Bab 9

Mariam dan Cinta memasuki ruangan casting. Cinta langsung ke depan panggung sedang Mariam hanya dikasih ijin menonton dari tempat duduk. Hanya sedikit sekali orang yang duduk di kursi penonton. Bisa di hitung dengan jari. Dalam ruangan itu lebih banyak kru dan beberapa juri penilai di antaranya adalah sutradara. Ada tiga orang yang duduk di meja juri.

"Per ... Perkenalkan, nama saya Cinta ..." Cinta mulai memperkenalkan diri di depan, suaranya kedengaran agak gugup.

Mariam menguap. Entah kenapa ia merasa tidak tertarik berada di dalam sini. Pengap, dan semua orangnya terlalu tegang. Bukan dia banget. Karena Cinta sedang sibuk di depan sana dan dari tempatnya menonton ia tidak terlihat karena gelap, Mariam pun memilih keluar.

Di luar lebih ramai. Cukup banyak orang yang menunggu antrian sampai nama mereka dipanggil. Dan terdapat dua orang dekat Mariam yang tengah berbincang-bincang. Di mata Mariam mereka sama-sama percaya diri. Suara mereka bisa kedengaran sampai ditelinganya. Mungkin karena jarak Mariam dekat dari mereka dan suara mereka waktu bicara cukup kencang.

"Ngomong-ngomong, kakak casting jadi apa?"

"Anak SMP."

"Anak SMP? Emang umur kakak berapa?"

"Dua puluh sembilan. Tapi semua orang bilang aku masih keliatan anak SMP. Baby Face banget deh pokoknya. Menurut kamu begitu juga kan?" gaya bicara laki-laki itu sangat percaya diri.

"Mm ..." sih cowok remaja mengusap-usap dagunya sembari menatap laki-laki percaya diri di depannya.

"Ppffft ..." sedang Mariam malah tertawa. Ia tidak bisa menahan tawa karena merasa lucu dengan perkataan pria di depannya. Matanya turun naik menatapi penampilan laki-laki itu. Mereka menatapnya heran.

"Kenapa kakak tertawa?" tanya sih cowok remaja.

"Lucu aja. Dia itu keliatan lebih tua dari umurnya. Udah kayak om-om dimataku, tapi masih pede banget bilang baby face. Malah bilangnya masih cocok jadi anak SMP lagi. Hahaha." Mariam terus ngakak sampai perutnya sakit. Ia tidak lihat wajah laki-laki di depannya sudah memerah seperti tomat karena marah.

"Lo bilang apa? Gue kayak om-om? Jangan sembarangan ngomong ya elo!"

"Lah, bener kok. Muka kamu itu boros, kayak om-om. Kalo mau ikutan casting, milih yang cocok sama umur aja lah. Malu sama anak SMP. Pekerjaan mereka di rampas sama orangtua." ujar Mariam blak-blakan. Beberapa orang di dekat situ ikut tertawa. Jelaslah laki-laki dihadapan Mariam jadi malu dan tersinggung.

"Lo nantangin gue?!" sentaknya marah, lalu berkacak pinggang.

"Iya, kenapa? Situ emosi? Orang bener kok, ingat umur tahu, wleee." Mariam memeletkan lidah. Ketika ia melihat laki-laki itu menaikan lengan baju, seperti orang yang siap-siap mau memukulnya, gadis itu langsung mengambil ancang-ancang dan berlari secepat kilat.

"Heh, jangan lari lo!"

Suara itu masih terdengar jelas. Mariam terus berlari sampai ia tidak melihat apapun di depannya dan malah menubruk sesuatu. Mariam terpental ke belakang dan jatuh ke tanah. Ia meringis kesakitan.

"Aduh, pantatku ..." ringisnya sembari mengelus-elus bagian yang di rasa sakit. Sepertinya dia nabrak orang tapi orang yang di tabrak badannya sangat kuat hingga dirinya yang terlempar.

Sesaat kemudian ia melihat ada sebuah tangan yang terulur ke arahnya. Mariam mendongak. Tatapannya bertemu dengan mata indah sih laki-laki tampan yang sedikit membungkuk padanya.

Tampan sekali. Tak ada senyum, tapi kayaknya tidak secuek dan sedingin Garra. Walau Mariam bisa merasa laki-laki ini memiliki aura-aura dingin.

Tampan sekali memang. Namun Mariam bukanlah tipe perempuan mata keranjang yang dengan cepat bisa berpindah ke lain hati kalau liat laki-laki tampan. Setampan dan semenarik apapun laki-laki yang sering ia temui, baginya hanya Garra yang akan membuatnya bahagia. Catat, cuma Garra seorang yang akan ia kejar sampai dapat.

Tapi tunggu. Mariam mengernyitkan mata. Sepertinya ia pernah lihat laki-laki ini.

"Sampai kapan kau akan duduk di situ?" suara laki-laki itu terdengar amat maskulin. Mariam tersenyum kaku lalu menerima uluran tangan milik lelaki tersebut. Kalau mampu berdiri sendiri sih dia tidak akan menerima bantuan, sayangnya tidak bisa.

Mariam terus menatap laki-laki itu, mencoba mengingat-ingat di mana pernah melihatnya.

"Ah benar. Kita bertemu semalam kan? Aku datang ke pestamu. Kau sih aktor terkenal seniornya Cinta yang namanya Langit itu!" seru Mariam begitu ingat.

Bibit Langit membentuk bulan sabit. Ia menatap Mariam. Ia ingat jelas wajah itu karena memberinya kesan yang cukup dalam ketika pertama kali melihatnya. Gadis itu adalah satu-satunya perempuan yang dia dapati biasa saja ketika melihatnya. Tak ada ketertarikan sedikitpun dan cenderung cuek.

Mengingat kejadian semalam, Langit merasa pembawaan gadis ini menarik. Kalau tidak, ia tidak mungkin mengingatnya. Terlalu banyak artis cantik yang pernah menjadi lawan mainnya dalam film, drama, video klip, iklan dan lain-lain. Kalau mau, Langit bisa mengingat wajah mereka saja. Tapi malah gadis ini yang terus dia ingat. Aneh.

"Kenalkan, aku Langit." kata pria itu kembali mengulurkan tangan ke Mariam.

"Nama kamu siapa?" Mariam belum membalas uluran tangan Langit. Mereka berada di lokasi yang agak sepi jadi tidak ada kru, dan orang-orang lainnya yang melihat interaksi mereka.

"Kebetulan aku Bumi." sahut Mariam berbohong. Lagipula setelah ini mereka tidak akan bertemu lagi. Ngapain bilang nama asli.

"Bumi?" ulang Langit. Mariam mengangguk kuat.

"Mm."

"MARIAM!" lalu panggilan tersebut sukses membuat Mariam mendesis kesal. Ia melirik Cinta yang sedang melangkah mendekati mereka. Duh, tuh perempuan muncul di waktu yang sangat tidak tepat.

"Kok kamu udah keluar? Aku cari-cari juga." ceteluk Cinta. Ketika menyadari yang berdiri di depan Mariam adalah Langit, gadis itu heran seketika.

"Langit? Halo Lang." Cinta menyapa malu-malu. Canggung juga pas berhadapan langsung begini.

Sang aktor tersenyum tipis. Tangannya setengah terangkat menyapa Cinta. Mereka tidak dekat. Ia tahu Cinta karena salah satu teman dekatnya yang sekampus sama dia suka dengan gadis itu. Langit membantu biar Cinta bisa ikut casting pun karena temannya yang memaksa. Pandangan Langit beralih ke Mariam lagi.

Gadis itu langsung pura-pura menatap ke arah lain. Langit tertawa dalam hati. Dasar penipu, iblis kecil.

"Kok kalian bersama?" tanya Cinta kemudian.

"Nggak sengaja tabrakan. Urusan kamu udah selesai kan? Ayo pergi." Mariam menarik tangan Cinta. Ia sudah sangat malu sama Langit. Pria itu pasti sudah mencap dia seorang penipu. Duh, malu sekali. Gara-gara Cinta sih.

"Sabar sebentar kenapa sih." Cinta melepaskan tangan Mariam dan menatap Langit lagi.

"Oh Lang, makasih banget ya udah bantu aku bisa ikutan casting." ucapnya.

"Bukan apa-apa. Itu masalah kecil. Bagaimana, semuanya lancarkan?" balas Langit.

"Mm. Sekali lagi terimakasih banyak ya. Sampai ketemu lagi." kata Cinta lagi. Kedua gadis itu lalu pergi dari situ. Meninggalkan Langit sendirian yang terus menatap punggung Mariam. Laki-laki itu tertawa kecil.

"Aku mengingatmu, Mariam."

Terpopuler

Comments

Tuti Tyastuti

Tuti Tyastuti

wah garra ada saingan😁😁

2024-04-14

0

liberty

liberty

Dimas tadi suka cinta? 😆

2024-03-16

1

liberty

liberty

kamvret si Mar ini...langit bumi 😅

2024-03-16

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!