Hari ini, Alesha dan Nakyung diberi ijin untuk libur selama sehari karna kondisi mereka masih lemah.
"Aku bosan," ucap Nakyung.
"Kakiku masih terasa sakit," lanjut Alesha.
Nakyung beralih menuju kulkas dan mengambil sekantung buah anggur.
"Aku rasa menonton film bisa menghilangkan bosan," usul Nakyung.
"Film apa?" tanya Alesha.
"Titanic. Bagaimana denganmu?"
"Boleh juga."
Nakyung segera menyalakan tv besar itu dan mencari film yang akan ia dan Alesha tonton. Mungkin WOSA tidak keberatan kalau sekarang mereka menggunakan tv nya.
"Dapat. Aku butuh tissue," ucap Nakyung.
"Aku butuh makanan." Alesha bangkit dari kasurnya dan berjalan untuk mengambil makanan yang ada dikulkas.
Setidaknya, kali ini kedua gadis itu
***
Saat jam istirahat tiba, seperti biasanya seluruh murid ada yang pergi ke kantin, berjalan-jalan di taman, dan kembali ke kamar asrama masing-masing. Namun, kali ini ada pemandangan yang berbeda. Ada banyak penjaga disetiap sudut di WOSA.
"SIO memperketat keamanan," ucap Mr. Eve.
"Itu semua karna ulah mereka." Brandon menatap Eve, "Jika saja mereka tidak keluar dari WOSA dan diculik, SIO tidak perlu repot-repot memperketat keamanan di sini."
Eve hanya menyeringai. Ia jelas tau kalau Vincent telah berulah lagi.
"Mr. Eve, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Brandon.
"Mereka mencoba memasuki daerah terlarang di WOSA, dan itu memancing musuh untuk memasuki WOSA," jawab Eve dengan santai.
"Tapi mereka membuat kekacauan yang lumayan besar." Brandon berdecak.
***
"Ya ampun, Mr. Thomson menyuruh kalian beristirahat, bukan untuk bersantai seperti ini," Stella memutar kedua bola matanya dengan jengah.
"Aku bisa melaporkan ini pada Mr. Thomson," canda Maudy.
"Kalau tau akan begini aku lebih memilih untuk tetap bersama kalian kemarin," sahut Merina sambil tertawa dan mengambil makanan milik Nakyung.
"Jika kau tetap bersama kami kemarin dan tidak memberitahu Mr. Jacob dan yang lain ceritanya akan berubah. Kau juga tidak akan merasakan bersantai saat yang lain sibuk belajar," balas Nakyung.
"Kau benar," ucap Merina sambil memasukan makanan kemulutnya.
"Tapi semalam asik juga ya," ucap Nakyung sambil tersenyum.
Alesha menatap Nakyung dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa Nakyung berkata seperti itu?
"Kenapa? Maksudku, aku menyukainya karna aku merasa ssperti sedang ada film-film action. Diculik dan berlari menyelamatkan diri menuju hutan dan menghindar dari orang jahat," lanjut Nakyung.
Alesha menggelengkan kepalanya.
"Kembali lah ke hutan itu, dan jangan kembali lagi," ucap Stella.
Nakyung menatap Stella dengan bingung.
"Kau bilang asik kan seperti semalam, kau bisa mengulangi itu, tapi hanya kau sendirian," lanjut Stella.
Nakyung berdecak.
"Aku ingat saat sebuah ular berada tepat di atas kepala Nakyung," ucap Alesha.
"Aku benar-benar takut saat itu," sambung Nakyung, "Dan, ya, ular itu mengejar kita cukup jauh." Nakyung mulai tertawa. Dia pikir itu agak lucu.
"Kalian dikejar ular?" tanya Maudy.
"Ular yang besar," sambung Alesha.
"Bagaimana kalian selamat?" tanya Stella.
"Kami bertemu orang jahat yang mengejar kami di hutan," jawab Alesha.
"Tunggu aku tidak paham." Maudy mengkerutkan keningnya.
Alesha memutar bola matanya dengan jengah. "Jadi, aku dan Nakyung kabur ke arah hutan, dan di hutan kami bertemu ular besar. Ular besar itu mengejar kami. Kami lari untuk menghindari ular itu, namun saat kami berlari, kami malah bertemu dengan orang yang mengejar kami lagi," jelas Alesha.
"Aku bilang semalam itu sungguh menarik," sambung Nakyung.
"Kau aneh," ucap Merina.
"Dan aku panik saat melihat Alesha yang tenggelam di lepas pantai karna tidak bisa berenang." Nakyung mulai tertawa.
"Panik tapi tertawa," sindir Alesha.
"Sungguh, aku mencari dimana Alesha, dan ternyata ia terpental jauh dari kapal. Mr. Jacob segera berenang ke arah Alesha dan membantunya," lanjut Nakyung sambil tertawa.
Alesha hanya mendengus pelan.
***
Jacob datang ke kamar asrama Alesha. Ia berniat untuk menjenguk dan melihat keadaan Alesha dan Nakyung.
"Kenapa kalian belum kumpul di taman? Aku tadi menyuruh Bastian untuk menemui kalian," tanya Jacob yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.
"Tadi Bastian sudah ke sini, kami juga akan ke taman sekarang. Dan kenapa Mr. Jacob datang ke sini?" tanya balik Stella.
"Aku hanya akan melihat kondisi Alesha dan Nakyung sebentar," jawab Jacob. Alesha dan Nakyung sedikit kaget mendengar jawaban Jacob.
"Kalau begitu kita pergi ke taman bersama saja," usul Merina.
Jacob menatap Merina, tatapan yang datar namun cukup menakutkan.
Merina menunduk.
"Baiklah, kami pergi sekarang. Lagi pula, Bastian dan yang lain pasti sudah menunggu," lanjut Merina sambil berjalan keluar kamar disusul Stella dan Maudy.
"Bagaimana kondisi kalian?" tanya Jacob pada Nakyung dan Alesha.
"Kami baik," jawab Alesha.
"Syukurlah."
"Oh ya, apa mereka mengatakan sesuatu pada kalian?" tanya Jacob.
Alesha dan Nakyung saling menatap, "Aku tidak ingat orang-orang itu mengatakan sesuatu pada kami. Aku hanya ingat saat mereka bilang kalau mereka akan menculik kami," jawab Alesha.
Nakyung mengangguk setuju.
Jacob terdiam sesaat, "Baiklah, kalau begitu aku akan pergi untuk mengajar yang lain di taman. Kalian beristirahat lah." Jacob segera pergi meninggalkan Alesha dan Nakyung.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Nakyung.
"Aku ingin menonton YouTube saja," jawab Alesha.
"Menonton apa?" tanya Nakyung sambil mendekat kearah Alesha.
Alesha menatap Nakyung dengan seringainya.
Nakyung menyerngit bingung, "Kenapa?"
***
"Mr. Jacob, aku sudah selesai," ucap Lucas sambil membawa sebuah buah apel yang sudah membusuk.
"Kau sudah mencatat apa saja yang kau temukan di dalam apel yang membusuk itu," tanya Jacob.
"Sudah, aku geli untuk mengingatnya. Mereka bergerak-gerak." Lucas merinding saat membayangkan bakteri yang berkembang biak di dalam apel busuk itu.
Jacob tersenyum.
"Aku menemukan sesuatu yang lebih menggelikan lagi," ucap Merina yang datang mendekati Jacob dan Lucas.
"Eewwhh-mereka benar-benar menjijikan." Merina menjauhkan buah jambu yang sudah membusuk dari hidungnya, "Aku melihat bentuk asli dari belatung." Ia bergidik ngeri.
"Apa SIO menguji sampel seperti ini?" tanya Mike yang mendekat.
"Tidak, ini hanya latihan saja untuk kalian," jawab Jacob.
"Besok aku akan membawa sampel bakteri dari air detergen dan sampel bakteri baik," lanjut Jacob.
"Apa bakteri itu berbahaya?" tanya Lucas.
"Semua bakteri berbahaya, kecuali memang ada beberapa jenis bakteri baik. Lagi pula aku hanya membawa sempel bakteri biasa saja. Tidak akan sampai membunuh kalian," jawab Jacob.
"Mr. Jacob, aku menemukan sesuatu!" seru Aiden. "Kemarilah!"
Jacob dan yang lain segera mendektai Aiden. "Aku menemukan beruang air dari sampel lumut yang ada dipohon."
"Beruang air?" tanya Stella.
"Beruang air berukuran sangat amat kecil. Dia bisa hidup dicuaca paling ekstrem," jelas Mike.
"Tapi aku merasa bentuknya tidak seperti beruang, tapi kutu, dia juga sepertinya transparan," ucap Aiden yang masih mengamati beruang air itu melalui mikroskop.
Jacob tersenyum sambil memandang Aiden yang berhasil menemukan beruang air dari lumut. Jacob tersentak seketika, ia lupa mengatakan sesuatu. "Aku lupa! Nanti malam, kalian berkumpul di ruang aula utama, Mr. Thomson berulang tahun. SIO mengadakan acara khusus untuk merayakan ulang tahun Mr. Thomson."
"Sungguh?" tanya Maudy.
"Mr. Thomson sudah lima belas tahun bekerja bersama SIO, dan SIO juga ingin memberikan apresiasi untuk Mr. Thomson," ucap Jacob.
"Wah, hebat Mr. Thomson." Merina bertepuk tangan kecil.
"Bagaimana dengan mu? Sudah berapa lama kau bekerja di SIO? "tanya Bastian.
"Aku? Sekitar lima tahun," jawab Jacob.
"Lama juga," komen Mike.
***
Beberapa pelayan di WOSA sedang sibuk menata ruang aula utama untuk acara ulang tahun dan apresiasi SIO kepada Mr. Thomson. Beberapa makanan sudah tersaji. Beberapa anggota SIO juga sudah datang. Mr. Thomson merasa sangat bahagia. Tentu saja. Lima belas tahun ia bersama SIO, tidak terasa umurnya juga semakin bertambah. Lima puluh tahun. Hidup Mr. Thomson sudah mencapai setengah abad. Ia tersenyum di rungannya sambil melihat ke arah luar melalui jendela. Para pelayan berlalu-lalang membawa makanan dan segala macam persiapan untuk acara ulang tahunnya nanti malam. Ia berharap, ia bisa menjadi lebih baik lagi, dan masih bisa terus membantu SIO dan WOSA.
"Mr. Thomson, saya membawa kabar dari SIO bahwa Mr. Frank tidak bisa ikut hadir karna ia sedang fokus untuk mencadi sampel DNA yang telah dicuri. Mr. Frank juga meminta permohonan maaf karna tidak bisa ikut hadir, dan ini, Mr. Frank membawakan hadiah untuk Anda," ucap seorang pelayan.
Mr. Thomson mengambil hadiah itu, "Terimakasih," ucapnya pada pelayan itu.
Mr. Frank adalah sahabat Mr. Thomson. Berbagai ekspedisi dan penemuan sampel-sempel baru sudah pernah mereka lakukan secara bersama-sama. Mr. Thomson tersenyum saat membuka hadiah yang diberikan oleh Mr. Frank.
Sebuah jam tangan antik yang bernilai puluhan juta. Mr. Thomson tersenyum. Mr. Frank sangatlah tahu apa yang ia suka.
"Aku akan memakai ini, terima kasih Frank, kau memang temanku yang terbaik," ucap Mr. Thomson.
***
"Oh ya, kalian tau tidak kalau malam ini, SIO akan mengadakan acara apresiasi dan peringatan ulangan tahun Mr. Thomson?" tanya Stella yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.
Alesha dan Nakyung menggelengkan kepala mereka.
"Mr. Jacob meminta kita untuk berkumpul jam tujuh di ruang aula utama," ucap Merina sembari membuka rompi yang ia kenakan.
"Jadi kita akan berpesta malam ini?" tanya Nakyung.
Stella mengangguk.
"Aku bisa berdadan cantik lagi." Stella tersenyum lebar seraya meraih handuknya lalu masuk ke dalam kamar mandi, "Aku akan bersiap dari sekarang." Ia berteriak dari dalam kamar mandi.
Merina jengah, "Biarkan saja."
"Oh, ya kalian ikut kan?" tanya Maudy.
"Mungkin, jika Mr. Jacob mengizinkan," jawab Alesha.
"Ikut saja, lagi pula aku rasa kalian tidak terluka parah, dan kalian baik-baik saja," ucap Merina.
"Memang," ucap Alesha dan Nakyung bersamaan.
"Lalu kenapa kalian diberi izin untuk libur sekolah hari ini?" tanya Merina.
"Tanya Mr. Thomson dan Mr. Jacob," jawab Nakyung.
***
"Kalian sudah siap?" tanya Jacob pada keempat gadis yang sudah ada di depannya. Stella, Nakyung, Maudy, dan Merina. Mereka terlihat sangat cantik.
"Ya." Jawab Nakyung.
"Dimana Alesha?" tanya Jacob.
"Dia masih sibuk dengan make upnya," jawab Stella.
"Kalian meninggalkannya? Ya ampun." Jacob memukul keningnya pelan.
"Cepat temui Bastian dan yang lain di taman tempat kita belajar," perintah Jacob.
"Alesha?" tanya Nakyung.
"Aku akan menjemputnya ke sana," jawab Jacob.
Di ruang kamar asramanya, Alesha sedang sibuk menghapus setengah make up yang ada diwajahnya. Stella memakaikan Alesha make up yang terlalu tebal, jadi, Alesha menghapus sebagian make upnya.
"Alesha, masih berapa lama lagi kau akan berkutik dengan make up mu?" Jacob tiba-tiba membuka pintu dan masuk.
Refleks, Alesha berbalik dan menatap ke arah Jacob dengan wajah yang memelas.
Deg... Jacob tertegun.
Pria itu terdiam seperti patung saat melihat Alesha yang menggunakan baju dress batik selutut dengan sepatu heels putih yang WOSA sediakan. Rambut Alesha dicepol atas dengan poni tipis di depan. Alesha terlihat sangat cantik.
"Yuna.." gumam Jacob pelan.
Alesha menyerngit bingung. Yuna? Siapa Yuna? Alesha tidak tahu Yuna.
"Mr. Jacob, hello.." Alesha mengibaskan tangannya di depan wajah Jacob.
Jacob mengerjap, tersadar.
"Kenapa? Siapa Yuna?" tanya Alesha.
Jacob menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil.
Alesha mendengus, "Stella mendandaniku dengan make up yang terlalu tebal, aku harus menghapus setengah make up yang Stella pakaikan."
"Kau tidak perlu menghapus make up itu lagi, kau sudah terlihat cantik," ucap Jacob.
Alesha tertegun mendengar ucapan Jacob barusan. Tidak salah dengar, kan?
Alesha tersenyum kaku, "Terima kasih."
"Tapi aku takut jika make up ini terlalu tebal." Alesha mendengus.
"Tidak, kau sudah cantik. Ayo, yang lain sudah menunggu," ucap Jacob.
Pujian, kah itu? Alesha menahan malunya. Entah kenapa Alesha merasa jadi canggung saat berdua saja dengan Jacob.
Alesha mengangguk lalu berjalan untuk pergi menemui yang lain.
Jacob berjalan tepat di belakang Alesha. Ia memandangi Alesha dari belakang. Ia tersenyum tipis sembari mengingat Yuna. Alesha memang mirip Yuna, bukan dari wajahnya, tapi entah dari apa yang membuat Alesha dan Yuna mirip, Jacob juga masih bingung. Tinggi Alesha lebih pendek dari Yuna. Meskipun memakai heels, tinggi Alesha tidak lebih dari kuping bawah Jacob. Atau mungkin Jacob yang memiliki tubuh yang terlalu tinggi. Jacob tersenyum lagi, lalu menunduk.
"Hai, Alesha," sapa Brandon yang menghampiri Alesha bersama mentornya, Eve.
"Hai, Jacob," sapa Eve.
Mimik wajah Jacob yang semula tersenyum seketika berubah drastis, menjadi datar. Ia mengalihkan pandangannya ke tempat lain dengan malas.
*****
Seluruh murid WOSA beserta mentor mereka sudah memasuki ruang aula utama. Acara akan dimulai. Empat orang perwakilan dari SIO sudah duduk di depan, disebelah Mr. Thomson.
Setiap tim duduk di tempat yang sudah dikelompokkan sesuai tim masing-masing.
Seorang MC maju kehadapan seluruh hadirin dan membuka acara itu. Ia menyampaikan beberapa kata basi-basi untuk sekedar menghibur Mr. Thomson dan para hadirin.
"Aku ucapkan selamat ulang tahun untuk Mr. Thomson," tutup sang MC dengan gembira.
Senyum Mr. Thomson merekah lebar saat semua yang ada di ruang aula itu bertepuk tangan seraya tersenyum ke arahnya.
"Acara selanjutnya adalah penyerahan lencana apresiasi yang akan diberikan oleh sekretaris SIO, Mr. Adan. Untuk Mr. Adan dan Mr. Thomson, dipersilahkan untuk bisa langsung maju ke depan."
Mr. Thomson dan Mr. Adan maju ke depan. Seorang pelayan mambawa papan yang di atasnya diletakkan sebuah lencana dan piagam penghargaan. Mr. Adan memakaikan lencana itu dan memberikan piagam penghargaannya pada Mr. Thomson. Tepuk tangan meriah kembali bergemuruh di ruangan itu. Mr. Thomson tersenyum bahagia. Ia menjabat tangan Mr. Adan seraya tersenyum ke arah kamera yang sudah siap mengambil fotonya.
Tiga jepretan kamera berhasil di ambil, lantas kemudian, Mr. Thomson saling berpeluk dengan Mr. Adan sejenak lalu kembali ke tempat duduknya.
"Baik, untuk selanjutnya, mari kita dengarkan Mr. Thomson yang akan mengutarakan beberapa kata yang ingin ia sampaikan saat ini. Untuk Mr. Thomson, silahkan," ucap sang MC.
Mr. Thomson bangkit dari duduknya. Ia mengambil microfon lalu mulai berbicara. Pertama-tama, ia mengucapkan terima kasih untuk semua orang yang hadir dipesta ulang tahunnya, dan juga berterima kasih atas apresiasi yang sudah diberikan padanya. Ia sungguh terharu saat menerima kabar kalau ulang tahunnya akan dirayakan dan juga ia akan mendapatkan apresiasi dari SIO. Mr. Thomson juga berharap agar kedepannya WOSA akan memiliki banyak murid baru yang kelak bisa membantu SIO dan kelompok organisasi lainnya dalam menemukan berbagai macam hal yang masih tersembunyi yang ada di dunia ini dan menjadi pahlawan bagi dunia sains.
Mr. Thomson juga bercerita sedikit tentang pengalamannya saat pertama kali masuk dalam organisasi SIO. Bangga dan bahagia karna setelah bergabung dengan SIO, ia bisa memikiki wawasan dan sudut pandang yang lebih luas tentang hal-hal yang ada di dunia ini.
Mr. Thomson juga berharap semoga murid-murid yang saat ini sedang menjalani pendidikan di WOSA dapat secepatnya beradaptasi dan memahami semua hal diajarkan oleh para guru dan mentor. Tidak banyak kata lagi yang bisa Mr. Thomson sampaikan. Intinya, ia merasa bahagia dan terhormat. Ucapan terima kasih terakhir menjadi penutup pidato singkat Mr. Thomson.
Sang MC maju kembali ke depan, "Untuk acara selanjutnya akan dilanjutkan pada pukul delapan. Sekarang ini, para hadirin dipersilahkan untuk memakan hidangan yang sudah disediakan, dan bagi yang ingin keluar ruangan sementara, juga dipersilahkan, dan satu lagi, kami meminta untuk ada perwakilan minimal satu orang dari setiap kelompok untuk bernyanyi. Ini permintaan khusus dari Mr. Adan agar acara tambah meriah."
Para murid WOSA tercengang kaget. Perwakilan minimal satu orang dari setiap tim untuk maju dan bernyanyi?
"Aarrgh.." geram malas Brandon. "Aku tidak akan maju ke sana dan bernyanyi seperti orang bodoh," lanjutnya.
*****
"Kenapa Mr. Jacob gak bilang kalau SIO meminta perwakilan satu orang dari setiap tim untuk bernyanyi?" tanya Bastian.
"Percayalah, aku juga tidak tau tentang hal itu. Aku rasa mentor lain juga tidak tau," jawab Jacob.
"Lagu apa yang akan kita nyanyikan?" tanya Stella.
"Aku tidak bisa bernyanyi, kalian akan pergi jika aku bernyanyi," ucap Lucas.
"Yang lain?" tanya Bastian.
Tidak ada jawaban.
"Kenapa tidak kau saja?" tanya Jacob pada Bastian.
Bastian tersenyum malas, "Kau bercanda."
"Tidak ada yang mau bernyanyi,bkan? Kau saja." balas Jacob.
"Ayo lah, aku juga tidak bisa bernyanyi!" protes Bastian.
"Aku yang akan bernyanyi," ucap Alesha. Yang lain refleks menatap pada Alesha.
"Bagus. Lagu apa yang akan kau nyanyikan?" tanya Bastian.
Alesha membalas pertanyaan itu dengan tersenyum.
***
Saat ini semua tim sudah kembali dan berkumpul lagi di ruang aula utama untuk melanjutkan acara. Satu persatu perwakilan dari anggota tim lain maju dan bernyanyi. Alesha? Tentu saja. Ia memang sudah rindu untuk bernyanyi. Biasanya, dulu ia selalu menyumbang nyanyian dipentas seni yang diadakan sekolahnya di Bandung, Indonesia. Kali ini, Alesha akan menyanyikan lagu milik salah satu penyanyi wanita terkenal di Indonesia yang berjudul 'Jangan Gila' milik Bunga Citra Lestari.
Kini, giliran Alesha yang dipanggil dan maju ke depan untuk bernyanyi. Semua yang ada di ruang aula itu bertepuk tangan. Alesha mengambil napas untuk mencoba menenangkan jantungnya. Musik mulai diputar. Alesha mulai meresapi musik yang akan ia nyanyikan. Sejurus kemudian, ia mulai bernyanyi dengan suaranya yang ternyata memang merdu.
Degg.... Jacob terdiam saat mendengar suara Alesha yang sedang bernyanyi di depan sana.
Lagu yang dibawakan Alesha sangat enak dan cocok dengan karakter suara Alesha. Meski yang ada di ruangan itu tidak mengerti arti dari lirik lagu yang Alesha nyanyikan, namun mereka sangat menikmatinya. Beberapa tamu undangan yang datang dari SIO dan Mr. Thomson pun turut tersenyum saat mendengar Alesha bernyanyi.
"Lagunya sangat enak, Alesha benar-benar meresapi lagunya," puji Stella.
"Aku tidak tau kalau dia memiliki suara yang indah," sambung Tyson.
"Aku juga," lanjut Mike.
*Jangan gila... Jangan gila sayang...
Nanti kau menyesal... aaa..
Kira-kira kalau marah sayang... Nanti kau menyesal... aaa...
Damm... Dararadam... Dararadam... Dararadam.. aaa... Damm... Dararadam... Dararadam... Dararadam... aaa
Jangan gila... Jangan gila sayang...
Nanti kau menyesal... aaa..
Kira-kira kalau marah sayang... Nanti kau menyesal... aaa*...
Beres.
Alesha telah menyelesaikan nyanyiannya. Tepuk tangan pun menyusul bergemuruh di ruangan itu. Ia tersenyum sembari memandangi orang-orang di dalam aula itu. Lantas beberapa saat kemudian langsung berjalan kembali kebangkunya.
"Waw, kau pandai bernyanyi juga," puji Bastian.
Alesha tersenyum menanggapi itu.
"Kau tau, semua yang di sini menikmati nyanyianmu, Alesha," ucap Stella dengan sumringah.
Alesha tidak menjawab apa-apa, ia hanya tersenyum.
Jacob memandangi Alesha tanpa disadari oleh gadis itu. Ia tersenyum tipis. Sampai secara tidak disengaja, pandangannya bertemu dengan Alesha yang melirik ke arahnya juga.
Aish.....
Alesha tersipu malu karna itu. Ia menunduk.
Sedangkan Jacob, ia terkekeh saat melihat wajah Alesha yang malu-malu kucing.
"Wajah Alesha memerah, ada apa?" tanya Mike.
Yang lain hanya tertawa kecil saat mendapati Alesha yang tersipu malu dan wajahnya memerah.
"Kau lucu saat wajahmu semerah itu, Al," ledek Nakyung.
***
Sekarang jam sepuluh malam. Acara sudah selesai dan para murid kembali ke asrama mereka masing-masing, ada juga yang pergi ke taman-taman.
Alesha dan yang lain berniat untuk pergi ke kantin, namun Alesha menemukan Jacob sedang termenung sendirian di sudut taman.
Pria itu terlihat murung.
"Kalian duluan, aku menyusul," ucap Alesha.
Teman-temannya mengangguk lalu lanjut berjalan meninggalkan Alesha.
Alesha melanhkah menghampiri Jacob yang duduk sindiri di dekat hutan buatan belakang aula. "Mr. Jacob," sapa Alesha. Ia melihat Jacob sedang memainkan kalungnya dengan liontin sebuah cincin emas putih.
Jacob cukup terkejut saat Alesha tiba-tiba muncul dihadapannya. "Ya, kenapa?" tanya Jacob.
"Kau sendirian, apa yang sedang kau lakukan?" tanya balik Alesha sembari duduk di sebelah Jacob.
Jacob tersenyum, "Tidak ada, hanya sedang ingin menyendiri saja," jawab Jacob.
Alesha mengangguk. Ia sedikit memiringkan kepalanya, menatap liontin cincin yang ada dikalung Jacob.
"Ini bukan milikku," ucap Jacob sambil memasukan kalungnya ke dalam bajunya, "Ini milik seseorang." Jacob tersenyum sambil mengingat sosok Yuna.
"Siapa?" tanya Alesha.
Jacob menatap Alesha.
Sebuah tatapan hangat yang membuat Alesha tertegun.
"Seorang gadis sepertimu, hanya beberapa tahun lebih tua darimu," jawab Jacob.
"Kau akan bertunangan? Kapan? Kau akan mengundang kami, kan? Apa aku yang pertama kali melihat cincin tunanganmu?" tanya Alesha betubi-tubi.
Jacob hanya tersenyum, lantas menggeleng.
"Tidak." Tiba-tiba saja senyum Jacob berubah menjadi senyum sedih.
Alesha menatap Jacob. Ada apa dengan pria itu? Alesha penasaran.
"Apa yang terjadi?" Alesha sedikit mendekat pada Jacob.
"Dia meninggalkanku," jawab Jacob, singkat.
Alesha mengangkat sebelah alisnya. "Meninggalkanmu?"
"Ya."
"Kenapa?"
"Dia menghilang begitu saja."
"Kau berbuat salah padanya?"
"Tidak."
Alesha menunduk, "Kau punya fotonya? Siapa tahu aku dan yang lain bisa membantumu untuk mencari di mana tunanganmu berada."
"Terima kasih, tapi itu tidak akan berhasil," balas Jacob.
"Aku harap kau bisa segera bertemu dengannya." Alesha menyentuh bahu Jacob.
Jacob hanya mengangguk pelan.
"Aku.." ucap Jacob terpotong.
"Alesha!" panggil Stella.
Alesha berbalik keasal suara.
"Ayo, yang lain menunggumu," ucap Stella. "Hai, Mr. Jacob," sapa Stella pada Jacob.
Jacob tersenyum kecil membalas sapaan Stella.
"Tapi.."
"Sudah, ayoo.." Stella menarik tangan Alesha.
Alesha menatap Jacob selama beberapa saat.
Jacob tersenyum hangat pada Alesha. "Pergilah, aku akan kembali ke kamarku. Selamat malam." Jacob segera bangkit lalu pergi meninggalkan Alesha dan Stella.
Alesha memandangi Jacob dari belakang. Ia merasa seperti ada sesuatu yang ingin Jacob katakan tadi, namun tidak jadi sebab Stella lebih dulu muncul.
"Ayoooo..." Stella menarik tangan Alesha lagi untuk lanjut berjalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Dhina ♑
Lari kehutan dikejar ular, lalu selamat, iya benar....kalian hebat
2021-07-15
0
Lia halim
penasaran sama suara alesha👍👏👏🎤🎵🎶🎼
2021-02-11
0
reina
❤
2021-01-16
0