...***...
"Kalian semua, cepat lari!" Desak Elic.
"Tapi, bagaimana dengan mu? kami tidak mungkin meninggalkanmu sendirian!" balas Liana.
"Pergilah! Aku tidak bisa bertarung sambil terus melindungi kalian."
Mereka merasa kesal karena tidak cukup kuat untuk melawan. "Kalian pergilah meminta bantuan. Aku akan membantu Elic!" Pinta Liana.
"Um," balas mereka mengangguk. Dengan berat hati ke tiga temannya pun pergi meninggalkan mereka berdua, tapi, salah satu orang itu mencoba menghentikan mereka, tapi tinju api seketika menghantam di wajahnya, membuat orang itu terpental menembus tembok. Orang itu berteriak kesakitan dengan luka bakar diwajahnya. Elic tersenyum remeh melihatnya. "Maaf, Liana, aku sampai merusak rumah kalian."
"Tidak masalah, lagi pula kita tidak punya pilihan lain, mengamuklah sesukamu," balas Liana.
"Keparat!" Orang itu dengan marah kembali bangkit lalu mensentakkan kakinya ke depan, membuat bongkahan tembok itu terangkat dan menyatu membentuk bola batu besar di depannya, lalu dengan sekali tendangan memutar, mendorong batu itu ke depan. Elic dengan cepat berlari menyerang, bersamaan dengan api yang terus bergejolak di kedua tangannya.
Bumm!
Sekali pukulan membuat batu itu hancur berserakan, dan sekali pukulan lagi, menghantam keras di perutnya hingga jatuh tersungkur. Orang itu kembali berteriak kesakitan dengan luka bakar diperutnya. Dia masih mencoba berusaha berdiri kembali, Elic tersenyum melihatnya. "Mau menerima pukulanku lagi?" katanya dengan remeh. Tapi, Orang itu kembali terjatuh, dan tak sadarkan diri.
Liana terkejut melihatnya. "Dia.., dengan mudahnya mengalahkan 2 orang itu?!"
Suara tepukan tangan terdengar. "Hebat, sungguh hebat, tak disangka anak seumuranmu bisa mengalahkan kedua bawahanku dengan mudah," tampak orang yang tersisa itu berjalan didepan Elic dan lalu membungkuk dengan hormat. "Perkenalkan, namaku Frostgar Glacierborne. Boleh aku tahu siapa namamu, nona?" tanya orang itu dengan sopan.
"Namaku, Elic Lord Flameheart. Siapa kalian? Apa yang kalian inginkan?" tanya Elic kembali.
"Lord Flameheart?" Orang itu merasa tak asing mendengar nama itu, ia kemudian teringat dengan sosok pria yang pernah ditemuinya, memiliki nama yang sama. Terlihat jelas bekas luka bakar ditangannya akibat kejadian yang pernah menimpanya dulu. "Begitu, ya," Ia lalu tersenyum. "Kami adalah perompak, nona. Tahu, kan, tugas perompak itu apa? Kami ke sini untuk menculik mereka!" jawab orang itu.
"Menculik?!" Elic lalu berdiri dengan sigap, "Takkan kubiarkan kalian menyentuh mereka!" katanya dengan tegas.
Orang itu tersenyum mendengarnya, lalu memandang ke arah Liana. "Aku tidak mengerti, kenapa gadis bangsawan seperti mu mau saja berdekatan dengan gelandangan, bahkan sampai berusaha melindungi mereka. Apa binatang-binatang tak berguna ini sangat berarti bagimu?"
Elic merasa kesal mendengarnya. "Orang-orang yang kau sebut binatang ini adalah nyawa-nyawa yang harus kulindungi!"
"Hmhmhmhm..." Orang itu bergumam dengan tertawa yang menakutkan. "Baik sekali. Ini kedua kalinya, aku bertemu orang sepertimu," kata orang itu sambil menunjukan senyuman yang menakutkan, dan seketika hawa dingin mulai terasa menyelimuti tempat itu, "Kau benar-benar persis sepertinya," ia lalu mengarah tangannya kedepan, dan terbentuk tiga batu es yang runcing berputar di atas telapak tangannya. "Jujur, aku bukanlah tipe orang yang menggunakan kekerasan pada gadis bangsawan sepertimu, tapi..., jika ada yang menghalangiku, siapapun dia, aku tak akan segan melukainya," Tiga duri es itu langsung di lesatkan kearah mereka dengan sangat cepat. Elic kembali menyulutkan api di kedua tinjunya, lalu dengan cepat berlari menyerang.
