***
Elic terkejut melihat gadis yang menghampiri mereka. Tak disangka Liana datang ke ujian seleksi itu. "Kenapa kamu di sini? Dengan siapa kamu datang ke sini?"
“Elic, sebenarnya-” Sean mulai menjelaskan, namun Liana tiba-tiba menyela. "Sean, biar aku yang menjelaskannya," kata Liana kemudian menceritakan tujuannya datang ke ujian seleksi itu.
Flashback ke kejadian sebelumnya. Di pagi itu, setelah kembali ke kota, mereka melihat seorang wanita tertidur di depan rumah.
Elic kemudian menepuk pelan bahu wanita tersebut, membangunkannya. Perlahan wanita itu membuka matanya, dan terlihat wajah seorang gadis. "Nona Elic!" sebutnya terkejut melihat gadis itu dan segera bangun dari tidurnya. "Nona Elic, syukurlah kau baik-baik saja."
"Kenapa kau masih di sini?" tanya Elen.
"Aku..., tidak berani menghadap tuan besar tanpa membawa Nona Elic bersamaku. Dan Nyonya pasti akan sangat khawatir jika mengetahui Nona Elic diculik," pandangannya kembali menatap gadis di depannya, "Syukurlah Nona Elic baik-baik saja. Apa ada yang terluka? Bajumu kotor seperti ini." Ia memperhatikan penampilan gadis itu, dan terkejut melihat memar di wajahnya. "Nona Elic.., kenapa dengan wajahmu?" Sorot matanya tajam. "Siapa orang bodoh yang berani melakukan ini? Tidak bisa dimaafkan! Apa mereka tidak tahu akibat dari perbuatan bodoh mereka? Berani menyakiti putri dari keluarga bangsawan tinggi kerajaan."
"Hey, tenanglah, ini hanya memar kecil, tak perlu berlebihan," balas Elic.
"Tidak nona, ini sudah terlalu! Kita tidak bisa pulang dengan keadaanmu seperti ini. Tuan besar pasti akan sangat marah."
"M-maaf..." Liana perlahan mendekati mereka. "Elic terluka..., karena mencoba melindungi kami. Ini kesalahan kami karena tidak bisa membantunya," ungkapnya dengan penuh rasa bersalah.
"Liana, ini bukan kesalahanmu! Sudah kukatakan, aku melakukan ini karena keinginanku sendiri, dan aku sudah siap menerima resikonya. Jadi, berhentilah menyalahkan dirimu!"
Elen lalu membuka pintu rumahnya. "Masuklah ke dalam. Sebelum kalian kembali, biar aku obati memar Elic lebih dulu," ajak Elen.
"Um," balas wanita itu sambil mengangguk. Mereka kemudian masuk bersama ke dalam rumahnya.
"Sean," panggil Liana, membuat langkahnya terhenti.
"Ya, ada apa, Liana?"
"Bisakah kau mengantarku ke rumah Elic?"
Sean terkejut mendengarnya.
----------
"Kau ke rumahku?!" Elic terkejut mendengarnya. "Pantas saja, aku tidak melihat kalian berdua saat itu. Apa yang kalian lakukan di sana? Jangan bilang..., kalian memberitahu mereka!"
"Tidak, Elic! Aku memang mengatakan bahwa kau telah menolongku, tapi...
Liana melanjutkan ceritanya. Saat itu, Liana tampak begitu ragu untuk menemui ayahnya Elic, sambil membayangkan wajah serius kedua orang tua Elic. Semua itu terlihat dari sikapnya, seperti orang yang ketakutan.
Sean tertawa kecil melihatnya. "Tak perlu khawatir, Paman Leon dan Bibi Eva, tidaklah seburuk yang kau pikirkan."
"Benarkah? Jujur saja..., aku sedikit takut menemui mereka, bagaimana jika mereka benar-benar memarahiku?"
Sean lalu menghela nafas pelan. "Kau tahu, bagiku... Paman Leon sudah kuhargai seperti ayahku sendiri. Dia orang yang hebat dan sangat tegas pada pendiriannya. Dia tidak akan marah karena masalah seperti ini. Kau tahu kenapa?"
"Hm?" gumam Liana bertanya.
"Karena dia sangat percaya pada kemampuan putrinya!"
Liana sontak tersentuh. Saat itu, dia tersadar akan rasa bersalah yang berlebihan yang membuatnya takut menemui orang tua Elic. Dia lupa bahwa hidup adalah tantangan. Semakin besar tantangan itu, akan membuat seseorang semakin kuat. Orang tidak akan selalu berada di level yang sama; mereka akan terus berkembang menjadi lebih kuat dalam menghadapi tantangan yang lebih besar yang menanti mereka.
Liana terdiam sesaat setelah mendengarnya, lalu tersenyum. "Begitu, ya. Tak heran Elic begitu kuat, ternyata..., ayahnya saja seperti itu. Aku jadi tidak sabar menemui ayahnya."
Sean saat itu tersenyum melihatnya. "Ya, memang begitu!"
Liana kini tampak bersemangat untuk menemui ayahnya, Elic.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments