Kepergok Heru

Waktu sudah menunjukan pukul 15.30 menit, Irina pamit pada anak dan Ibunya untuk pergi bekerja. Kali ini dia menempuh perjalanan dengan berjalan kaki, karena apartemen baru milik Marvel kebetulan dekat dengan rumahnya.

Irina bersenandung lirih, dia mencoba untuk menghibur dirinya yang sedang merasa sedih. Entah kapan pekerjaan kotor itu bisa dia akhiri, dia sudah ingin hidup bebas tanpa bayang bayang kata dosa.

Entah dari mana datangnya tiba tiba Heru ada didepan pintu masuk apartemen. Dia menatap Irina dengan tatapan aneh penuh selidik.

"Sedang apa kamu disini?" Tanya Heru.

"Bekerja. Kamu sendiri sedang apa disini? Mengikuti aku?" Tuduh Irina.

"Tidak, aku tidak mengikuti kamu. Aku hanya kebetulan lewat saja. Tapi bukannya kamu bekerja dirumah Dewi?" Heru menaikan alisnya sebelah.

"Aku sudah pindah sejak dua hari lalu. Aku permisi dulu, aku sedang buru buru,"

"Tunggu!" Tahan Heru.

Irina menepis tangan Heru dan berlari menjauhinya, Heru tak berani mengejar istrinya karena di apartemen elit itu tidak ada yang boleh masuk kecuali sudah ada tanda pengenal khusus. Tapi kenapa Irina bisa memiliki tanda pengenal itu? Apa dia bekerja pada orang kaya saat ini?

Heru tak perlu memikirkan pada siapa Irina bekerja, yang penting dia bisa mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhannya dan anaknya. Heru sadar, selama ini dia belum bisa menjadi suami baik. Dia tidak akan ikut campur dan mengekang wanita itu seperti dulu lagi.

***

Irina masuk kedalam kamar Marvel dengan buru buru, dia langsung menutup dan mengunci pintu dari dalam. Jantungnya seperti mau copot, hampir saja dia ketahuan oleh Heru. Kalau sampai Heru tau Irina bekerja menjadi wanita pemuas hasrat, pria itu pasti akan mengolok oloknya.

Suasana apartemen Marvel terlihat sepi, pria itu belum pulang kerja. Irina berinisiatif untuk pergi ke dapur, memasak makanan sederhana untuk makan malam.

Marvel selalu lahap menyantap makanan buatan Irina, dia juga tak lupa untuk mengucapkan terimakasih. Hal itu yang membuat Irina merasa dihargai dan selalu bersemangat untuk mengerjakan sesuatu di apartemen itu.

Waktu bergulir, Marvel akhirnya pulang ke apartemen. Dia kaget karena melihat tempat tinggalnya nampak begitu rapih dan bersih, sudah pasti Irina yang melakukan semua itu untuknya.

Marvel tersenyum, rumah memang akan lebih hidup jika ada sentuhan wanita di dalamnya. Sepertinya Marvel harus segera mengakhiri masa lajangnya, tentunya dengan Irina wanita idamannya itu.

"Kamu sudah pulang?" Tanya Irina yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.

"Iya," sahut Marvel.

"Ayo makan dulu, atau kamu mau mandi dulu?" Tanya Irina.

"Aku mandi dulu saja."

Irina menarik nafas panjang, dia harus menunggu sedikit lebih lama lagi untuk bisa makan. Sejak tadi dia menunggu Marvel pulang, perutnya sudah kelaparan minta diisi.

Irina tiduran diatas sofa tivi, dia menyalakan tv untuk mengusir rasa jenuh. Tapi yang terjadi Irina ketiduran, dia kelelahan setelah selesai memasak dan bersih bersih rumah.

Marvel melihat Irina tertidur, dia membopong Irina seperti bayi dan menaruhnya diatas kasur. Wajah wanita sangat cantik, sungguh bodoh suamimu itu yang sudah menyia nyiakan mu begitu saja. Marvel meraba pipi irin, kemudian menciumnya lembut. Irina menggeliat pelan tanpa membuka mata.

"Tidur lah yang nyenyak, aku tidak akan mengganggumu hari ini." Ucap Marvel lirih.

***

Marvel tidak membangunkan Irina karena dia juga tertidur pulas, sementara waktu sudah menunjukan pukul 02.00 malam. Irina kaget bukan main, dia akan terlambat pulang, tapi jika pulang jam segitu akan sangat membahayakan bagi wanita.

"Ada apa?" Marvel mengucek matanya. Dia terbangun karena gerakan kaki Irina.

"Aku ketiduran, sepertinya aku akan menginap disini,"

"Itu bagus, kita akan bersenang senang sampai pagi."

Senang katanya? Tidak mungkin. Yang ada Marvel yang senang, Irina merasa tertindas dan terintimidasi. Tapi apa yang bisa Irina lakukan? Dia sudah menerima bayaran mahal dari Marvel.

"Aku mau ke kamar mandi dulu," pamit Irina.

"Oke. Jangan lama lama ya!" Marvel tersenyum senang, sebuah senyum yang membuat bulu kuduk Irina merinding karena membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini.

***

Marvel menghajar Irina tanpa ampun, pinggangnya terasa remuk dan patah. Jangankan menyiapkan sarapan pagi, turun dari ranjang saja Irina serasa tak bertenaga.

Usai menggosok gigi dan mencuci muka, Irina melirik kearah jam dinding yang tergantung di sudut ruangan. Jam menunjukan pukul 06.30 pantas saja perutnya lapar.

Irina memanggang beberapa lembar roti, juga membuat dua cangkir kopi.

"Marvel, sarapan dulu. Setelah itu tolong antar aku pulang," teriak Irina.

"Iya sayang, sebentar lagi aku datang." Sahut Marvel penuh semangat. Setelah sekian lama akhirnya Marvel bisa sarapan bersama dengan Irina. Merupakan sebuah berkah dari Tuhan, dia merasa seperti telah memiliki seorang istri.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!