Alesha sudah bangun sejak tadi, dan Merina juga sudah memberitahu Alesha kalau ia disuruh untuk menemui Jacob.
“Di mana aku harus menemui Mr. Jacob?” tanya Alesha.
“Entah, dia hanya memintamu untuk menemuinya tanpa mengatakan di mana kau harus menemuinya,” jawab Merina sambil memakan popcorn dan menonton tv.
“Coba saja kau temui di ruangannya," ucap Maudy.
Alesha mengangguk lalu segera bergegas pergi menuju ruangan Jacob.
Malam itu sangat dingin. Alesha melihat beberapa murid yang sedang duduk sendiri atau berkumpul disekitaran taman, ada yang menyalakan api unggun sambil bernyanyi. Alesha tersenyum melihat ke arah langit yang penuh dengan bintang. Sangat jarang bisa melihat bintang yang begitu banyak dan indah di rumahnya di Indonesia.
Tidak lama kemudian, Alesha memasuki gedung para mentor. Tetapi, tiba-tiba saja ada seseorang yang memberhentikan Alesha dari arah belakang.
Ternyata seorang security.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya security itu.
“Mr. Jacob memintaku untuk menemuinya,” jawab Alesha. Security itu mengangguk. Alesha tersenyum lalu segera berbalik dan berjalan menuju ruang Jacob.
Alesha tidak tahu yang mana ruangan Jacob, untungnya disetiap pintu sudah diletakkan nama bagi pemilik ruangan. Alesha pun terus menyusuri koridor gedung mentor yang cukup panjang. Alesha berputar-putar cukup lama dan anehnya ia tidak kunjung menemukan ruangan mentornya itu.
“Hey," panggil seseorang dari belakang.
Alesha terkejut sedikit, lalu Ia berbalik dan mendapati Jacob yang sudah berada dibelakangnya.
“Mr. Jacob?” Alesha berjalan mendekati Jacob. “Aku tidak tahu ruanganmu,” ucapnya.
“Tidak apa, ayo,” balas Jacob lalu berjalan mendahului Alesha.
Alesha mengikuti Jacob dengan berjalan di belakangnya.
“Ini ruanganku.” Jacob membukakan pintu sebuah ruangan.
Tatapan Alesha kini tertuju pada papan nama yang ada di pintu tersebut.
“Mr. Ridle?” Alesha mengerutkan keningnya sambil membaca papan nama di pintu ruangan mentornya itu.
“Nama belakangku." Jacob mengedikkan kedua bahunya.
Alesha mendengus, “Aku sudah melewati pintu ini.”
Jacob terkekeh, “Aku juga tadi melihatmu lewat di depan ruanganku.”
“Apa?” Alesha menatap Jacob dengan kesal.
“Sungguh,” balas Jacob sambil tersenyum.
Alesha memutar bola matanya dengan jengah.
“Oke, tadi Merina memberitahuku kalau kau menyuruhku untuk menemuimu. Ada apa?” tanya Alesha.
Jacob menatap pada gadis yang ada dihadapannya itu.
Sedangkan Alesha, refleks sebelah alisnya langsung terangkat saat mendapati tatapan dari mentornya.
“Ayo ikut aku.” Jacob meletakkan buku yang tadi ia bawa di atas mejanya.
Jacob membawa Alesha berjalan ke sebuah taman yang cukup sepi, hanya ada beberapa murid saja yang sedang asik bersantai sambil menikmati malam. Jacob pun meminta Alesha untuk menunggu sebentar di taman itu karna ia berniat untuk pergi ke kantin sekolah yang masih buka hingga jam sepuluh malam. Sekembalinya Jacob dari kantin, ia membawakan dua gelas coklat hangat dan kue kering.
“Ambil ini.” Jacob menyodorkan gelas berisi coklat hangat itu pada Alesha.
