Di pagi itu, dua orang gadis tiba di gerbang kota setelah menempuh perjalanan panjang yang melelahkan.
"Akhirnya..., sampai juga," Kata Liana tersenyum legah, namun tidak dengan Elic yang hanya terdiam sambil melihat cahaya awan pagi. "Elic," Panggil Liana mendekatinya. Ia lalu memandang kearah jalan yang terbentang lurus didepannya. "Aku yakin, dia juga akan segera tiba."
"Tentu saja! Dia pasti kembali!" Balas Elic.
Liana kemudian mengendus udara pagi yang menyegarkan, sebelum mulai berkata dengan senyuman lembut. "Kalian berdua telah menyelamatkan hidup kami, kami berhutang besar pada kalian." Dia lalu menatap Elic dengan penuh tekad, "Suatu saat, jika kalian dalam bahaya, aku akan menjadi orang terdepan yang siap membantu, tak peduli jika nyawaku taruhannya!"
Elic tersenyum mendengarnya. "Terimakasih, Liana. Aku hanya melakukan apa yang sepantasnya kulakukan! Aku tidak berharap balasan apa pun. Justru, aku sangat bersyukur melawan orang kuat seperti mereka, dengan begitu, aku bisa menjadi lebih kuat."
Mendengar itu, Liana semakin kagum pada gadis di sisinya. Matanya kembali terfokus ke depan sambil tersenyum. "Sepertinya aku termasuk orang yang beruntung di dunia ini," gumamnya dalam hati.
Dua jam berlalu, dan siang mulai menjelang, tanpa ada tanda kedatangannya. "Kenapa dia lama sekali?" kata Elic dengan cemas. Liana disisinya hanya menatapnya dalam diam. Tak lama kemudian, siluet hitam samar-samar terlihat dari balik kabut di ujung jalan itu. "Elic, nampaknya itu bayangan seseorang, deh," ucap Liana dengan sorot mata yang tajam, memperhatikan bayangan hitam itu.
"Um, aku melihatnya," gumam Elic.
"Mungkinkah itu Sean?" tanya Liana. Detak jantung Elic mulai berdegup tak teratur, membawa sensasi yang sangat aneh baginya. Tak lama muncul lagi siluet hitam lainnya, kali ini berupa sosok wanita. "Eh, ada lagi?" Liana terkejut melihatnya. Kedua siluet itu perlahan melangkah keluar dari kabut, dan dari kejauhan, wajah seorang pria mulai terlihat dengan jelas oleh mereka. Elic langsung tersenyum melihat kemunculan sosok pemuda tampan tersebut, yang ternyata adalah Sean. Dan kemudian, muncul lagi sosok wanita dari balik kabut, membuat Elic semakin terkejut.
"Siapa wanita itu?" tanya Liana, menatap sosok cantik yang ramping berjalan di samping Sean. "Dia terlihat sangat kuat. Elic, apa kamu mengenalnya?" Tanya Liana dengan penasaran.
"Bibi Elen!" seru Elic dengan terkejut.
"Bibi?" Liana terkejut mendengarnya. "M-maksudmu...?"
"Ibu Sean!" tambah Elic sambil tersenyum.
"Jadi, wanita cantik yang berjalan disampingnya itu.., ibunya?!"
"Um, tapi..., kenapa bibi bisa bersamanya, ya? Bukankah bibi sedang sakit?" Tanya Elic dengan keheranan.
Sean melihat dari kejauhan, tampak dua gadis sedang berdiri didepan gerbang masuk kota.
"Bukankah itu Elic?" Tanya ibunya menatap dari kejauhan.
"Benar, itu Elic, bu, dan temannya Liana," Balas Sean tersenyum melihat kedua gadis itu. "Syukurlah, mereka baik- baik saja."
Ibunya juga tersenyum melihat mereka.
"Sean.., Bibi Elen..." panggil Elic sambil berlari mendekati mereka, dengan diikuti Liana. Sean tersenyum melihat keduanya. "Sean, apa kamu baik-baik saja?" tanya Elic khawatir.
"Um, aku baik-baik saja," jawab Sean sambil mengangguk. Wajah Elic terlihat langsung cemberut.
Bug!
Liana sontak terkejut melihatnya. "Elic, apa yang kau lakukan? kenapa kamu memukul nya?" tanya Liana kaget.
"Aduhh..," Sean tampak memegang perutnya yang sakit. "kenapa kau memukul ku, dasar gadi gila!"
"Kenapa kamu begitu lama? Berhentilah membuat orang khawatir, bodoh!" balas Elic dengan kesal.
Sean lalu bangkit berdiri dengan gagah, lalu tersenyum lembut padanya. "Maaf, telah membuatmu menunggu, Elic."
Elic terkejut mendengarnya, lalu tanpa ragu ia langsung memeluk pria di depannya dengan erat, membuat Sean terkejut dengan tindakannya. "Bodoh, kenapa kamu minta maaf, kau tahu betapa menyebalkannya dirimu!" ucapnya sambil air mata mengalir indah di pipinya. Sean tersenyum mendengarnya dengan sedikit tawa kecil diwajahnya.
Ibunya tersenyum hangat saat melihat mereka, sementara Liana tersenyum simpul menatap kedekatan mereka, seolah menyaksikan adegan romantis di mana sepasang kekasih yang akhirnya kembali bersatu setelah berpisah sekian lama.
----------
Di pagi yang cerah dan menyenangkan, cahaya matahari bersinar terang, menerangi setiap sudut jalan dengan hangatnya, menambah keindahan hari itu. Sean pada saat itu bersiap-siap untuk berangkat ke akademi sihir bersama Elic.
“Sean, kamu jangan lupa dengan apa yang selalu ibu ingatkan padamu, tidak peduli bagaimana kau melatih kekuatan jiwamu, elemen kegelapan yang kamu miliki, jangan sampai orang lain mengetahuinya, sebisa mungkin kau harus menyembunyikanya, sebelum kau mencapai puncak kekuatanmu." ujar ibunya dengan tegas.
"Baik bu, saya berjanji tidak akan menggunakannya tanpa seizin ibu," balas Sean dengan sungguh hati.
"Bagus! sekarang kalian pergilah," ucapnya sembari melihat Elic disisinya.
"Baiklah, ibu, aku pamit dulu. Jaga diri," ucap Sean ramah sambil tersenyum. Matanya kemudian melirik ke arah pelayan dan tabib yang berdiri di sisinya. Mereka telah ditugaskan oleh ayahnya Elic untuk merawat ibunya selama kepergian mereka.
"Bibi Elen, jaga dirimu, ya." pamit Elic sambil memeluknya dengan lembut.
"Jaga dirimu juga, Elic. Bibi titip Sean padamu," balas Elen sambil membalas pelukan dengan hangat.
Kereta kuda yang elegan mulai bergerak, merangkai langkah menjauh membawa mereka menuju ke Soul Academy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Lemon Chan
💖💖💖💖💖
2024-06-19
2
Lemon Chan
kerja bagus Sean👏
2023-10-25
2