Jacob membaringkan Alesha di kasurnya. Stella dan Bastian sudah sangat khawatir.
"Jangan biarkan dia jauh dari pandanganmu, Awasi dia!" Ucap Jacob pada Bastian. Bastian menangguk.
"Apa yang Mr. Levin lakukan padanya." Tanya Stella.
"Jangan katakan hal ini kepada siapapun tanpa seizinku. Levin bukan orang baik. Dia berniat menculik Alesha." Jawab Jacob.
"Apa? Tapi kenapa?" Tanya Bastian.
"Dia melakukan kerja sama dengan orang-orang jahat." Jawab Jacob.
Bastian, dan Stella terkesiap. Levin adalah lelaki yang baik, walau mereka baru dua hari kenal.
"Mr. Jacob, bagaimana kalau kita panggil Mrs. Laras untuk menemani Alesha? Kita tidak bisa di sini terus." Ucap Bastian. Jacob mengangguk. "Aku dan Stella akan langsung pergi kekebun dan tidak akan kembali ke sini." Lanjutnya.
Bastian dan Stella segera pergi untuk memanggil Laras dan melanjutkan hukuman mereka. Di kamar messnya, Alesha ditemani oleh Jacob yang sedang menunggu Laras.
Jacob menatap wajah Alesha yang sedang tertidur karna efek obat yang Levin berikan. Jacob benar-benar marah tadi. Ia tidak akan membiarkan Levin berkeliaran di WOSA dan membahayakan anggota timnya.
Jacob mengepalkan tangannya. Ia tidak suka jika Levin berdekatan dengan Alesha, apalagi Levin punya maksud jahat. Jacob harus ekstra waspada mengawasi anggota timnya. Ia juga akan meminta Bastian untuk mulai waspada.
Jacob duduk di atas lantai dipinggir ranjang dan menyandarkan punggungnya kesebuah meja. Jacob melihat sebuah buku diary dan Al-Quran kecil dimeja itu. Buku dan Al-Quran itu terlihat kusam.
"Jadi ini peninggalan orang tua Alesha?" Gumam Jacob. Ia membuka buku diary kusam itu. Jacob melihat ke arah Alesha yang masih tertidur pulas. Kemudian Jacob membuka setiap halaman dari buku diary itu.
Jacob membaca setiap kata yang ada dari buku itu dengan mengartikannya melalui Google translate karna Alesha menulisnya dalam bahasa Indonesia. Kenapa Jacob begitu penasaran? Jacob pun tidak tahu, intinya dia hanya ingin tau hal apa saja yang Alesha tulis, lagi pula Jacob juga tidak akan mungkin menceritakannya pada orang lain. Jacob menyimak dan mendapati satu hal.
"Kehilangan orang tua adalah hal yang membuatnya berubah." Gumam Jacob. Jacob menyimak lagi halaman selanjutnya.
"Jadi Alesha sering dibully dan dijauhi oleh temannya karna Alesha terlalu polos." Jacob terkekeh. Alesha menulis semua cerita hidupnya dibuku diary itu. Setelah orang tuanya meninggal, diary itu lah yang menjadi temannya.
"Kadang kau memang begitu polos dan begitu dewasa, Al, aku kadang merasa bingung." Jacob tersenyum kecil. Entah kenapa menurut Jacob, kata-kata yang Alesha tulis didiary itu sangat lucu. Mewakili perasaan Alesha namun akan membuat siapapun yang membaca malah balik tertawa karna cara penyampaian katanya.
Jacob sampai pada halaman terakhir. Alesha menceritakan tentang Jacob dihalaman itu.
Mr. Jacob adalah mentor yang baik, kadang menyebalkan, namun aku suka caranya bersikap kesemua anggota tim. Dia selalu bisa menempatkan cara dia bersikap dihadapan anggota tim. Mr. Jacob juga selalu membantuku jika aku mengalami kesulitan. Aku harap bisa berteman dekat dengannya. Dia seperti kakakku. Terkadang aku merasa kalau Mr. Jacob itu memperlakukanku dengan cara yang berbeda, tapi aku tidak memperdulikan itu. Intinya dia sungguh baik padaku dan yang lain. Aku harap Mr. Jacob mau untuk terus berteman dengan ku.
Jacob terkekeh dan tersenyum. Apa benar Alesha menulis itu? Jacob merasa senang, entah kenapa Jacob juga tidak tahu. Ia senang saja Alesha menulis tentangnya didiary milik Alesha.
Jacob menatap ke arah Alesha. Ia memandangi wajah Alesha. Jacob merasa nyaman melihat wajah Alesha yang begitu tenang.
"Aku akan selalu menjadi temanmu jika itu maumu." Ucap Jacob sambil tersenyum. Jacob mengelus tangan Alesha.
Ia teringat lagi dengan Yuna. Jacob merasa ada yang aneh, seperti ada sesuatu yang kosong.
***
Beberapa jam berlalu, Alesha akhirnya sadar. Efek obat tidurnya sudah hilang. Disisinya sudah ada Laras.
"Mrs. Laras?" Tanya Alesha.
"Kau sudah bangun." Saut Laras dengan senyum manisnya.
"Jam berapa sekarang?" Tanya Alesha.
"Jam tujuh kurang."
"Apa? Aku tidur lama sekali kalau begitu."
Laras tersenyum. "Kau makan saja dulu."
"Aku harus pergi, Bastian dan Stella pasti menungguku." Alesha bangkit dari kasur.
"Al, makan dulu, kau bisa lanjutkan hukumanmu nanti." Tahan Laras dengan memegang tangan Alesha.
"Tidak bisa, aku harus menyusul mereka sekarang." Balas Alesha.
"Mereka tidak akan keberatan jika kau makan sebentar saja." Ucap Laras sambil membawa dua porsi nasi dan sepotong ayam bumbu pedas.
"Ayo, makan dulu bersamaku." Laras memberikan sepiring pada Alesha, dan sepiring lagi untuknya. Akhirnya Alesha mau tidak mau harus makan bersama Laras. Padahal Alesha memang lapar, hanya saja ia tidak enak pada Bastian dan Stella.
***
"Semangat, Stella, ini adalah hukuman terakhir dan besok kau tidak perlu lagi melakukan hal ini." Ucap Stella menyemangati dirinya.
"Dan jangan lakukan hal bodoh lagi yang bisa membuatmu dihukum lebih berat dari ini." Lanjutnya.
"Kau sudah beres?" Tanya Bastian.
"Belum, masih ada beberapa kardus lagi yang harus aku bereskan." Jawab Stella.
"Alesha biar menyapu taman saja, aku akan merapikan gudang." Ucap Bastian.
"Ya, biar Alesha yang menyapu di sana bersama beberapa petugas, dan kita bereskan di sini." Ucap Stella setuju.
"Lakukan secepat mungkin, aku sudah lelah!" Perintah Bastian.
"Aku juga lelah!" Balas Stella.
***
Jam tujuh malam di taman, Alesha sedang menyapu dedaunan kering.
"Kau sudah bangun?" Tanya Jacob yang menghampiri Alesha.
"Ya, berapa jam aku tidur?" Alesha berpikir. Jacob tersenyum kecil.
"Mr. Levin? Di mana dia?" Alesha mengedarkan pandangan kesekelilingnya. Senyum Jacob luntur seketika.
"Hah.." Alesha terlonjak dan menatap ke arah Jacob. Jacob mengerutkan keningnya.
"Kalian bertarung tadi, kenapa?" Tanya Alesha menatap intens kearah Jacob. Jacob memutar bola matanya dengan malas.
"Dia bukan orang baik, dia ingin menculikmu." Jawab Jacob.
"Apa? Kenapa?" Alesha kaget saat mendengar jawaban Jacob.
"Karna dia bukan orang baik, dan jangan pernah dekati dia lagi." Balas Jacob dengan malas.
Alesha mengangguk paham, namun dia masih belum percaya kalau Levin adalah orang jahat.
"Mr. Jacob.." Panggil Alesha. Jacob berdehem.
"Kau pandai bela diri ya? Bisa ajari aku." Bisik Alesha. Jacob menatap Alesha lalu tersenyum meledek.
Alesha mendengus. "Baikah, kau tidak mau." Alesha berlalu pergi. Jacob menahan tangan Alesha. Alesha mengangkat sebelah alisnya lalu melepaskan tangannya dari genggaman Jacob dengan pelan.
"Apa?" Tanya Alesha malas. Jacob menatap Alesha sambil tersenyum jahil. Alesha mengerutkan keningnya.
Dasar aneh.... Pikir Alesha.
Tiba-tiba Jacob maju sekangkah dan membuat Alesha kaget. Reflek, Alesha juga mundur sekangkah. Jacob masih tersenyum jahil. Jacob mengangkat tangannya seoalg ia akan memukul Alesha. Seketika Alesha memposisikan kedua telapak tanganya didepan wajahnya karna berpikir kalau Jacob berniat untuk memukulnya. Tangan Jacob masih mengambang di atas. Alesha merasa sesuatu tidak terjadi pada dirinya. Ia membuka celah diantara kedua jarinya, dan mengintip. Jacob hanya tersenyum ke arahnya.