Lengan Alesha terangkat untuk mengambil gelas berisi coklat hangat yang Jacob berikan. Kemudian, Jacob menaruh kue kering dan coklat hangatnya di tengah-tengah bangku, diantara ia, dan Alesha.
“Kau suka bintang?” tanya Jacob.
Alesha menatap Jacob, “Ya, mereka sangat indah.” Alesha tersenyum sambil menatap ke arah langit.
"Ini, pakai jaketku." Tiba-tiba saja Jacob memberikan jaket yang ia kenakan pada Alesha.
Mendapati hal itu, kening Alesha berkerut seketika. Ia bingung, kenapa Jacob memberinya jaket?
“Kau hanya menggukana piyama, cuaca malam ini cukup dingin dan tanganmu juga dingin. Pakai ini," ucap Jacob yang paham akan ekspresi wajah Alesha saat ini.
Dengan ragu Alesha mengambil jaket yang Jacob berikan lalu memakainya.
“Terima kasih, Mr. Jacob.” Alesha tertunduk malu.
Jacob mengangguk kecil seraya tersenyum.
“Ada apa?” tanya Alesha.
“Kenapa?” tanya balik Jacob.
“Kau memanggilku, ada apa?” jelas Alesha.
Jacob mengukir senyum pada wajahnya, “Tidak ada apa-apa.”
Alesha mengerutkan keningnya sambil menatap aneh pada Jacob.
“Aku hanya ingin memperbaiki hubungan denganmu,” lanjut Jacob.
“Aku tidak mengerti maksudnya.” Alesha terlihat bingung dengan ucapan Jacob.
Jacob mengalihkan tatapannya pada Alesha, kemudian ia menghembuskan napasnya, “Aku hanya ingin meminta maaf padamu,” jelas Jacob.
“Tapi kau sudah meminta maaf padaku," ucap Alesha.
“Aku pikir itu belum cukup, jadi aku hanya ingin memperbaiki hubungan denganmu.” Jacob meminum coklat hangatnya.
Alesha benar-benar tidak paham maksud Jacob.
“Sudahlah kalau kau tidak mengerti,” ucap Jacob, malas.
Tapi Alesha merasa semakin penasaran.
“Aku sudah berbuat salah padamu, dan kau adalah anggota timku, aku tidak mau hubungan kita menjadi buruk karna aku sudah berbuat salah padamu,” ucap Jacob dengan sedikit gelagapan karna ditatap oleh Alesha.
Alesha yang mendengar itu seketika tertawa lepas hingga perutnya terasa sakit, dan bukan hanya itu, ia juga melihat wajah Jacob yang sedikit memerah.
“Apa aku tidak salah dengar?” tanya Alesha disela-sela tawanya.
Jacob kebingungan saat melihat Alsha yang tertawa begitu puas.
“Apa kau sudah minta maaf pada Stella, Maudy, Merina, dan Nakyung?” tanya Alesha.
“Sudah," jawab Jacob singkat.
“Lalu kenapa kau tidak ajak mereka ke sini juga?” Alesha kembali tertawa. Ada beberapa murid yang sedang lewat di taman itu, dan menatap kepada Alesha dengan ekspresi bingung.
“Apa kau sadar yang lain melihat kearahmu dari tadi?” tanya Jacob. “Berhentilah tertawa,” lanjut Jacob dengan nada dingin.
“Tidak, mereka mungkin bingung kenapa aku bisa tertawa selepas ini, tapi aku lebih bingung lagi karna kau memintaku untuk menemuimu hanya karna kau ingin meminta maaf padaku walau tadi kau sudah meminta maaf, padahal aku saja sudah tidak mempermasalahkan tentang kejadian tadi siang,” ucap Alesha sambil tertawa.
“Apa salahnya?” tanya Jacob.
“Ayo lah, apa kau selalu sepeti ini jika memiliki salah pada seseorang?” Alesha mulai berhenti tertawa.
“Tidak, kecuali aku benar-benar merasa bersalah maka aku akan perbaiki kesalahanku itu sebisa mungkin," jawab Jacob.
“Jadi kau merasa sangat bersalah karna sudah menghukumku dan membuatku pingsan?” Alesha menatap Jacob sambil tersenyum geli.
Jacob menatap balik Alesha. “Ya.”
Alesha terkekeh, “Kau lucu.” Ia kembali tertawa.
Jacob jadi ikut tersenyum saat melihat tawa Alesha.
“Sudah, kau jangan banyak tertawa atau nanti kau akan batuk dan cepat minum coklat hangatnya agar tubuhmu tetap hangat, karna jika kau batuk apalagi dengan cuaca yang dingin sepeti ini asmamu akan kambuh,” ucap Jacob.
Alesha yang tadinya sedang tertawa seketika berhenti dan menatap Jacob.
“Bagaimana kau tau?” Alesha menatap Jacob dengan intens.
“Aku mengetahui semua tentangmu, dan juga anggota yang lain. Jadi tidak usah banyak tanya lagi," Jawab Jacob.
Alesha mengalihkan pandangannya lalu mengambil cangkir berisi coklat hangat yang akan segera ia minum, “Tidak, kau tidak tau tentangku, mungkin kau hanya tau lewat biodata diriku, tapi tidak semua hal tentang diriku kau ketahui,” balas Alesha lalu meminum coklat hangatnya.
“Sungguh? Lalu bagaimana dengan Adam? Lelaki yang kau sukai dari sejak kau sekolah SD hingga kuliah,” tanya Jacob dengan santai.
Alesha tertegun. Bagaimana Jacob bisa tau sampai sejauh itu?
“Sudahlah, data yang kami dapat sudah sangat lengkap, bukan hanya biodata saja, tapi semua hal tentang dirimu, kami sudah tau semuanya. Dari sejak kau SD hingga berada di sini. Bukan kau saja semua murid WOSA, kami tau semua tentang kalian jadi jangan coba-coba untuk berbohong.” Jacob tersenyum licik.
“Kalian memata-matai kami sejak kami kecil?” Alesha menyipitkan matanya.
“Sudahlah, Alesha tidak ada gunanya membicarakan ini, kau tidak akan mengerti juga, kami memiliki sistem khusus,” ucap Jacob.
“Kalau begitu kau juga tau tentang orang tuaku?” tanya Alesha sambil memegang kalung yang terpasang dilehernya. Kalung dengan liontin emas putih berbentuk bulan dan bintang peninggalan orang tuanya.
Jacob menatap kalung yang Alesha gunakan.
“Ayahku meminta aku untuk menjadi gadis sholihah seperti ibuku, namun aku masih belum bisa menuruti permintaan ayahku, dan ibuku ingin aku menjadi gadis yang cerdas dengan banyak pengetahuan dan wawasan seperti ayahku, dan aku masih belum bisa menuruti permintaannya juga. Aku masih mencari jati diriku, dan setelah itu aku bisa menjadi apa yang orang tuaku minta. Kalung ini, sebuah Al-Quran, dan kamus bahasa inggris adalah hadiah ulang tahunku yang ke lima dari orang tuaku, aku akan selalu menjaga benda-benda itu," ucap Alesha dengan sedih. Matanya sudah berkaca-kaca, namun Alesha bisa menahan agar air matanya tidak keluar.
Jacob tersenyum kecil lalu memegang pundak Alesha, ”Aku akan membantumu untuk menjadi apa yang orang tuamu inginkan.”
Alesha menatap Jacob dengan raut wajah sedih, “Aku merindukan mereka.” Ia menjadi murung, “Aku rindu saat mereka mengajari ku cara mengaji, aku rindu saat mereka membantuku belajar dan menceritakan banyak hal tentang dunia ini. Aku sangat sedih saat mereka meninggal. Aku baru berusia delapan tahun, dan sejak itu aku merasa kalau diriku berubah, saat orang tua ku meninggal, itu memberikan efek negatif pada diriku, aku depresi dan aku menyadari itu sekarang.” Alesha menutup matanya, menahan air matanya. ”Tapi aku akan menjadi apa yang mereka inginkan, aku tidak akan membuat mereka kecewa.”
