya Maira.

“ Disini juga nggak papa kalau nggak gitu di ruangan BEM ya! ” jawab Ezar.

.

.

.

Acara Dies natalis berjalan dengan lancar, tanpa ada halangan apapun. Para dosen dan jajarannya sangat bahagia melihat antusiasnya para mahasiswa mahasiswi nya dalam merayakan acara fakultas.

“ Ra, ini sudah saatnya gue ngomong sama Lo. aku udah nggak tahan memendam semua, aku mencintaimu Ra! ” ucap Ezar.

Duarr! bagai disayat ribuan belati, itulah perasaan Maira sekarang. bukan Maira tak senang tapi, mereka berbeda agama. Jujur Maira sebenarnya memiliki perasaan yang sama, bukan karna soal restu. restu insyaallah mudah di dapat apalagi orang tuanya mengenal orang tua Ezar dengan baik. tetapi, keyakinan mereka yang beda.

“ maaf, kak lebih baik kita simpan masing-masing perasaan kita. tanpa dijelaskan kak Ezar pasti tau jawaban perasaan saya. tapi, kita tidak seiman jadi tidak mungkin kita bersatu ” jawab Maira.

“ Jika perbedaan agama yang membuat kita tidak bisa bersatu, maka aku siap memeluk agama mu. supaya, kita bisa bersatu ” balas Ezar.

“ jika niat kak Ezar memeluk agamaku supaya bisa bersatu! maka renungkan kembali niat kak Ezar. tapi, jika niat benar-benar ingin memeluk agamaku dengan niat yang mutlak hidayah Allah maka, aku akan senang hati memperkenalkan Tuhanku ” ucap Maira.

“ Maaf, kak sudah malam. sudah waktunya kembali ke asrama, lebih baik lupakan perasaan kita anggap aja kita hanya sebatas dosen dan mahasiswi nya tanpa ada perasaan apapun ” sambung Maira.

Maira dan Sisi berjalan dengan cepat. kenapa dihadirkan cinta yang rumit, kenapa?

Sisi sangat memahami sahabatnya, sebisa mungkin memberi kenyamanan untuk sahabatnya.

.

.

.

Maira duduk termenung di kamar asramanya mengingat ucapan Ezar tempo hari.

“ Ra, udah yuk jangan terus-terusan kayak gini. bangkit yuk, ada aku yang siap mendengar keluh kesah ku ” ucap Sisi sambil mengelus kepala Maira.

“ sakit banget tau si, nggak nyangka aku dihadapkan dengan cinta yang rumit ” balas Maira dengan sendu.

“ iya aku tau Ra, ingat jangan merenungi kesedihan, kesehatan mu jauh lebih penting ” Jawab Sisi.

“ makasih ya si, udah selalu ada ” balas Maira sambil berpelukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!