Bab 1

Mariam Anggara, 24 tahun, pengangguran kaya. Memiliki hobi jalan-jalan, menghambur-hamburkan uang dan keluyuran. Dia adalah sosok gadis yang terkenal bar-bar dan sedikit nakal, tapi paling tidak suka melihat penindasan. Terutama anak muda yang hobi menindas orangtua. Atau sebaliknya.

Sama dengan kakaknya Foster, Mariam tidak suka mengambil alih bisnis keluarga. Ia memang pernah belajar bisnis, tapi cepat bosan. Sekarang motto hidupnya adalah 'kejar Garra sampai dapat'.

Garra Avalon, 28 tahun. Salah satu detektif hebat di sebuah kantor kepolisian besar dalam kota. Berasal dari keluarga konglomerat yang memiliki rumah sakit besar di beberapa kota. Meski keluarganya ingin dia menjadi dokter dan mengambil alih rumah sakit keluarga, Garra malah memilih menjadi detektif.

Dari SMP Garra sudah bermimpi untuk menangkap orang-orang jahat. Mamanya terbunuh oleh penjahat kejam, dan hal itu membuat Garra berjanji akan menjadi salah satu orang yang bisa menangkap semua orang jahat.

Papa Garra menikah lagi dan ia punya satu adik tiri laki-laki yang masih kecil. Hubungan Garra dan ibu tirinya tidak begitu baik, oleh sebab itu Garra lebih memilih tinggal sendiri.

Hidup Garra cenderung datar, ia tumbuh menjadi seorang pria dingin dan jarang bergaul. Ia selalu sibuk bekerja. Tapi kemunculan Mariam dalam hidupnya seolah memberi warna. Namun pria itu tidak mengakui kalau dirinya memiliki perasaan lebih pada Mariam. Itu sebabnya Garra cenderung menghindar kalau gadis itu datang menemuinya.

Sementara itu, dalam apartemen temannya, mata Mariam tak pernah lepas dari hape. Ia sedang menunggu balasan pesan dari Garra. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai dengan tidak sabaran. Dasar laki-laki sok jual mahal sih Garra itu. Dia dicuekin terus.

Memangnya dia kurang apa coba? Semuanya sudah ada. Tapi masih saja belum cukup membuat pria itu puas. Mariam jadi kesal sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah terlanjur jatuh hati.

"Riam, kamu kenapa sih? Kok dari tadi kayak cacing kepanasan begitu?" sahabat Mariam, sih ibu satu anak itu menatap Mariam dengan wajah heran. Ia sedang menyusui bayinya tapi terganggu oleh tingkah Mariam.

"Pria itu nggak bales-bales pesanku."

"Pria itu siapa?"

"Itu, laki-laki yang sok jual mahal. Dia menolak saat aku bilang ingin jadi pacarnya. Katakan, apa aku kurang cantik? Kurang seksi? Kurang lucu? Bagaimana menurutmu? Aku heran jaman sekarang masih ada laki-laki yang tidak menyukai gadis menyenangkan sepertiku. Huh!" kata Mariam sambil mengibaskan rambutnya ke belakang penuh percaya diri.

Perkataannya sukses membuat wanita yang tengah menyusui tersebut ternganga. Namanya Narita. Dia tercengang dengan kepercayaan diri Mariam yang sangat tinggi.

Narita tahu sifat Mariam memang sudah begitu sejak ia mengenalnya. Tapi tetap saja ia masih tidak berhenti-berhenti takjub.

"Kamu punya segalanya Mariam. Tapi menurutku aku tahu kenapa pria yang kau incar itu menolak pacaran denganmu."

Mariam mengangkat kepalanya menatap Narita.

"Kenapa?" tanyanya antusias.

"Kau mau jawaban jujur atau bohong?"

"Tentu saja jujur."

"Kalau aku jadi laki-laki itu, seperti ini penilaianku." Mariam mendengar dengan saksama.

"Menurutku kau sedikit gila, heboh dan bar-bar. Hanya satu persen dari seratus persen laki-laki di dunia ini yang akan menyukai tipe wanita sepertimu. Mungkin laki-laki itu tidak termasuk dalam satu persen itu. Jadi kamu menyerah saja." perkataan Narita jelaslah membuat Mariam kesal. Bukan itu jawaban yang ingin dia dengar.

"Aku nggak peduli. Laki-laki yang sudah jadi incaranku, akan ku kejar sampai dapat. Belum tentu dia nggak menyukaiku." katanya. Narita terkekeh.

"Padahal banyak laki-laki diluar sana yang mengejarmu. Kenapa tidak pilih salah satu dari mereka saja kalau ingin pacaran."

"Nggak, mereka semua berbeda dengan pria idamanku ini. Aku sudah mengaguminya dari kecil. Dan aku langsung tahu dia adalah jodohku waktu kami bertemu lagi."

Narita tertawa. Ia jadi penasaran seperti apa laki-laki yang dikejar Mariam sampai sebegitunya.

"Terserah kau saja."

Ssrtt ... srrttt ...

Pandangan Mariam cepat-cepat beralih begitu hapenya bergetar. Ia melihat ada pesan yang masuk. Dari Garra.

"Lihat, dia membalas pesanku!" serunya senang. Mariam membuka cepat pesan suara dari Garra.

"Aku sedang sibuk, jangan menggangguku dulu."

Hanya itu saja. Pesan dari Garra hanya satu kalimat yang mengatakan jangan mengganggunya dulu. Narita yang ikut mendengar pesan suara tersebut tak bisa menahan tawa. Sedang Mariam berubah jengkel. Garra nyebelin. Liat nanti, Mariam akan bikin pria itu tergila-gila padanya.

"Jangan tertawa Nari!" kesalnya.

                                    ***

"Ouch ... Yes ..."

"Ahhh ... Arghh ...

"Ya di situ, lebih cepat ... sshh ..."

BRAKK!

Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu melek dan langsung terduduk di lantai. Ia mengucek-ucek matanya.

"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.

"Nggak apa-apa deh kalo sama Garra, wkwk." gadis itu menutupi kedua tangannya. Mimpi bercinta dengan Garra memang menyenangkan sekali, ia jadi malu sendiri. Padahal itu hanya mimpi.

Ah, kira-kira pria itu sedang apa ya? Terakhir kali Mariam bertemu dengannya bulan lalu. Habis itu karena Garra lagi sibuk kerja di luar kota, Mariam gencar menghubungi lewat telpon, tapi telponnya tidak diangkat sama sekali. Di Wa pun tidak dibalas, kalau di balas katanya dia tidak mau di ganggu. Intinya Garra tidak mau bertemu Mariam.

"Kenapa?" Mariam terus bertanya-tanya. Tapi gadis itu tidak akan menyerah.

"Kau boleh menghindar, tapi aku akan terus menganggumu sampai kamu menyerah dan setuju menjadi pacarku. Hehe ..." ucap Mariam sambil tertawa lebar.

Plakk !!

Sebuah bantal melayang di kepalanya. Mariam kaget. Ia menatap kesal ke pintu kamar, mamanya berdiri sambil berkacak pinggang di sana.

"Mama, kok nimpuk aku sih? Kalau aku jadi bodoh memangnya mama mau tanggung jawab?" jengkelnya sembari mengusap-usap kepalanya yang sakit.

"Kamu habisin kemana saja uang kemaren? Ada laporan masuk ke mama. Astaga Mariam, tiga puluh juta sehari kamu habisin buat apa?!"

Oh, jadi mamanya kesal perkara uang toh. Mariam tersenyum santai.

"Tiga puluh juta doang, itu kan kecil buat mama. Lagian aku habisin juga untuk sesuatu yang berguna."

"Berguna apaan. Mama tahu uang itu  kamu pake buat foya-foya. Mama nggak mau tahu, pokoknya besok kamu kerja dikantor papa kamu. Mau jadi apa kamu kalau begini terus?"

"Mau jadi istri Garra aja." sambung Mariam cepat. Mamanya membuang napas kasar.

"Garra terus, Garra terus. Orangnya sampai sekarang nggak tertarik tuh sama kamu."

"Ih, mama nggak asyik ah. Suka julid sama putri sendiri." Mariam sengaja memasang tampang terlukanya.

"Gimana nggak julid coba kalau kamu selalu bikin emosi mama. Pokoknya kamu harus cari kerja, mau di kantor papa kamu atau tempat lain mama nggak peduli. Yang penting kamu kerja. Kalau nggak semua kartu kredit kamu mama blokir, titik!"

Terpopuler

Comments

Liiee

Liiee

udah baca mina foster dari lama, ini garra temen foster & yg nyelamatin mina ya,,
atau salah inget cerita,, lupa2 ingat karna udah lama🥺

2024-05-02

1

𝐀𝐲𝐮_𝐋𝐨𝐟𝐚𝐳𝐢𝐝

𝐀𝐲𝐮_𝐋𝐨𝐟𝐚𝐳𝐢𝐝

𝐂𝐨𝐛𝐚 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐦𝐚𝐫𝐚𝐭𝐨𝐧𝐧,, 𝐚𝐰𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐮𝐤𝐚𝐤,, 𝐬𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐥𝐚𝐦𝐚 𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐟𝐚𝐥𝐥𝐢𝐧𝐠².. 😍😍

2024-04-20

0

Brama ary

Brama ary

kayaknya lucu ceritanya

2024-04-25

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!