Jacob merasa sedih melihat Alesha saat ini sedang merindukan orang tuanya. Jacob tau bagaimana rasanya. Jacob juga kehilangan orang tuanya saat ia berumur lima tahun.
“Aku yakin kau bisa, berusaha saja, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan,” ucap Jacob sambil memegang tangan Alesha.
Alesha menatap langit, “Umi, Bapak, kalian lagi apa? Alesha kangen.” Air mata Alesha menetes begitu saja, “Kapan kita kumpul lagi kaya dulu? Alesha sayang kalian.” Alesha menangkup wajahnya dengan telapak tangannya lalu menangis.
Jacob bingung, ia ingin memeluk Alesha, namun ragu. Sampai akhir Jacob memutuskan untuk mengantar Alesha kembali ke kamar asrama gadis itu saat Alesha sudah merasa tenang setelah menangis tadi.
Alesha masih sedikit murung. Jadi, Jacob yang mengetuk pintu kamar dan Stella yang ternyata membuka pintu kamar asrama itu. Alesha masuk ke dalam tanpa basa basi atau berkata apapun lagi. Ia langsung segera berbaring di kasur empuknya, tidak lupa ia mengembalikan jaket yang Jacob pinjamkan padanya lebih dulu tadi.
Stella dan yang lain bingung saat melihat Alesha yang murung dan langsung tertidur di atas kasurnya.
“Biarkan dia tidur, dia butuh ketenangan dan jangan ganggu dia," ucap Jacob lalu pergi. Stella dan yang lain mengangguk.
“Apa yang terjadi?” tanya Nakyung.
Teman-temannya hanya menggeleng tidak tahu.
Jacob kembali ke ruangannya dan masuk ke kamar yang tidak begitu besar namun cukup nyaman. Jacob berbaring di atas kasurnya. Ia masih memikirkan Alesha yang tadi menangis karna merindukan orang tuanya. Jacob tau rasanya ditinggal pergi selamanya oleh orang yang sangat disayangi.
Angin malam berhembus melalui celah yang ada dijendelanya. Angin yang cukup besar hingga membuat Jacob mengantuk. Perlahan, Jacob menutup matanya lalu tertidur.
Tepat tengah malam, Alesha terbangun dari tidurnya. Ia menatap keluar jendela sambil menatap langit malam yang indah. Lampu kamar juga sudah mati. Keheningan menghampiri Alesha. Hanya ada lampu redup yang kelap kelip dengan lambat di taman. Alesha menyenderkan dagunya di sisi jendela. Ia sedang merenung dan menikmati malam. Ternyata malam tidak gelap, apalagi saat tepat tengah malam. Tanpa lampu, malam terlihat lebih indah dan terang dengan cahaya bulan dan kelap-kelip bintang dikejauhan. Polusi cahaya membuat malam menjadi sangat berbeda ternyata.
Alesha tersenyum kecil dengan menikmati kedamaian yang sesaat menghampirinya. Pandangannya menyusuri setiap sudut WOSA yang bisa ia lihat dari jendela kamar.
“Andai aku bisa melihat taman surga dari sini, apa aku bisa melihat kalian juga?” Alesha merindukan orang tuanya sambil berbicara ke arah langit.
Alesha kembali merentangakan tubuhnya di atas kasur dan mulai terlelap. Secara perlahan alam mimpi mulai mengelilinginya lagi.
***
Para murid WOSA sudah masuk ke kelas mereka masing-masing dan kembali belajar. Pelajaran dimulai seperti biasanya.
“Mr. Jacob?” tanya Bastian saat Jacob tiba-tiba saja masuk ke kelasnya.
“Pagi, aku Jacob, salah satu mentor di sini, Mrs. Laras tidak bisa hadir dan tidak dapat mengajar kalian saat ini karna ia sedang ada tugas, dan aku diminta untuk menggantikannya,” ucap Jacob.
Bastian mengangkat sebelah alisnya.
“Ada masalah, Bastian?” tanya Jacob.
Bastian tersentak lalu menggelengkan kepalanya. “Tidak, Mr.”
Berbeda dengan kelas Centaury-A. Alesha dan yang lain sedang mencatat materi. Lagi-lagi Alesha melihat seseorang tidak dikenal sedang mengintip dibalik jendela. Alesha tidak langsung mengarahkan wajahnya pada orang tidak dikenal itu, takut-takut kalau orang itu akan menyadarinya dan pergi begitu saja. Alesha melihat orang tidak dikenal itu melalui ekor matanya secara diam-diam.
Nakyung tiba-tiba berdiri dan meminta izin untuk ke toilet dan membuat orang yang tidak dikenal itu pergi. Alesha mendengus. Alesha segera bangkit dari bangkunya dan meminta izin untuk ke toilet juga menyusul Nakyung.
“Nakyung, tunggu!” panggil Alesha dari belakang.
“Alesha? Apa yang kau lakukan?” tanya Nakyung.
Alesha tersenyum, “Meminta izin ke toilet.”
Setelah sampai, Nakyung langsung masuk ke dalam sebuah toilet, namun tidak dengan Alesha, karna ia tidak ingin buang air, entah kenapa ia penasaran dan ingin mencari tahu saja siapa orang tidak dikenal yang sejak kemarin memata-matai kelasnya.
Setelah beberapa menit, Nakyung keluar dari dalam toilet.
“Kau sudah? Ayo kita kembali,” ucap Nakyung.
“Duluan saja, aku masih ada urusan,” balas Alesha.
Nakyung menyipitkan matanya. “Apa?” tanya Nakyung.
Alesha terdiam tidak menjawab, ia hanya menatap sekelilingnya.
“Katakan saja, kita tim bukan?” lanjut Nakyung.
“Ada yang memata-matai kelas kita sejak kemarin, dan aku penasaran, aku ingin mencari tahu orang itu,” jawab Alesha.
“Kita harus mengatakan ini pada Mr. Jacob,” usul Nakyung sambil berjalan melewati Alesha.
Alesha menahan tangan Nakyung. “Tidak! Jangan sekarang!”
“Kenapa?” tanya Nakyung.
Tiba-tiba saja ada seorang murid yang memasuki toilet. Alesha dan Nakyung segera pergi meninggalkan toilet itu.
“Kita....” ucap Nakyung terpotong.
“Merina?” Alesha melihat Merina sedang mengendap-endap pergi kesuatu tempat.
“Apa?” tanya Nakyung sambil mengikuti arah mata Alesha. “Merina? Mau ke mana dia?” Nakyung terkejut saat melihat Merina yang pergi diam-diam.
“Ayo, kita ikuti.” Alesha segera pergi mengikuti Merina secara diam-diam di belakang, disusul Nakyung yang berjalan di belakang Alesha.
Merina berjalan ke gedung laboratorium tua yang sudah tidak dipakai. Ia membuka pintu gerbang gedung yang tidak terkunci itu dengan hati-hati lalu menutupnya kembali.
“Apa yang Merina lakukan?” bisik Nakyung.
“Aku tidak tahu, ayo kita ikuti dia, jangan sampai ada yang melihat ini,” jawab Alesha.
Alesha dan Nakyung mendekati gerbang itu dan melihat kesekelilingnya untuk memastikan tidak ada yang melihat mereka. Alesha membuka gerbang itu dengan sangat hati-hati. Ia dan Nakyung masuk secara mengendap-endap.
“Aku takut!” seru Nakyung sambil menatap gedung besar didepannya.
“Ayo...” Alesha menarik tangan Nakyung.
***
Bel tanda jam pelajaran berakhir pun berbunyi. Tidak terasa hari sudah siang lagi. Para murid kembali ke kamar asrama mereka dan ada juga yang langsung ke kantin.
Bastian sedang membereskan bukunya, namun tiba-tiba saja Stella dan Maudy datang ke kelasnya. Jacob yang masih ada di kelas pun bingung menatap Stella dan Maudy yang tiba-tiba datang dengan wajah bingung dan takut.
Stella dan Maudy mendekati Bastian, “Bas, Nakyung, Merina, dan Alesha belum kembali sejak jam pelajaran pertama tadi,” ucap Maudy dengan raut wajah khawatir.
“Apa?” Jacob menghampiri Stella, Maudy, dan Bastian. “Ke mana mereka?” tanya Jacob.
“Aku tidak tau,” jawab Maudy.
“Bastian kumpulkan anggota timmu, bawa mereka keruanganku!” perintah Jacob.
Bastian mengangguk. “Kalian ikut aku!” lanjut Jacob pada Stella dan Maudy.
Jacob segera bergegas menuju ruangannya bersama Stella dan Maudy. Saat menuju ruangannya, Mr. Thomson memanggil Jacob.
“Jacob, Mrs. Jinnie dan Mrs. Ambar bilang kalau beberapa anggota timmu meminta izin ke toilet dan belum kembali hingga jam pelajaran berakhir. Apa itu benar?” tanya Mr. Thomson.
Jacob bingung harus menjawab apa. Bastian dan anggota tim yang lain datang menghampiri mereka.
“Mr. Thomson aku pikir lebih baik kita tidak membicarakan ini di sini,” usul Jacob.
“Baiklah.” Mr. Thomson dan yang lain segera bergegas menuju ruangan Jacob.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Mr. Thomson.
“Aku tidak tahu, aku baru akan membahasnya bersama mereka,” jawab Jacob.
“Alesha, Nakyung, dan Merina, mereka belum kembali sejak jam pelajaran pertama. Mereka meminta izin untuk pergi ke toilet, namun belum kembali,” ucap Stella.
Mr. Thomson menatap Jacob.
Yang ditatap langsung paham.
“Kemarin Alesha bilang kalau ia melihat seseorang sedang mengawasi kelas kami secara diam-diam lewat jendela kelas,” ucap Stella.
“Jacob, ini tidak akan beres," ucap Mr. Thomson sambil menatap Jacob.
“Nak, pergi dan cari Mrs. Laras. Suruh ia untuk mengumumkan kalau pembelajaran hari ini tidak akan dilanjutkan. Suruh semua murid untuk kembali ke asrama mereka dan tidak ada yang boleh keluar, dan temui kami di ruang aula utama,” lanjut Mr. Thomson pada Bastian.
Bastian mengangguk lalu pergi.
Jacob sudah menduga apa yang terjadi. Ia sangat khawatir sekarang.
Seluruh mentor akhirnya dikumpulkan di ruang aula utama. Mr. Thomson memerintahkan para mentor agar berada di gedung asrama untuk berjaga dan mengawasi tim mereka. Sementara itu, Mr. Thomson sendiri akan membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus ini.
“Pulau ini sangat luas. Aku takut mereka membawa beberapa anggota timmu ke hutan belakang,” ucap Mr. Thomson.
“Katakan apa yang harus ku lakukan, aku tidak akan membiarkan mereka melakukan hal-hal buruk pada anggota timku,” ucap Jacob.
“Tidak, Jacob kita jangan gegabah. Kita harus menyusun rencana terlebih dahulu,” balas Mr. Thomson.
“Kita tidak mempunyai banyak waktu, beberapa anggota timku dalam bahaya, aku tidak akan membiarkan kejadian yang sama terulang lagi, Mr. Thomson!” ucap Jacob sambil menahan kesal.
Mr. Thomson menatap Jacob. Ia tau apa yang Jacob pikirkan dan takutkan. Ia menatap Jacob dengan raut wajah yang menunjukan keprihatinan.
“Aku juga tidak akan membiarkan itu Jacob. Aku sudah memberitahukan tentang ini kepada SIO, kita tunggu keputusan dari SIO,” ucap Mr. Thomson.
“Inilah sebab kenapa aku tidak ingin menjadi mentor dan bekerja di sini lagi!” Jacob menonjok pelan meja yang ada didepannya.
“Jacob, jangan berkata sepeti itu,” ucap Mr. Thomson.
“Aku sudah menolaknya, namun kalian memaksaku dan meyakinkan aku untuk kembali, aku pikir jika aku kembali aku bisa memperbaiki kesalahanku yang lama, tapi tidak. Aku gagal lagi!” Jacob mengepalkan tangannya.
“SIO memintamu untuk kembali bukan tanpa alasan, Jacob. SIO sudah tau kemampuanmu, dan mereka tidak akan melepas kan kau begitu saja.” Mr. Thomson mendekat pada Jacob dan meraih pundaknya.
“Kenapa kalian tidak mencari orang lain! Kenapa?” bentak Jacob.
“Kau adalah salah satu agent intelegent terbaik di SIO. SIO masih membutuhkan kau, Jack,” bisik Mr. Thomson.
“Aku tidak perduli! SIO hanya mementingkan berbagai project besar mereka tanpa mementingkan nyawa yang bisa mereka korbankan demi project mereka!” balas Jacob pelan namun penuh penekanan.
“Tapi SIO melakukan ini untuk dunia juga, untuk sains, dan semua yang sudah menjadi korban adalah pahlawan sains karna sudah membantu dalam menemukan berbagai macam hal yang tersembunyi yang ada di dunia ini.” balas Mr. Thomson. “Jangan salahkan dirimu dan SIO dalam hal ini.”
“Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Jacob datar.
“Menunggu perintah dari SIO. Aku yakin SIO juga tidak akan gegabah dalam hal ini,” jawab Mr. Thomson, “Tenangkan dirimu.”
Jacob mencoba menenangkan dirinya. Bastian dan anggota tim nya juga tidak bisa melakukan apapun, karna Mr. Thomson sudah bilang kalau mereka tidak boleh melakukan tindakan apapun tanpa ada perintah dari SIO.
Di tempat lain, para murid kebingungan kenapa mereka diperintahkan untuk kembali ke kamar mess masing-masing dan para mentor berjaga di depan gedung mess.
“Apa yang terjadi, Mr. Eve?” tanya Brandon.
“Mr. Thomson sedang mengurus sebuah urusan,” jawab Eve.
“Urusan apa?” tanya Brandon lagi.
“Yang pasti bukan urusanmu,” jawab Eve sambil melotot pada Brandon.
***
“Sebenarnya siapa yang kalian bicarakan dan takutkan, Mr. Jacob?” tanya Bastian.
“Mereka adalah orang-orang yang selama ini berusaha untuk mencuri berbagai sempel dari beberapa badan intelegent dunia, termasuk SIO. Mereka menggunakan sempel itu untuk diperjual belikan secara ilegal, dan masih banyak lagi ulah mereka," jawab Jacob.
Bastian mengerutkan keningnya, “Kenapa kalian tidak menangkapnya lalu memenjarakan mereka?”
“Mereka bukan orang bodoh yang bisa dengan mudah kami tangkap dan dimasukkan ke dalam penjara begitu saja, Bas.” Jacob mengepalkan tangannya.
Bastian terdiam setelah mendengar jawaban Jacob.
Jacob menatap jam tangannya. Sudah hampir jam lima mereka masih menunggu keputusan dari SIO, namun SIO masih belum mengizinkan siapapun untuk mengambil tindakan karna itu akan membahayakan WOSA.
Jacob hampir frustasi, begitu pula Bastian dan anggota tim nya.
