Di taman, Alesha sedang duduk sendiri. Ia sedang asik bernyanyi sambil merekam suaranya melalui ponselnya. Dari kejauhan, Jacob memandang Alesha sambil tersenyum.
Ingin kubicara
Hasrat mengungkapkan
Masih pantaskah ku bersamamu
Tuk lalui hitam putih hidup ini
Saat engkau pergi
Tak kau bawa hati
Dan tak ada lagi yang tersisa
Dia
Dia
Dia
Telah mencuri hatiku
Disela-sela nyanyinya, tiba-tiba saja Alesha meneteskan air mata. Jacob yang melihat itu terkisap. Alesha menunduk sambil terus bernyanyi dengan air mata yang terus saja mengalir.
Dia
Dia
Dia
Telah mencuri hatiku
Jacob segera berjalan menghampiri Alesha. Namun, Alesha malah pergi menghindari Jacob. Alesha berlari sangat cepat. Jacob berusaha mengejar Alesha, namun Alesha terlanjur menghilang.
Jacob terus mencari Alesha yang pergi entah kemana.
"Laras, kau tau dimana, Alesha?" Tanya Jacob yang berpapasan dengan Laras.
"Tadi aku lihat Alesha berlari ke arah taman belakang. Ada apa?" Tanya balik Laras. Jacob hanya tersenyum.
"Tidak ada, aku mencarinya untuk berkumpul bersama yang lain." Balas Jacob berbohong. Laras hanya mengangguk.
Jacob segera melanjutkan jalannya untuk mencari Alesha di taman belakang. Saat Jacob sudah sampai, ia mendapati Alesha duduk dan bersandar disebuah pohon. Alesha sedang menangis sesegukan. Dengan sigap, Jacob segera menghampiri Alesha.
"Kau kenapa?" Tanya Jacob.
Alesha kaget. Ia segera menghapus air matanya. Jacob melihat sebuah foto dilayar ponsel Alesha dan dibingkai kecil yang Alesha pegang. Itu adalah foto seroang lelaki yang sedang mengaji.
Alesha mengalihkan pandangannya menghindari tatapan Jacob. Alesha menyadarkan kepalanya dipohon. Tatapannya kosong namun air matanya terus mengalir dan musik yang tadi Alesha nyanyikan masih terus berputar. Jacob mendekati Alesha. Ia duduk disebelah Alesha. Alesha masih lanjut bernyanyi.
Ingin kubicara
Hasrat mengungkapkan
Masih pantaskah ku bersamamu
Tuk lalui hitam putih hidup ini
Saat engkau pergi
Tak kau bawa hati
Dan tak ada lagi yang tersisa
Dia
Dia
Dia
Telah mencuri hatiku
Jacob mengambil ponsel Alesha. Ia memandang wajah lelaki yang terpampang dilayar ponsel itu.
"Adam." Gumam Jacob.
Adam adalah lelaki yang Alesha suka sejak SD hingga ia kuliah. Adam juga begitu dekat dengan Alesha. Adam tau kalau Alesha menyukainya. Namun baik Adam dan Alesha sama-sama tidak ingin berpacaran. Alesha juga tau kalau Adam tidak membalas perasaannya, tapi Alesha bahagia karna walau begitu, Adam masih tetap baik dan menghargai perasaan Alesha. Namun sekarang? Alesha sudah melihatnya. Adam bertunangan dengan seorang gadis lain, dan Adam memposting itu diakun sosial medianya. Sakit sekali hati Alesha. Lelaki yang ia cintai sejak SD harus bertunangan dengan wanita lain. Sebenarnya Alesha sudah ikhlas sejak lama kalau Adam tidak membalas perasaannya, dan ia juga tau kalau akan ada saat di mana dia akan melihat Adam bahagia bersama wanita lain. Tapi kenyataannya sekarang? Alesha hanya bisa beristigfar untuk bisa menenangkan hatinya. Alesha tidak akan lupa saat Adam bernyanyi dihapadan seluruh siswa SMP, dan nyanyian itu ditujukan untuknya. Alesha dan Adam juga sekolah di SMP yang sama. Alesha sangat terharu saat itu. Tapi sekarang nyanyian yang Adam nyanyikan pada Alesha waktu itu sudah berganti untuk wanita lain.
"Kau menangis karna dia?" Tanya Jacob. Alesha hanya mengangguk. "Kau merindukan nya?" Tanya Jacob. Jacob bingung, ia merasa sedih dan hatinya menjadi murung saat melihat Alesha menangis karna lelaki lain.
Alesha menggelengkan kepalanya. "Dia bertunangan dengan wanita lain." Ucap Alesha. Jacob terdiam. Ia tau rasanya ditinggal oleh orang ia cintai. Seketika Jacob jadi teringat Yuna.
"Aku tau aku harus mengikhlaskan, tapi kenapa sakit sekali?" Alesha menunduk. Ia tidak bisa membendung air matanya. "Adam..." Ucap Alesha lirih.
"Kau sangat mencintainya ya?" Tanya Jacob.
Alesha mengangguk. "Dia juga alasan kenapa aku menolak untuk berpacaran." Ucap Alesha. "Sampai sekarang aku tidak bisa membuka hatiku untuk lelaki lain, aku tau aku salah, Adam tidak membalas perasaanku, namun aku masih mempertahankannya dihatiku. Sulit untukku bisa melupakannya." Lanjut Alesha. Alesha menghapus air matanya. Ia mengambil ponsel miliknya dan membuka percakapan terakhirnya bersama Adam. Air mata terus menetes saat melihat foto yang Adam kirim distatus WhatsAppnya. Foto yang menunjukkan Adam sedang memakaikan cincin tunangan kepada wanita berkerudung biru yang merupakan calon istrinya. Adam juga memberi pesan pada Alesha kalau Adam akan menikah tahun depan, tepat setelah ia lulus kuliah dan beberapa hari setelah hari ulang tahunnya. Adam dan tunangannya itu sama-sama masih muda. Mereka memutuskan menikah lebih cepat. Namun, Alesha benar-benar terpukul mendengar hal itu. Perasaannya pada Adam bukan main-main. Tapi, mau bagaimana lagi? Mungkin itu jalan yang terbaik, Alesha harus benar-benar mengikhlaskan Adam dengan wanita lain.
Alesha terdiam cukup lama. Tatapan ia kosong. Jacob juga masih ada disisinya. Jacob tidak mau menanyakan banyak pertanyaan pada Alesha. Ia ingin Alesha tenang dulu.
Jadi kau masih mencintainya, Al...... Ucap Jacob dalam hati. Jacob juga ikut termenung. Jacob sedih melihat Alesha menangis karna lelaki lain.
Alesha meremas rok seragamnya sambil menahan air mata agar tidak keluar lagi.
Tiba-tiba Jacob memperhatikan sekelilingnya.
"Hujan?" Gumam Jacob. Rintikan hujan mulai turun dari angin. Jacob menarik tangan Alesha untuk berdiri, namun Alesha menahannya dengan tatapan yang masih kosong. Alesha tidak mau beranjak dari tempatnya.
"Alesha, ayo, kau tidak tau kalau hujan!" Ucap Jacob. Alesha melepaskan tangannya dari tangan Jacob.
"Pergilah, aku masih ingin di sini." Ucap Alesha datar.
Jacob mendengus. "Alesha, kau akan kehujanan, ayo!" Jacob membujuk Alesha. Alesha tidak menjawab.
Tidak ada pilihan lain, Jacob menarik paksa tangan Alesha untuk berdiri. Alesha meringgis lalu menatap Jacob dengan tatapan tajam.
"Aku tidak takut dengan tatapanmu." Tantang Jacob. Dengan sekuat tenaga, Alesha melepaskan tangannya dari genggam Jacob.
"Jangan ikuti aku! Aku akan berteduh!" Ucap Alesha lalu berbalik dan berlari meninggalkan Jacob.
"Alesha!!" Panggil Jacob.
Tunggu....
Jacob melihat kebelakang. Ia juga mengkhawatirkan anggota tim lainnya. Jacob harus kembali untuk menemui anggota timnya, tapi bagaimana dengan Alesha?
Sial! Hujan semakin besar dan Jacob basah kuyup sekarang. Ia pergi untuk menemui timnya, ia akan membiarkan Alesha untuk memiliki waktu sendiri. Jacob berlari secepat mungkin untuk menghindari air hujan yang turun semakin deras.