Telapak tangan Alesha turun lagi dan menampilkan wajah malas Alesha.
"Aku pergi dulu." Ucap Alesha dan berjalan melewati Jacob. Jacob menyeringai. Ia menahan tangan Alesha lalu memutarnya. Kini tangan Alesha berada dibalik punggungnya karna ditahan oleh Jacob yang berada tepat dibelakangnya.
"Aaaa.. Sakit..." Pekik Alesha. "Mr. Jacob kau bisa mematahkan tulangku." Alesha meronta untuk bisa melepaskan tangan dan tubuhnya dari Jacob. Jacob tidak menjawab, ia masih terus tersenyum melihat Alesha yang berusaha melepaskan diri.
"Mr. Jacob, aku harus melanjutkan pekerjaanku atau aku harus menyelesaikan ini sampai larut malam lagi." Ucap Alesha.
"Kalau begitu pergilah." Bisik Jacob tepat ditelinga Alesha.
"Kau tidak melepaskanku! Bagaimana aku bisa pergi!" Bentak Alesha.
"Kau bilang kau memintaku untuk mengajarimu." Balas Jacob.
"Baik aku menyesal mengatakan itu, sekarang lepaskan aku!" Balas Alesha.
"Kau menyerah?" Goda Jacob. Alesha mendengus. Jacob membalikkan Alesha sehingga menghadap ke arahnya. Jacob mengangkat sebelah alisnya. Alesha harus mendongkak untuk bisa menatap Jacob. Jarak mereka hanya beberapa centimeter. Jacob tersenyum meledek.
"Lepaskan aku!" Ucap Alesha penuh penekanan.
"Baiklah." Jacob melepaskan tangan Alesha. Namun karna hal itu Alesha kehilangan keseimbangannya dan kemudian ia terjatuh.
"Aaww---" Pekik Alesha. "Mr. Jacob, kau benar-benar mengesalkan." Alesha tersungkur di atas rumput taman. Jacob mengulurkan tangannya untuk membantu Alesha. Alesha manyun, ia sangat kesal pada mentornya. Dia menolak uluran tangan Jacob. Alesha segera bangun dan menatap tajam pada Jacob.
Jacob terkekeh. "Kenapa? Kau marah?" Ledek Jacob. Alesha maju selangkah mendekati Jacob. Jacob tidak mundur, ia malah menegakan tubuhnya. Alesha menahan emosinya, dan secara tidak sengaja, sekelebat ide menghampirinya.
Alesha mengarahkan matanya ke arah belakang Jacob beberapa kali lalu menatap Jacob lagi dan menatap ke arah belakang lagi. Jacob mengerutkan keningnya, ia jadi penasaran. Ia membalikkan badannya dan menatap ke arah belakang. Itu kesempatan Alesha. Alesha langsung mendorong Jacob hingga tersungkur ke tanah.
Alesha tersenyum puas. Ia berpikir kalau itu berlebihan karna Jacob adalah mentor Alesha. Sesaat Alesha merasa bersalah dan takut nilainya akan dikurangi. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur. Lagi pula siapa suruh mengerjainya.
Jacob bangun dan berbalik menatap Alesha. Jacob sendiri tidak merasa marah, ia malah senang bisa bermain dengan Alesha, dan Alesha juga tidak canggung lagi padanya. Alesha mengangkat dua jarinya sebagai tanda damai. Jacob maju sekangkah secara tiba-tiba, Alesha terkejut dan berbalik lalu berlari begitu saja.
"Maaf, Mr. Jacob, kau bisa menghukumku besok." Teriak Alesha sambil berlari menjauhi Jacob. Jacob terkekeh lalu tertawa. Tawa yang jarang sekali terpampang diwajahnya.
Jacob menggelengkan kepalanya. "Alesha, Alesha.." Gumam Jacob.
Alesha terus berlari untuk menghindari Jacob yang tidak mengejarnya. Ia terus menertawakan kelakuannya. Alesha bingung kenapa ia bisa seberani itu pada Jacob?
Alesha berhenti untuk mengambil nafas. Ia tidak sadar kalau ia berlari cukup jauh. Alesha kaget saat ia sudah ada di depan gerbang WOSA.
"Alesha!" Panggil seseorang. Alesha terdiam. Ia melihat sekelilingnya. Ia tidak melihat siapapun. Alesha jadi merinding. Angin berhembus. Tiba-tiba seseorang membekap mulutnya dan membawa Alesha melewati gerbang WOSA. Alesha meronta.
"Tenanglah, ini aku, aku berjanji untuk tidak menyakitimu, percayalah." Bisik Levin. Alesha terus saja meronta.