“Mr. Jacob! Mr. Jacob!” panggil Merina yang tiba-tiba saja datang dengan napas yang terengah-engah dan lemas. Jacob yang melihat Merina datang langsung terkejut dan mendekati Merina.
“Kalian harus membantu Alesha dan Nakyung, mereka membawanya,” ucap Merina, lirih. Darah mengalir di dahi Merina, wajah Merina juga terlihat pucat dan sangat lemas.
“Mr. Jacob, mereka membawa Nakyung dan Alesha ke hutan. Mereka menculik Alesha dan Nakyung,” setelah mengucapkan itu, Merina tiba-tiba pingsan. Tubuhnya sedikit bergetar.
“Merina, bangun! Bangun!” Jacob menepuk pipi Merina, “Merina!” Jacob langung menggendong tubuh gadis itu dan membawanya ke ruang perawatan.
Jacob sangat khawatir dan takut dengan kondisi Merina yang sekarang ini. Hatinya tidak bisa tenang. Kenapa lagi dan lagi harus timnya yang terlibat dengan kelompok orang jahat itu?
“Mr. Thomson, SIO sudah bisa melacak keberadaan mereka, SIO akan membawa beberapa orang khusus untuk membebaskan dua murid WOSA yang telah diculik, dan kau beserta Jacob diminta untuk menunggu orang-orang khusus dari SIO di pantai sebelah Utara WOSA,” ucap Eve.
“Bastian, suruh anggota timmu untuk tidak meninggalkan gedung asrama ini, dan jaga Merina di sini!” perintah Jacob.
Bastian mengangguk.
***
Di tempat lain, tepatnya di tengah hutan luas yang berada di pulau tempat WOSA berada. Seorang lelaki bersama anak buahnya sedang merapikan tenda-tenda dan barang bawaan milik mereka.
“Kenapa kalian membawa gadis-gadis itu?” tanya seorang lelaki yang sedang duduk dibangkunya dengan sombong, “Aku menyuruh kalian untuk memata-matai, bukan menculik dua gadis itu.”
“Kami tidak bermaksud untuk menculik mereka, Tuan, tapi mereka menyusup ke gedung laboratorium dan bertemu dengan kita, jadi lebih baik kita membawa dua gadis itu ke sini. Bisa sebagai tawanan," jawab lelaki lain yang sedang berdiri.
“Tapi gadis yang satu lagi berhasil kabur,” sahut seseorang dari belakang, “Kita menjadi buronan SIO lagi untuk yang ke---“ Orang itu berpikir sejenak, “Entahlah aku lupa.”
“Kau sudah siapkan kapal di pantai Selatan?” tanya lelaki yang sedang duduk itu.
“Sudah,” jawab lelaki yang sedari tadi berdiri.
“Bagus, kita berangkat malam ini jam tujuh. Sebenarnya aku tidak begitu membutuhkan dua gadis itu, namun mereka bisa menjadi tawanan kita.” Lelaki yang sedang duduk itu segera bangkit dan keluar dari ruangan dengan membawa gelas berisi alkohol.
Di tempat lain, Alesha dan Nakyung, mereka ditempatkan di sebuah ruangan dari tenda yang cukup besar di tengah hutan dengan tangan yang diikat.
“Alesha, kita harus keluar dari sini, kita tidak bisa terus mengharapkan bantuan dari WOSA," ucap Nakyung.
“Aku juga sedang berpikir bagaimana cara keluar dari tempat ini.” Alesha melihat kesekelilingnya berharap ada sesuatu yang bisa ia gunakan untuk melepaskan tali yang mengikat tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Dewi Ws
aaa Jacob mau memperbaiki hubungan😍
2020-12-27
0
_rus
Sudah aku like dan rate Thor 👍🏽👍🏽
Tetap semangat pokoknya 💪🏽💪🏽
Salam hangat dari "Sebuah Sebuah Kisah Cintaku" 😁
2020-12-22
0
R.F
like ka, jangan lupa mampir balii
2020-12-03
0