Berbeda dengan Alesha yang berlari keluar gerbang belakang dan menuju sebuah tebing yang berada disisi laut. Alesha tidak berniat bunuh diri, ia hanya ingin melampiaskan rasa sakit hatinya. Alesha berteriak beberapa kali untuk melepaskan semua yang ada didalam pikiran dan hatinya. Dia duduk dipinggiran tebing. Ia tidak memperdulikan hujan yang begitu besar dengan petir yang terus menyambar dan awan yang gelap. Sebenarnya Alesha sangat takut dengan petir. Ia beberapa kali terkejut karna suara petir yang menggelegar. Ia memeluk lututnya dan terus menangis. Hatinya benar-benar patah dan hancur sehancur-hancurnya.
"Adam.." Gumamnya sambil terus menangis. "Aku masih mencintaimu, maaf.." Perasaan Alesha benar-benar hancur. Ia terus menangis sesegukan. Beberapa kali Alesha menutup kupingnya dan berteriak saat mendengar suara petir yang begitu besar dan dekat dengannya. Alesha terus menangis karna suara petir yang tidak berhenti dan juga karna rasa sakit hatinya.
***
Seseorang mendekati Jacob yang sedang berkumpul dengan anggota timnya.
"Mr. Jacob, salah satu anggota timmu pergi menuju tebing laut yang ada digerbang belakang. Jemput dia! Petir sangat besar dan hujan ini tidak akan sebentar!" Ucap orang itu dengan panik. Jacob juga jadi panik, ia sangat menyesal membiarkan Alesha pergi sendiri tadi.
"Bas, kau tetap di sini bersama yang lain, aku akan menjemput Alesha." Ucap Jacob. Bastian mengangguk. Jacob segera berlari untuk menyusul Alesha.
"Ada apa dengan Alesha?" Tanya Nakyung.
"Aku tidak tahu." Jawab Bastian.
Jacob berlari secepat mungkin, ia takut Alesha melakukan hal-hal yang buruk. Jacob sudah sangat panik. Ia sudah tidak perduli lagi dengan tubuhnya yang kini sudah sangat kuyup. Jacob berlari melewati gerbang belakang dan menuju tebing di mana Alesha berada, dan tebing itu juga berada cukup jauh jaraknya dari gerbang belakang.
Jacob sudah melihat Alesha yang sedang memeluk lututnya di ujung tebing. Ia segera menghampiri Alesha.
"Alesha!" Panggil Jacob. Jacob berdiri disisi Alesha. Ia melihat Alesha yang sedang menutup kupingnya dan ketakutan. Jacob menarik tangan Alesha untuk berdiri. Alesha menatap Jacob dengan wajah yang sudah pucat dan sedikit membiru. Alesha kedinginan, ia menggigil. Jacob terkesiap melihat wajah Alesha yang sudah pucat dengan mata yang sembab. Alesha masih terus saja menangis. Jacob tidak tega, ia segera melepaskan jas yang ia pakai dan memakaikan pada Alesha lalu memeluk Alesha. Alesha terkejut dipelukan Jacob saat mendengar suara petir yang besar dan begitu dekat. Jacob memeluk Alesha dengan sangat erat.
"Aku sudah bilang untuk pergi dan berteduh, bukan malah berhujan-hujanan." Ucap Jacob. Jacob melepaskan pelukannya. Ia menatap Alesha. "Ayo kita harus pergi!" Alesha mengangguk. Mereka segera berjalan meninggalkan tebing. Jacob merangkul tubuh Alesha yang sudah menggigil.
Mereka pergi kepos digerbang belakang. Hujan terlalu deras, jadi terpaksa mereka harus berteduh di sana. Alesha duduk dibangku lalu kemudian Jacob berlutut dihadapan Alesha. Ia memegang tangan Alesha yang sudah sangat dingin.
"Pak, ada selimut? Atau kain apapun?" Tanya Jacob pada petugas penjaga pos. Petugas itu mengangguk dan mengambilkan selimut tipis. Jacob mengambil itu dan memakaikannya pada Alesha.
"Aku tau yang kau rasakan, aku pernah ditinggalkan oleh orang yang sangat aku cintai, tapi aku mohon jangan seperti tadi lagi." Ucap Jacob sambil memegang kedua tangan Alesha. Alesha hanya mengangguk.