Lalu, setelah dirasa jauh dari gerbang WOSA, Levin segera melepaskan bekapannya.
"Mr. Jack--" Alesha berteriak namun Levin membekapnya lagi.
"Jangan memanggilnya. Kumohon percayalah, aku sama sekali tidak berniat untuk menyakitimu." Ucap Levin. Alesha menggigit telapak tangan Levin yang membekap mulutnya. Alesha mencoba berlari namun Levin menahannya. Levin memposisikan tubuh Alesha dengan menghadap kepadanya.
"Percaya lah, aku tidak akan menyakitimu." Ucap Levin dengan bersungguh-sungguh. Alesha menatap mata Levin untuk memastikan kalau Levin tidak berbohong.
"Aku ingin bicara denganmu." Levin menarik tangan Alesha untuk lebih menjauh lagi dari tempat mereka berdiri.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Levin duduk didahan pohon yang ada di tepi pantai diikuti Alesha.
Levin bercerita tentang misinya datang ke WOSA pada Alesha. Levin juga mengenceritakan tentang keluarganya yang ditahan oleh seorang pengusaha batu bara dan mineral. Alesha menyimak cerita Levin dan berusaha mencernanya. Alesha juga terkejut saat Levin bercerita kalau ia akan membawa Alesha sebagai jaminan kepada orang itu. Namun Levin mengurungkan niatnya karna Levin mempunyai rencana lain. Levin sangat membenci orang kaya itu karna sudah menahan keluarganya. Levin berencana untuk menjebak balik orang kaya itu untuk membalas perlakuan dan agar bisa membebaskan keluarganya lagi. Levin ingin meminta bantuan pada Alesha untuk menjebak orang kaya itu dan membebaskan keluarganya. Levin juga ingin Alesha mengatakan pada pihak WOSA untuk membantu Levin menghancurkan perusahaan orang kaya itu karna WOSA juga akan mendapat beberapa keuntungan. Jadi, intinya Levin ingin mengajak pihak WOSA untuk bekerjasama untuk membalas perlakuan orang kaya yang jahat itu melalui Alesha.
Alesha terdiam dan berpikir. Ia kasihan pada Levin karna keluarganya ditahan. Levin sebenarnya tidak jahat, ia adalah orang baik.
"Bagaimana? Aku harap kau bisa." Ucap Levin sambil memegang tangan Alesha.
Alesha menatap ragu pada Levin. "Aku akan usahakan jika itu bisa membantu untuk membebaskan keluargamu. Kau pasti sangat menyayangi mereka."
Levin tersenyum kecil sambil menunduk.
"Alesha!!" Tiba-tiba suara Jacob menggema disekitar sana. Alesha dan Levin kaget.
"Mr. Jacob." Alesha berdiri saat melihat Jacob berjalan ke arahnya dengan amarah. Alesha mundur beberapa langkah saat Jacob berjalan mendekatinya.
"Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak mendekati Levin lagi!!" Bentak Jacob. Alesha takut, ia tidak pernah melihat amarah Jacob yang seperti itu. Alesha hanya menunduk takut. "Dia berbahaya!!" Lanjut Jacob.
Jacob menarik tangan Alesha dan membawa Alesha pergi dengan kasar.
"Al, kau sudah tau semuanya, aku harap kau bisa membantuku." Ucap Levin. Alesha berhenti berjalan lalu berbalik menatap ke arah Levin. Jacob berbalik. Ia menatap tajam pada Levin.
"Kau memang harus aku habisi." Jacob menghampiri Levin dan menghajarnya. Alesha kaget saat melihat tonjokan Jacob yang dilayangkan pada Levin. Alesha berusaha untuk memisahkan Jacob yang terus mengajar Levin. Levin sendiri tidak membalas. Ia hanya terdiam pasrah saat Jacob mengajarnya. Harapannya kini hanya pada Alesha. Jacob menyingkirkan Alesha yang hendak menghalanginya menghajar Levin hingga Alesha terjatuh. Alesha segera bangkit lagi dan berlari untuk berdiri di depan Levin agar Jacob menghentikan tindakannya. Namun, tangan Jacob terlanjur melayangkan tonjokan keras yang tidak sengaja mengenai perut Alesha. Alesha terpental dan jatuh menimpa Levin. Jacob yang melihat itu seketika tertegun. Pukulannya mengenai Alesha. Jacob lemas seketika saat melihat darah keluar dari mulut Alesha. Levin bangun dan menyenderkan tubuh Alesha pada tubuhnya. Alesha terbatuk. Alesha merasa tubuhnya remuk dan sangat lemas.
"Alesha.." Levin menepuk pipi Alesha. Jacob mendekati Alesha. Air mata Jacob jatuh. Jacob merasa sangat bersalah. Alesha masih sempat meraih tangan Jacob yang kaku. Jacob hanya tertegun dengan wajah yang penuh penyesalan.
"Mr. Levin bukan orang jahat, dia membutuhkan bantuan kita." Ucap Alesha dengan lemah. Alesha melepaskan tangan Jacob lalu meraih tangan Levin. "Aku akan membantumu jika itu bisa membebaskan keluargamu." Setelah mengucapkan itu, Alesha merasa pandangannya buram dan menggelap. Alesha sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi dan kegelapan menghampirinya yang sudah tidak berdaya.
Levin menatap marah pada Jacob. "Bukan aku yang menyakiti nya, tapi kau!!" Levin segera mengangkat tubuh Alesha lalu berlari secepatnya untuk membawa Alesha ke ruang perawatan.
Jacob masih tertegun sendiri. Ia tidak sadar dan tidak sengaja menonjok perut Alesha. Bayangan Yuna yang pergi meninggalkannya tiba-tiba saja masuk kepikiran Jacob. Dada Jacob terasa sesak. Jacob tidak mau kejadian yang sama terjadi dua kali. Jacob merasa sangat amat bersalah dan tidak bisa memaafkan dirinya atas tindakannya yang membuat Alesha terluka. Jacob bangkit lalu berlari menyusul Levin yang membawa Alesha ke ruang perawatan.
Di ruang perawatan sendiri, Alesha sudah dibaringkan di atas kasur pasien.
"Apa yang terjadi?" Tanya Laras dengan panik. Laras bertemu dengan Levin saat di jalan tadi.
"Jacob menonjoknya." Jawab Levin. Beberapa orang perawat WOSA masuk dan menghampiri Alesha.
"Apa?" Laras kaget. "Tapi kenapa?"
Jacob tiba-tiba masuk ke dalam ruang perawatan dan menghampiri Alesha. Seorang perawat pun akhirnya harus menghalangi Jacob agar tidak mengganggu perawat lain yang sedang menangani Alesha.
"Tanya padanya." Jawab Levin sinis sambil melihat ke arah Jacob.
Laras yang segera menghampiri Jacob lalu menariknya keluar ruangan. Laras melepaskan tangan Jacob dengan sedikit kasar.
"Apa yang kau lakukan pada Alesha?" Tanya Laras sambil menahan emosi.
Jacob tidak menjawab, ia berusaha untuk masuk lagi ke dalam, namun Laras menahannya.
"Tidak ada gunanya kau masuk ke dalam karna hanya akan mengganggu perawat yang sedang menangangi Alesha! Apa yang kau lakukan pada Alesha?" Laras mendorong Jacob. Jacob hanya bisa terdiam. Laras benar, jika Jacob masuk, ia hanya akan menghambat. Tapi Levin di dalam?
"Aku yang bersalah, aku tidak bermaksud menonjok perutnya." Jacob lemas, kakinya sudah tidak mampu lagi untuk berdiri. Jacob merosot dan terduduk dilantai. "Aku berniat untuk menghabisi Levin, namun Alesha menghalangiku." Jacob mulai menangis. Ia sangat merasa bersalah dan tidak akan memaafkan dirinya jika hal yang lebih buruk menimpa Alesha. Jacob meremas rambutnya dengan kasar. Ia bergeser ke arah tembok dan menonjok tembok itu.
"Maaf, Alesha.." Ucap Jacob lirih. Laras juga sedih saat melihat Alesha tiba-tiba pingsan dan dibawa oleh Levin. Alesha adalah adiknya, walau tidak ada hubungan persaudaraan. Laras menyayangi Alesha karna Alesha gadis yang baik hati dan manis, juga pemberani.
"Ini semua karna Levin." Jacob bangkit dan masuk ke dalam ruangan. Perawat yang ada di sana kaget saat melihat Jacob menyeret Levin keluar lalu menjatuhkannya. Jacob hendak menghajar Levin lagi, namun Laras menghalanginya.
"Cukup, Jacob!! Jangan buat situasi bertambah buruk!!" Bentak Laras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Dina (ig : dinaezyu)
next thor
2021-01-08
0
🍫Bad Mood 🍰
ihiiyy mulai ada bumbu bumbu bucinnya nih 😂😂😂
Hey jacob, gak sopan yaa, alesha pasti akan sangat marah kalau tahu kamu udah baca diarynyaa.. 😆😆
2021-01-05
0
Vera Nika Anjani
likee
2020-12-14
0