Jam 00.18
Alesha masih belum tertidur. Ia masih menatap layar ponselnya. Alesha menatap sendu pada foto yang ada dilayar ponsel itu. Air mata Alesha turun membasahi pipinya. Ia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara agar tidak mengganggu Jacob dan Levin yang sedang tidur disofa.
Alesha memejamkan matanya. "Aku tulus sama kamu, tapi sayang, cinta kamu hanya tulus pada wanita itu."
"Aku ikhlas kamu sama yang lain, tapi hatiku sakit pas lihat kamu yang tersenyum bahagia dengan wanita itu."
"Kalau aja bisa, aku pengen ketemu sama kamu buat yang terakhir kalinya. Hanya untuk terakhir kalinya. Aku gak minta apa-apa. Aku cuman pengen liat kamu secara langsung. Aku kangen sama kamu, Adam." Ucap Alesha lirih sambil menangis.
"Maaf, Adam, aku masih belum bisa lepasin kamu." Alesha menangis sesegukan.
Jacob terusik saat ia mendengar suara Alesha yang sedang menangis. Ia segera bangun dan menatap ke arah Alesha yang memang masih belum tidur.
"Kenapa belum tidur?" Tanya Jacob.
Alesha terkesiap kaget. Ia segera menghapus air matanya. Alesha menyembunyikan wajahnya di dalam selimut.
"Al.." Panggil Jacob pelan. Ia segera bangkit dan mendekati Alesha. "Ada apa?" Tanya Jacob.
Alesha masih enggan untuk membuka selimutnya.
"Al.." Panggil Jacob sekali lagi dengan nada yang lembut.
"Kembalilah tidur, aku tidak apa-apa." Jawab Alesha.
Jacob menghela nafasnya. "Aku sudah bilang kalau kau butuh seseorang untuk menjadi teman curhat, kau bisa curhat padaku." Ucap Jacob sambil membalikkan tubuh Alesha dan membuka selimut yang menutupi wajah Alesha.
Jacob jadi ikut sedih saat melihat mata, hidung, dan pipi Alesha yang memerah karna menangis. Alesha bangun dan bersandar pada dinding tembok. Ia menatap sendu pada Jacob.
"Kenapa?" Tanya Jacob dengan lembut.
Alesha menunduk. Ia berpikir apa tidak apa-apa jika ia bercerita pada Jacob? Tapi saat ini Alesha memang sedang butuh seseorang untuk mendengarkan isi hatinya.
Alesha mulai terisak. Air matanya turun begitu saja. Reflek Jacob segera menghapus air mata yang ada dipipi Alesha.
"Bicaralah, aku akan mendengarkan." Ucap Jacob sambil tersenyum.
Alesha menarik nafasnya. Ia memejamkan matanya sambil merasakan sakit yang ada dihatinya.
"Aku merindukan Adam." Ucap Alesha lirih.
Jacob yang mendengar itu seketika terkesiap. Senyumnya luntur tiba-tiba. Jacob tidak suka itu. Hatinya mendadak panas. Kenapa Alesha harus menangisi lelaki itu? Jacob berpikir kalau lebih baik ia tidak mendengarkan curhat Alesha, tapi ia sudah terlanjur membiarkan Alesha untuk curhat padanya, lagi pula Jacob tidak bisa membiarkan Alesha menangis sendirian begitu saja.
"Dia akan segera menikah. Jika saja aku punya waktu untuk terakhir kali bertemu dengannya dan mengatakan perasaanku padanya. Tapi aku tidak bisa." Alesha memandang wajah Adam melalui layar ponselnya.
"Kau taukan, Mr. Jacob bagaimana rasanya ditinggalkan oleh seseorang yang sangat dicintai?" Ucap Alesha tanpa sadar. Mata Jacob membulat seketika. Apa Alesha tau tentang hubungannya dan Yuna?
"Kau butuh berapa lama agar bisa melupakan gadis itu? Aku butuh berapa lama agar aku bisa melupakan Adam?" Lanjut Alesha. Jacob sangat kaget. Ia tidak menyangka jika Alesha tau tentang hubungannya dengan Yuna.
"Jawab aku. Aku sudah tau tentang Yuna. Kau butuh waktu berapa lama agar bisa melupakannya? Atau kau juga masih belum bisa melupakannya? Lalu bagaimana denganku? Katakan bagaimana kau bisa bertahan?" Alesha menatap Jacob.
"Bagaimana kau tau tentang Yuna?" Tanya Jacob dengan tatapan syok dan bingung.
"Mrs. Laras memberitahuku. Aku ingin bisa sepertimu, bertahan tanpa seseorang yang dicintai." Jawab Alesha.
Jadi Laras yang memberitahukan tentang Yuna pada Alesha?.... Pikir Jacob.
"Mr. Jacob.." Panggil Alesha lirih.
"Kita sama-sama kehilangan seseorang yang berharga dalam hidup kita, katakan padaku bagaimana cara agar aku bisa melupakan Adam?" Ucap Alesha. Jacob masih tidak menjawab. Ia masih tertegun dan sibuk dengan pikirannya. Tatapannya Jacob juga datar.
"Mr. Jacob." Ucap Alesha lirih sambil menangis. Jacob memandang Alesha. Hatinya merasa prihatin melihat air mata yang turun dari mata Alesha. "Apa yang harus aku lakukan?"
Jacob diam. Ia bingung mau jawab apa karna pada kenyataannya ia juga masih belum bisa melupakan Yuna.
"Jangan bilang kalau kau juga masih belum bisa melupakan Yuna." Alesha mendengus. "Kau saja sudah tiga tahun dan masih belum bisa melupakan Yuna, apalagi aku."
"Tidak." Saut Jacob. "Kau harus membuka hatimu dan menemukan cinta yang baru." Ucap Jacob dengan datar.
"Bagaimana..." Ucap Alesha terpotong.
"Aku bisa melupakannya." Potong Jacob. Alesha mendengus saat Jacob memotong ucapannya. Jacob menatap pada Alesha. "Tidak mudah untukku bisa melupakan Yuna, begitu juga denganmu yang mau tidak mau harus melupakan Adam. Tapi kita bisa membuka hati dan mencari cinta lain, Al."
"Itu tidak mudah. Bagaimana aku bisa menemukan hati baru jika hatiku saja masih terikat pada Adam?" Alesha menunduk dan mulai sesegukan.
"Kau pasti bisa. Aku sudah merasakannya." Ucap Jacob.
Alesha menatap Jacob. "Kau sudah menemukan cinta yang baru?" Tanya Alesha.
"Aku masih belum yakin untuk itu, namun apasalahnya untuk mencoba." Jawab Jacob.
"Dan aku harus membuka hati pada orang lain? Aku tidak tau caranya karna selama ini aku belum pernah jatuh cinta pada lelaki selain Adam." Ucap Alesha dan itu sukses membuat suatu tusukan luka dihati Jacob tanpa Jacob sadari.
"Kau hanya perlu mencoba. Buka matamu, Al. Adam akan segera menikah, dan kau masih mengharapkannya? Cobalah untuk mencintai lelaki lain." Jacob mengatakan itu, tapi hati Jacob masih terasa perih karna ucapan Alesha sebelumnya.
"Lalu bagaimana denganmu yang masih mengharapkan Yuna?" Tanya Alesha. Jacob tersentak. Bagaimana ia bisa melupakan Yuna?
"Al, Yuna sudah pergi, bagaimana pun itu Yuna sudah pergi sekarang. Kau tidak perlu membahasnya lagi. Aku akan melupakannya, karna aku juga butuh seseorang kelak yang bisa mendampingiku, dan aku tidak bisa terus terpuruk karna kepergian Yuna. Jadi, mulai sekarang stop membahas tentang Yuna. " Tegas Jacob dengan nada yang lembut.
Alesha menunduk. "Maaf."
Jacob menghela nafasnya. "Tidak apa-apa. Sekarang lebih baik kau tenangkan saja dirimu."
Alesha mengangguk. Alesha meminta izin pada Jacob untuk menyetel bacaan surah Al-Quran, ia juga bilang kalau volumenya akan dikecilkan hingga hanya Alesha saja yang bisa mendengarnya. Jacob mengangguk.
Alesha berbaring lagi dan memutar bacaan surah Ar-Rahman. Dulu ibu Alesha selalu melakukan hal yang sama untuk menenangkan Alesha jika Alesha menangis.
Jacob segera beralih menuju sofa. Ia tidak akan tidur sebelum Alesha tidur. Jacob masih belum habis pikir kalau Alesha dengan berani membahas tentang Yuna. Jacob tidak marah, ia hanya kaget saja.
***
"Mr. Thomson, Vincent menemukan gua berlian itu." Ucap salah seorang petugas SIO.
"Apa? Bagaimana bisa?" Mr. Thomson kaget.
"Ia melacak komputer kita." Jawab petugas itu. "Dia juga sudah berhasil mendapatkan beberapa butir berlian lalu membawa kemarkasnya."
Mr. Thomson mengepalkan tangannya. "Perintahkan Eve untuk kembali kesini, dia dan beberapa agent SIO akan kukirim ke wilayah itu untuk berjaga-jaga!"
Petugas itu mengangguk lalu segera pergi untuk menjalankan perintah Mr. Thomson.
Mr. Thomson merasa risih dengan kembalinya Vincent setelah dua tahun dipenjara. Mr. Thomson memperkirakan kalau Vincent akan segera menyusun aksi-aksinya kembali. Buktinya saja baru beberapa bulan keluar dari penjara, ia sudah memulai permainannya lagi.
***
Jam 06.15 Pagi.
Seorang petugas masuk ke dalam ruangan Alesha sambil membawa jatah makanan untuk Alesha.
Levin segera mengambil makanan itu dan meletakkannya di atas meja.
"Apa kita bangunkan saja Alesha? Makanannya sudah sampai." Tanya Levin.
"Tidak usah, biarkan dia tidur, nanti juga akan bangun." Jawab Jacob. Levin mengangguk.
Jacob mendekati Alesha yang masih tertidur. Ia menyentuh telapak tangan Alesha lalu mengusapnya pelan.
Perasaan Jacob saat ini sangat tidak karuan. Ia merasa gelisah entah karna hal apa. Jacob jadi bingung karna pertanyaan Alesha semalam. Bagaimana ia bisa melupakan Yuna? Jacob tidak tahu. Yuna adalah gadis pertama yang bisa membuat luluh hati Jacob, namun pada akhirnya Yuna juga yang membuat hancur hati Jacob karna kepergiannya. Hanya dua wanita yang bisa membuat Jacob benar-benar menangis. Yuna dan Alesha. Mereka juga begitu mirip, tapi bukan dari wajah atau sikap. Atau mungkin aura mereka yang sama? Tapi Jacob tidak merasakan hal itu. Alesha sangat berbeda sekali dengan Yuna, tapi mereka mempunyai kemiripan.
Jacob menggelengkan kepalanya. Sesuatu mengganjal di dalam hatinya. Jacob tidak bisa mengendalikan perasaannya saat ini. Dirinya sedang mencoba menelaah sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Jacob menatap Alesha. Pikirannya kalut dengan beribu pertanyaan. Kenapa dengan Alesha? Kenapa dengan Jacob? Alesha membuat Jacob teringat dengan Yuna, namun Alesha juga bisa membuat Jacob lupa dengan Yuna. Apa ini sudah waktunya untuk Jacob melupakan Yuna?
Jacob melepaskan tangannya dari tangan Alesha.
"Apa yang kau lakukan?" Gumam Jacob.
Tiba-tiba saja, Alesha terusik. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. "Mr. Jacob?" Alesha bingung saat mendapati Jacob sedang memandangi dirinya.
Jacob tersadar dari lamunannya lalu mengalihkan pandangannya dari Alesha.
"Jam berapa sekarang?" Tanya Alesha sambil berusaha untuk bangun dan duduk.
Levin berjalan ke arah Alesha sambil membawa nampan berisi makanan yang tadi dikirim oleh seorang petugas. Levin tersenyum manis pada Alesha dan Alesha membalas senyuman Levin.
"Sekarang jam setengah tujuh. Ini makan dulu." Ucap Levin.
Alesha memandang jijik ke arah makanan yang di bawa oleh Levin. "Bubur." Ucap Alesha. "Aku tidak suka bubur."
Alesha terdiam. Ia akan makan apa? Padahal kemarin pagi petugas itu tidak memberi bubur, hanya nasi biasa dengan beberapa lauk.
"Ini makan." Ucap Levin sambil menyodorkan sepotong kue kering yang ia beli di kantin. "Buka mulutmu, biar aku yang menyuapimu."
Alesha segera menuruti ucapan lelaki tampan itu. Ia membuka mulutnya dan perlahan Levin memasukannya kedalam mulut Alesha. Namun saat Alesha akan melahap kue kering itu, Levin malah menarik kembali tangannya dan kue kering itu tidak jadi masuk kemulut Alesha.
Alesha mendengus. Levin yang melihat itu seketika tertawa. Jacob merasa risih karna sikap Levin yang seperti itu pada Alesha. Mata Jacob menatap datar ke arah Levin yang sedang tertawa.
"Baiklah, maaf, ini makan." Ucap Levin sambil menyodorkan kue kering itu lagi ke mulut Alesha. Karna merasa gemas, Alesha memegang tangan Levin agar Levin tidak mengulangi tindakannya yang tadi. Alesha memasukan kue kering itu kemulutnya. Tapi dengan jahilnya, Levin malah menarik tangannya lagi, padahal Alesha sudah menahannya.
"Mr. Levin!" Pekik Alesha. Lagi-lagi Levin tertawa puas hingga tawanya itu menggema di dalam ruang rawat inap itu.
"Cukup! Kau mempermainkannya." Jacob merebut kue kering yang Levin pegang lalu memberikannya pada Alesha.
Alesha mengukir senyum dibibirnya saat Jacob memberikan kue kering itu. Jacob terdiam saat ia memandang senyuman Alesha. Ia merasa ada sebuah dilema dihatinya.
Alesha begitu manis. Tapi pikiran Jacob tidak fokus karna senyuman Yuna tiba-tiba saja muncul dipikiran Jacob lalu membayang.
"Berhenti tersenyum." Ucap Levin.
"Kenapa?" Tanya Alesha.
"Kau membuatku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari senyumanmu, Al." Jawab Levin. Alesha terkekeh. Bukannya menuruti ucapan Levin, Alesha malah dengan sengaja menyipitkan matanya dan tersenyum lebar sambil melihatkan gigi-giginya.
Levin mengehembuskan nafasnya sambil tersenyum dan memalingkan wajahnya dari senyuman Alesha. "Untung saja aku bukan pedofil." Gumam Levin.
"Kalau kau pedofil kau akan jatuh cinta padaku." Canda Alesha sambil tertawa.
Seketika Jacob dan Levin menatap ke arah Alesha secara bersamaan.
Alesha yang menyadari tatapan bingung dari Jacob dan Levin langsung berhenti tertawa. "Ayo lah, aku hanya bercanda, tidak usah di bawa kehati."
"Padahal aku berharap itu sungguhan." Balas Levin yang balik membercandai Alesha juga.
"Sungguhan juga tidak apa-apa." Balas Alesha sambil berusaha untuk menahan tawanya.
"Sungguh? Kalau begitu ayo kita pacaran." Ucap Levin dengan antusias.
"Tapi bohong..... Hahahaha." Alesha tertawa sangat puas. Levin hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar balasan dari Alesha.
Jacob tersenyum kecil saat melihat tawa bahagia Alesha. Gadis itu sudah kembali lagi seperti semula.
"Sudah, kau lebih baik makan." Ucap Jacob sambil memberikan sendok makan pada Alesha.
"Aku tidak suka bubur, percuma aku makan bubur karna nanti ujungnya bubur itu akan keluar lagi dari dalam perutku." Balas Alesha.
"Terus kau ingin makan apa?" Tanya Jacob.
"Aku makan buahnya saja. Bubur tidak akan aku makan karna itu bisa menimbulkan rasa mual diperutku." Jawab Alesha.
"Kalau boleh, aku akan membeli beberapa roti di kantin untukmu, Al." Usul Levin.
"Tidak usah. Lagi pula aku tidak merasa lapar." Balas Alesha.
"Baiklah terserah padamu, tapi aku lapar dan aku akan pergi ke kantin dulu." Levin segera bangkit dan pergi menuju kantin rumah sakit.
Alesha tersenyum sambil menunduk. Ia melihat tanggal melalui layar ponselnya. Alesha baru ingat, dua hari lagi adalah hari ulang tahun almarhumah ibunya. Ia lupa karna terlalu sibuk dengan urusannya. Alesha membuka galeri foto dan memilih sebuah foto seorang wanita sedang menggendong gadis kecil berkerudung pink pastel. Itu adalah foto ibu Alesha dan Alesha kecil.
"Itu kau dan ibumu?" Tanya Jacob.
"Ya." Jawab Alesha. "Foto ini diambil saat aku berumur lima tahun, tepat saat hari ulang tahunku." Alesha termenung. Ia mencoba mengingat momen yang ada difoto itu. Sebuah kenangan yang tidak akan Alesha lupakan. Alesha sangat menyayangi orang tuanya. Namun, Allah lebih sayang orang tua Alesha. Sebuah kecelakaan tunggal terjadi menimpa orang tua Alesha seminggu setelah hari ulang tahun kedelapan Alesha. Tragedi itu membuat Alesha selalu merasa takut dan was-was.
Alesha menjatuhkan ponselnya kelantai dengan tidak sengaja.
"Kenapa?" Tanya Jacob sambil mengambil ponsel Alesha.
Alesha termenung. "Aku ingat kejadiannya."
"Mobil orang tuaku menabrak mobil truk itu. Aku lihat melalui rekaman CCTV yang ditunjukan oleh petugas pengawas lalu-lintas." Tangan Alesha bergetar. "Dan mobilnya terbakar." Air mata mulai turun membasahi pipi Alesha
"Aku tidak bisa melupakan rekaman CCTV itu. Orang tuaku sempat dibawa ke rumah sakit terdekat, namun beberapa jam setelah itu, dokter bilang kalau mereka sudah meninggal."
Jacob menyentuh tangan Alesha yang mulai dingin.
"Selama dua bulan aku tidak mau sekolah atau melakukan apapun. Aku hujan-hujanan sambil menangis di makam orang tuaku." Alesha mengerjapkan matanya, dan itu membuat butiran air mata terjun melewati wajahnya.
Jacob hanya bisa terdiam sambil memperhatikan wajah Alesha yang masih dilewati oleh butiran air mata. Jacob terharu dan ikut merasakan kesedihan yang Alesha rasakan. Jacob teringat dengan orang tuanya. Meski sudah menelantarkan ia dan Mona, Jacob berharap orang tuanya bisa kembali, karna Jacob tidak menaruh rasa dendam pada orang tuanya. Kecewa pasti, namun Jacob ingin orang tuanya tersadar dan mencari keberadaan ia dan Mona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like tiba di sini juga😁
2020-12-25
0
Little Peony
Like like like
2020-11-27
0
LINA
bom like 👍 and rate 5 sudah mendarat di karya kk 😊 saling mendukung 🙂 semangat berkarya ka 💪 salam Dijodohkan dengan Cowok Manja 💙
2020-11-17
0