"Kau pasti berpikir kalau aku akan bunuh diri, padahal aku sama sekali tidak kepikiran tentang hal itu. Aku hanya ingin melepaskan emosiku." Ucap Alesha.
"Tapi kau bisa sakit kalau berhujan-hujanan seperti tadi." Balas Jacob.
Alesha terdiam, ia berusaha untuk menetralkan pikirannya. Tatapannya lurus kosong dan wajahnya pucat. Alesha juga tidak sadar kalau Jacob dari tadi memperhatikannya. Jacob tidak tega melihat Alesha yang seperti itu. Jacob lebih suka melihat Alesha yang biasa bercanda dengannya tanpa ada kecanggungan. Senyum ceria dan wajah marah Alesha yang menurutnya lucu. Alesha gadis yang asik dan mudah bergaul, namun ia tidak pernah mau berbagi cerita sedihnya kepada siapapun, dan itu membuat ia membatin sendiri.
"Alesha." Panggil Jacob. Alesha menoleh. "Jika kau butuh teman curhat, kau bisa datang padaku, jangan memendam masalahmu sendiri." Ucap Jacob. Alesha tidak menjawab, ia hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kita adalah tim, dan harus membantu satu sama lain." Lanjut Jacob. Alesha masih belum menjawab.
"Al.." Panggil Jacob.
"Kau menyebalkan." Ucap Alesha. Jacob mengerutkan dahinya. Wajahnya menatap bingung ke arah Alesha. "Aku merasa kadang kau tidak menyimak apa yang kukatakan, saat aku berbicara serius kau malah tersenyum-senyum tidak jelas." Lanjut Alesha.
Jacob terkekeh. Ukiransenyum yang hangat tampak diwajah Jacob. "Baiklah, kalau begitu aku minta maaf, aku akan bersikap serius jika kau bicara."
"Ck." Alesha merajuk. "Tau ah." Ia membuang wajahnya dan menatap keluar jendela.
Jacob tersenyum. "Kenapa?"
"Tidak apa-apa." Balas Alesha dengan malas.
Jacob terkekeh lagi. "Kau marah?"
"Tidak." Balas Alesha datar.
Jacob menahan senyumnya. "Kau lucu, itu kenapa aku selalu senyum sendiri kalau kau berbicara."
"Apanya yang lucu?" Tanya Alesha jutek.
Jacob menggelengkan kepalanya. "Gaya berbicaramu."
Alesha menatap sinis pada Jacob. "Lalu, aku harus berbicara bagaimana?"
Jacob tersenyum. "Tetaplah berbicara seperti itu, aku menyukainya."
Alesha hanya mendengus. Jacob mencoba untuk menahan tawanya. Alesha selalu bisa bersikap lucu dan manis dalam keadaan apapun. Bagaimana bisa ada seseorang yang sikapnya seperti Alesha? Pikir Jacob.
"Alesha!" Panggil Laras. Laras datang bersama Nakyung dengan membawa payung dan sebuah selimut tebal.
Laras menghampiri Alesha lalu membaluti tubuh Alesha dengan selimut yang dibawanya.
"Kau tidak apa-apa kan?" Laras menyentuh kening Alesha. "Apa yang Jacob lakukan hingga membuatmu seperti ini?" Tanya Laras dengan panik. Jacob mengerutkan keningnya. Alesha mencoba menahan tawanya karna ucapan Laras barusan.
"Kenapa aku?" Tanya balik Jacob.
Alesha memeluk Laras dan berpura-pura menangis. "Mr. Jacob membentakku, aku sakit hati karna itu."
Jacob hanya menggelengkan kepalanya. Ia cukup senang karna Alesha sudah tidak terlihat begitu sedih lagi. Mood Alesha memang gampang sekali berubah, tergantung lingkungan dan situasinya. Jacob bersyukur untuk itu.
"Apa benar? Kalau begitu hukum dia." Ucap Laras. Nakyung merasa geli melihat tingkah Alesha yang seperti itu.
"Suruh dia untuk tidak menjahili dan menertawakanku terus." Ucap Alesha. Jacob mengangkat sebelah sudut bibirnya.
"Cukup-cukup." Laras tersenyum. "Ayo, kau harus kembali ke messmu, seragammu basah, ganti bajumu atau kau akan sakit." Ucap Laras. Kemudian Alesha mengangguk.
Mereka akhirnya pergi dari pos penjaga itu. Alesha memakai payung bersama Laras, dan Jacob bersama Nakyung dibelakang.
"Mr. Jacob, sebenarnya Alesha kenapa?" Tanya Nakyung.
"Dia sedang sedih." Jawab Jacob. Nakyung mendengus. "Aku tau dia sedih, jika dia tidak sedih dia tidak mungkin seperti tadi. Maksudnya itu apa penyebab kesedihannya." Ucap Nakyung.
"Aku tidak bisa menceritakannya padamu." Balas Jacob dengan ramah. Nakyung memutar bola matanya dengan jengah. Mentornya itu memang kadang suka menyebalkan, benar kata Alesha.
***
Alesha sampai di kamar messnya. Ia segera masuk ke kamar mandi.
"Kalian jangan ada yang keluyuran!" Perintah Bastian. Stella, Maudy, Merina, dan Nakyung mengangguk. "Aku pergi dulu." Bastian segera pergi untuk kembali ke messnya.
"Alesha kenapa?" Tanya Stella. Maudy menggeleng.
"Aku tidak tau, kau tanya saja Mr. Jacob." Jawab Maudy.
"Dia tidak akan menjawabnya." Saut Nakyung.
"Kenapa?" Tanya Stella.
"Aku sudah bertanya pada Mr. Jacob, dia tidak menjawabnya." Jawab Nakyung.
***
Waktu berjalan begitu cepat. Sekarang ini sudah menunjukan pukul tujuh malam. Alesha termenung sendiri di taman sambil menatap langit. Ia memakai celana santai semata kaki dan baju kaus tangan panjang. Hatinya sudah lebih tenang saat ini.
"Hai, Alesha." Sapa Levin sambil duduk disebelah Alesha.
"Hai, Mr. Levin." Sapa balik Alesha.
Levin tersenyum pada Alesha. "Bagaimana? Kau sudah bilang pada pihak WOSA?" Tanya Levin.
Alesha menggeleng. "Belum, tapi mungkin besok. Mr. Jacob sudah setuju untuk membantu setelah aku menceritakan semuanya."
Wajah Levin berubah menjadi datar. "Apa bisa kau tidak perlu melibatkan dia?"
Alesha terdiam. "Dia mentorku, aku tidak bisa membantumu jika dia tidak mengizinkanku."
Levin mengangguk paham. "Oh, ya apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Levin.
"Hanya ingin melihat bintang malam." Jawab Alesha.
Dari kejauhan, Jacob melihat Alesha sedang duduk berdua bersama Levin. Hal itu membuat Jacob geram. Jacob masih belum bisa percaya omongan Alesha tentang Levin sepenuhnya. Jacob masih harus tetap waspada.
Jacob berjalan mendekati Alesha dan Levin.
"Alesha." Panggil Jacob. Alesha dan Levin menoleh berbarengan ke arah Jacob. Levin menyadari kalau Jacob sedang menatap tajam ke arahnya. Levin segera bangkit dan langsung berpamitan pada Alesha lalu pergi begitu saja.
Jacob duduk di sebelah Alesha. "Apa yang dia lakukan padamu?"
"Tidak ada, dia hanya menanyakan kapan aku akan membantunya." Jawab Alesha.
"Dasar tidak tau diri." Jacob mendengus.
"Kau sudah bilang pada Mr. Thomson?" Tanya Alesha.
Jacob mengangguk. "Dia sedang memikirkan keputusannya sambil meminta kejelasan dari SIO."
"Bagaimana kalau SIO menolak?" Tanya Alesha.
"Kau tidak bisa membantunya." Jawab Jacob singkat.
Alesha tertunduk sedih. Ia ingin sekali membantu Levin. "Tolong usahakan itu ya, aku juga akan memohon para Mr. Thomson untuk meyakinkan SIO." Ucap Alesha. Jacob hanya mengangguk.
Selama beberapa saat tidak ada yang membuka pembicaraan. Jacob dan Alesha sama-sama sibuk dengan pikiran mereka masing-masing sambil melihat langit malam.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Jacob.
"Aku membaik." Jawab Alesha.
"Kau yakin?" Tanya Jacob lagi. Alesha mengangguk.
"Tapi tadi wajahmu pucat." Ucap Jacob.
"Apa sekarang wajahku terlihat masih pucat?" Tanya Alesha sambil menatap Jacob.
Jacob menatap wajah Alesha yang tidak begitu jelas karna lampu taman yang tidak terang.
Jacob menggeleng. "Kau terlihat lebih baik." Ucap Jacob.
"Itu kau tau." Saut Alesha.
"Aku hanya khawatir takut kau demam dan besok tidak bisa belajar." Ucap Jacob.
"Tenang saja, aku sudah biasa hujan-hujanan seperti itu." Balas Alesha. "Sejak kecil aku bermain di lapangan, hujan-hujanan, memanjat pohon, dan berlari-larian tengah hari. Jadi, aku tidak akan sakit hanya karna hujan-hujanan." Lanjut Alesha.
Jacob terkekeh. "Begitu ya."
Alesha mengangguk.
"Kau tidak tidur?" Tanya Jacob berbasa-basi. Secara tiba-tiba Jacob jadi merasa canggung, padahal Alesha bersikap biasa saja.
"Ini baru jam tujuh, aku bisa bangun tengah malam jika tidur jam segini." Jawab Alesha.
"Kau lapar?" Tanya Jacob lagi.
Alesha berpikir. "Ya, tapi aku malas makan."
"Ck, sudah ayo, kita ke kantin, aku juga lapar." Ajak Jacob sambil menarik tangan Alesha untuk berdiri dan berjalan menuju kantin. Alesha hanya mendengus.
***
Saat ini, Alesha sedang di dalam ruangan Mr. Thomson bersama Jacob dan Levin.
Mr. Thomson masuk dan duduk dibangku kerjanya. Ia memandang ke arah Alesha, Jacob, dan Levin.
"Apa rencanamu jika kami membantumu, dan apa keuntungannya untuk kami?" Tanya Mr. Thomson pada Levin.
"Mack, mempunyai terowongan bawah tanah yang langsung tembus ke laut. Kita bisa menyusup lewat sana." Jawab Levin.
"Apa buktimu kalau Mack bekerja sama dengan perusahaan gelap dan berniat untuk mengkhianati negaranya?" Tanya Mr. Thomson lagi.
"Aku sudah menjadi budaknya selama setahun, dan aku tau dimana Mack menyimpan data itu. Mack melakukan propaganda untuk mengelabui pemerintah. Dia berpura-pura menjual beberapa perusahaannya di negara lain agar bisa mendapatkan keuntungan lebih, dia juga diam-diam menyuplai minyak bumi ilegal ke daerah Vietnam. " Terang Levin.
"Beberapa hari lalu SIO kehilangan sampel bahan kimia terbarunya. Aku yang mencurinya atas perintah Mack." Lanjut Levin dan membuat Mr. Thomson terkejut. "Mack ingin menguji sampel itu untuk dicampurkan dengan sampel lain, jika berhasil, dia akan membuat bahan peledak super dan akan menjualnya ke seluruh dunia." Mr. Thomson dan Jacob terkejut mendengar penjelasan Levin. Mereka percaya tidak percaya pada ucapan Levin barusan. "Kalian harus membantuku untuk menghentikan niatnya itu, jika dia berhasil, perusahaan sejenis SIO akan mudah dibajak olehnya, dan akan menciptakan perang dingin antar beberapa pengusaha besar dunia, dan itu akan mempengaruhi keseimbangan ekonomi dunia." Lanjut Levin.
Mr. Thomson tertegun. Dia tidak menyangka kalau Mack bisa sepintar itu. Mr. Thomson berusaha berpikir.
"Tunggu kabar hingga nanti malam, jika SIO setuju, besok pagi kau bisa melanjutkan misimu, dan aku mau kau menjamin keselamatan Alesha, dan Jacob akan menemani mu." Ucap Mr. Thomson.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Vera Nika Anjani
aku udah mampir n like lagi ya thor..
semangat terus upnya
2020-12-14
0
👑
lanjut
2020-12-04
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
kakak😊
2020-11-23
1