Bumm!... Bumm!...Bumm!!!
Tiga pukulan beruntun menghancurkan batu es itu, dan satu pukulan lagi, mengarah ke perutnya. Orang itu tersenyum, dengan santai ia menggerakkan dua jarinya ke atas, seketika duri es langsung menusuk dari tanah. Elic dengan spontan langsung melompat kebelakang menghindari nya. "Hm.., boleh juga," Gumam orang itu tersenyum. Ia kemudian mengarahkan tangannya keatas, dan terbentuk ribuan jarum es diatasnya, dan lalu mendorongnya kedepan. "ACE.. STORM!" seketika jarum es itu langsung menghujani mereka.
Elic langsung membentuk cakap api ditangannya. "FIERY CLAWS, PHOENIX BIRD"
Fuzz! Bumm!!!
Seketika cakar api berputar membentuk perisai api dan menyapu semua jarum es yang menusuknya. Di depan mereka terhalang oleh kabut yang tebal akibat benturan kedua serangan. Tiba-tiba, Elic meluncur dengan cepat menembus kabut di depannya sambil mengayunkan tinju berapi. Orang itu segera melapisi tangannya dengan es, menangkis pukulan itu.
Ledakan!
Tinju berapi mendarat kuat pada kedua tangan yang bersilangan dan orang itu terpental.
"Jangan meremehkanku, pencuri sialan!" Kata Elic dengan senyum mendominasi.
"Hmhmhmhm..." Orang itu bangkit kembali dengan tawa menakutkan, menatap gadis di hadapannya. Kenangan akan pria itu kembali terlintas, membuat urat di kepalanya tegang, tampaknya ia sangat marah, sambil menunjukkan senyuman yang mengancam. "Api ini... ya, api ini! Mirip sekali dengan milik orang itu. Ini kali kedua tanganku terbakar oleh api ini," ujarnya sambil menatap api di tangan gadis itu. "Haruskah aku menghancurkan tangannya?" Lalu, ia membentuk pedang es di kedua tangannya, kemudian dengan cepat melancarkan serangan.
Elic, tanpa rasa gentar, melancarkan serangan dengan api di kedua tangannya. Mereka terlibat dalam duel sengit, di mana percikan api dan serpihan es saling bertabrakan dalam pertarungan jarak dekat. Keduanya saling menyerang dan menangkis tiap serangan dengan gesit.
"Anak ini..., yang benar saja," Orang itu terkejut dengan skill bela dirinya. Ia tak menyangka anak ini mampu mengimbanginya. Tampak senyuman kecil di wajah Elic, membuatnya jadi kesal. Ia langsung menjaga jarak darinya, lalu menggerakkan dua jarinya ke atas, seketika duri-duri es menusuk dari bawah, tapi Elic dengan refleksnya yang cepat melompat ke udara, dan api di tangannya membesar. "Jangan pikir hanya kau yang bisa melakukannya," Dengan gaya memukul, Elic langsung menghantamkan tinjunya ke tanah. "FIRESAW!"
Dumm!!!
Dentuman yang keras membuat tanah terbelah, dan mengeluarkan api seperti gergaji yang lurus menuju sasaran dengan sangat cepat. Orang itu terkejut melihatnya, dan saat ia akan mencoba menghindarinya, tiba-tiba....
Bumm!!!
Terjadi ledakan besar dari bawah tanah yang menghembuskan bara api, membuat tubuhnya terpental ke udara dan jatuh tersungkur.
Liana tampak tercengang melihatnya. Ia tak menyangka Elic sekuat ini, bahkan tanpa ragu menyerang lawannya dengan kejam. "Tidak heran, kemampuan seorang bangsawan sungguh luar biasa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments