Bab 18

Di kediaman Langit.

"Bagaimana, kau sudah menemukan informasi orang itu?" Langit menatap Dimas. Wajahnya serius.

Langit mungkin terlihat lembut dan suka senyum di setiap drama yang ia perankan, di depan para fansnya juga di depan kamera wartawan. Tapi di depan semua kru, di depan orang-orang yang pernah bekerja sama dengannya dan orang-orang yang berada di sekelilingnya, ia akan jadi Langit yang amat sangat dingin.

Pria itu memiliki sisi misterius yang membuat banyak orang di sekelilingnya penasaran. Langit beringas. Sebelum menjadi aktor dia adalah salah satu pemimpin genk besar dan memiliki banyak musuh. Langit memutuskan keluar dari genk ketika adiknya mati terbunuh. Sejak saat itulah dia mundur dan bekerja sebagai aktor.

Hanya segelintir orang yang tahu tentang masa lalunya. Termasuk Dimas, mantan pacar adiknya salah satu anggota genk-nya dulu yang juga adalah sahabatnya. Dimas ikut bersamanya sementara yang lain mendukung mereka dari belakang. Meski tidak menjabat sebagai ketua genk lagi, nyatanya masih banyak dari anggota genk yang tunduk padanya. Langit tahu selalu ada yang mengincarnya, karena ia punya musuh di mana-mana. Oleh sebab itu ia tidak boleh lengah.

"Seperti dugaanmu, orang itu benar adalah seorang pembunuh bayaran. Pihak kepolisian yang memberikan informasi ini, mereka tidak tahu siapa yang sebenarnya di incar sih pembunuh. Kau atau orang lain. Tapi mereka menyarankan agar kita selalu berjaga-jaga."

Langit mendengus. Jelaslah yang mereka incar adalah dia. Langit ingat jelas tembakan itu ditujukan ke arahnya, namun karena dia sigap jadi salah sasaran hingga orang lain yang jadi korban.

"Langit, aku rasa semakin banyak yang mengincarmu sekarang. Kau harus memperketat rumah ini. Apa perlu aku menambah pengawal?" ujar Dimas.

"Terserah kau. Bagaimana dengan saksi perempuan itu? Sahabatnya Cinta." Langit teringat Mariam.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan gadis itu, detektif yang datang waktu itu mengenalnya dengan baik. Pasti mereka akan mengutamakan keselamatannya juga." sahut Dimas. Tapi tetap saja Langit ingin melindungi gadis itu. Karena ia tidak bisa melindungi adiknya dulu, ia akan melindungi seseorang yang ingin dia lindungi.

"Tambahkan beberapa orang untuk mengikutinya. Biarkan mereka menjaganya dari kejauhan. Ingat, jangan sampai ketahuan, jangan sampai mengganggu kehidupan pribadinya." Langit memberi perintah. Dimas menatap pria itu lama. Sedikit heran karena seorang Langit tiba-tiba peduli. Pria itu tidak ada hati. Ya, Langit tidak pernah membuka hatinya pada wanita manapun lagi setelah dikhianati. Tapi kali ini pria itu sedikit aneh, karena tiba-tiba menunjukkan kepeduliannya terhadap gadis bernama Mariam. Dimas mengingat namanya.

"Sepertinya kau peduli sangat pada gadis itu," ucap Dimas. Langit tersenyum tipis.

"Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa ingin melindunginya." gumamnya. Dimas terus menatapi Langit. Mungkin memang sudah waktunya bagi pria itu membuka hatinya buat seseorang. Dimas tahu Langit kesepian, seperti dirinya. Mereka sama-sama kehilangan orang yang dicintai. Tahun itu, selain kehilangan adiknya tercintanya, Langit juga hancur karena mengetahui pengkhianatan kekasihnya.

_____________

"Hufftt ..."

Mariam menghembuskan napas lega sembari menyeka keringat yang membasahi wajahnya. Akhirnya pekerjaannya selesai. Sepanjang hari ini ia sudah membersihkan beberapa ruangan,  membersihkan kaca, menyapu dan membuang sampah. Gadis itu mencari tempat di mana saja untuk duduk sebentar.

"Gila, ternyata pekerjaan cleaning service itu nggak gampang. Tapi kenapa gajinya dikit banget?" Mariam berucap pada dirinya sendiri. Ia ingat manajer mereka mengatakan jumlah gaji yang akan dia terima nanti. Apalagi sebagai anak baru.

"Lihat, seharian ini yang aku bikin seberat itu. Harusnya gajinya bukan tiga juta doang. Pokoknya aku harus minta naik gaji." walau tujuan utama Mariam kerja di sini bukan untuk cari gaji, tetap saja ia merasa harus minta kenaikan gaji. Kasian kan teman-temannya yang lain sesama cleaning service.

"Mariam, pekerjaanmu sudah selesai?" seorang perempuan berumur awal tiga puluh tahun memanggil namanya. Mariam mengangkat wajah, lalu mengangguk kuat.

"Iya mbak ..."

"Nindy, panggil aku Nindy.'

"Baik mbak Nindy." balas Mariam ramah.

"Kalau kamu sudah selesai pulanglah. Ini sudah jam pulang." kata Nindy lagi. Mariam melirik jam tangannya.

"Masih jam empat sore udah bisa pulang?" ia bertanya heran. Nindy mengangguk.

"Jam pulang kita yang cleaning service dikantor ini memang begitu. Aku duluan ya." kata Nindy lagi lalu pamit pergi lebih dulu. Mariam berdiri dari situ. Gadis itu menatap seragam cleaning service yang dia pakai kemudian menghilang ke dalam ruang ganti.

Habis berganti pakaian, ia berjalan ke depan. Ke unit timnya Garra.

Sepi.

Hanya ada satu orang berseragam polisi yang berjaga di depan sana. Yang lain entah kemana. Polisi tersebut tampak sibuk didepan komputernya, bahkan tidak menyadari kedatangan Mariam.

Pandangan Mariam beralih ke dalam ruangan Garra. Kosong, dimana pria itu? Mungkin sedang sibuk.

"Sudah selesai kerja?" Mariam hampir melompat mendengar seseorang yang tiba-tiba bersuara dibelakangnya. Kaget sekali.

"Garra, kamu ngagetin deh, kalau aku pingsan karena jantungan gimana? Apalagi langsung end. Nanti kamu nggak bisa nikah-nikah. Bahaya tahu." celetuk Mariam sembari mengusap-usap dadanya. Ujung bibir Garra terangkat. Ia melangkah melewati Mariam dan memasuki ruangannya. Mariam menatap pak polisi yang sibuk tadi kemudian mengikuti Garra masuk ke ruangan pria itu.

"Kamu darimana?" tanya Mariam duduk di hadapan Garra.

"Ruang interogasi." Garra menjawab tapi matanya fokus ke komputer. Memeriksa cctv.

"Oh ..."

"BRENGSEK!"

"KAMU YANG BRENGSEK, BERANI-BERANINYA SELINGKUH SAMA SUAMI SAYA! RASAKAN INI!" Tiba-tiba keadaan diluar menjadi ramai. Kedengaran sampai dalam ruangan Garra. Mariam menatap keluar. Ia melihat ada dua wanita diluar sana yang berkelahi. Padahal sudah dikantor polisi tapi masih berani saling jambak-jambakan. Ada dua polisi yang berusaha memisahkan. Tapi malah ikut di jambak.

"AKU AKAN MEMBUNUHMU SIALAN!" teriak perempuan yang satunya lagi. Mariam tertawa dari dalam. Lucu deh lihat ibu-ibu berkelahi.

"Keluar ah nonton mereka." ucapnya, kemudian berdiri. Tapi sebelum ia berhasil mencapai pintu, Garra sudah meraih pergelangan tangannya, menahannya untuk tidak pergi. Cepat sekali laki-laki itu berdiri.

"Jangan keluar, di sini saja." larang pria itu.

"Tapi asyik tahu liat mereka."

"Jangan macam-macam Mariam. Duduk di sana. Tunggu pekerjaanku selesai, setelah itu aku akan mengantarmu pulang." cara bicara Garra memang datar, namun Mariam bisa merasakan perhatiannya. Gadis itu tersenyum. Ah, senangnya.

"Kenapa melihatku begitu? Cepat duduk di sana." kata Garra lagi seraya melepaskan pergelangan tangan Mariam.

Lalu dalam sepersekian detik, ia merasakan kecupan singkat di pipinya. Mariam menciumnya dan buru-buru berlari ke sofa. Garra kaget. Pandangannya langsung menatap keluar, mengamati kalau-kalau ada yang melihat mereka atau tidak. Bisa-bisa jadi gosip lagi. Ia bernapas lega karena tidak ada yang lihat. Ujung bibir pria itu melengkung, menatapi Mariam sebentar. Bisa-bisanya gadis itu mengambil kesempatan, tapi dia suka.

Terpopuler

Comments

Efrida

Efrida

mau dong jd mariam /Scowl/

2024-03-21

1

liberty

liberty

harusnya Langit dibikin cerita sendiri...aku juga suka karakter dia...tapi ini lapak si Mar & Garra 🤭

2024-03-16

1

latte

latte

garra jgn sepert kanebo kering dong..gengsi tapi suka yg romantis

2024-03-07

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!