...Uang bukanlah segalanya, tapi tanpa uang segalanya akan terasa sulit. Kata siapa uang tidak bisa membeli kebahagiaan? Tentu bisa. Karena dengan uang kita bisa membeli segala hal yang kita mau, termasuk harga diri seseorang....
...*****...
Dewi menjemput Irina di sebrang jalan rumah sakit. Mereka langsung menuju restoran XXX yang ada di pusat kota. Sebuah restoran bintang lima yang sedang viral akhir akhir ini. Di tempat itu mereka akan bertemu dengan seorang pria yang menjadi pelanggan pertama Irina.
Tiba di depan restoran, Dewi meminta Irina berganti pakaian. Dia juga memoles wajah polos Irina dengan make up tebal. Kini Upik abu sudah terlihat seperti seorang putri, tidak hanya terlihat cantik, tapi juga terlihat berkelas dan elegan.
Dewi turun dari mobil dan masuk ke restoran, Irina mengekor seperti anak itik dibelakang. Beberapa kali dia menarik rok mininya kebawah, dia merasa malu karena untuk pertama kalinya dia memakai busana kurang bahan yang modelnya aneh seperti itu.
langkah kaki Dewi berhenti didepan seorang pria, wajahnya tampan dengan tubuh kekar dan tegap. Sekilas pria itu terlihat jauh lebih muda dari Irina, jadi klien pertama Irina adalah seorang berondong? Irina terkejut bukan main. Pria muda saja bisa bermain dengan banyak perempuan, apa lagi pria yang sudah matang?
"Irina, duduk lah," perintah Dewi. Irina menurut, dia menarik kursi yang ada di sebelah Dewi dan duduk dengan manis disana.
Irina melirik kearah pria itu, dia melempar senyum kecil semanis madu. Jantung Irina berdebar, meski masih muda wajah pria itu terlihat berkarisma dan berwibawa. Jangan jangan dia memakai susuk pemikat?
"Irina, perkenalkan. Ini Marvel, pelanggan setiaku," ucap Dewi.
"Hallo," sapa Marvel ramah.
"Hallo juga," balas Irina kaku.
"Barang baru kah Mami?" Tanya Marvel pada Dewi.
"Yes. Untuk pelanggan setia kelas kakap seperti kamu, Mami akan selalu sediakan yang terbaik," sahut Dewi.
"Oh, aku jadi tersanjung." Marvel tertawa lepas.
Suara tawa Marvel membuat Irina merinding, suaranya begitu maskulin. Pria seperti itu pastilah memiliki banyak perempuan, terlebih dia terlihat kaya dan berpendidikan. Tiba tiba saja Irina penasaran, apakah pria itu sudah menikah? Jika sudah, maka Irina harus siap siap dilabrak dan dimaki oleh istrinya. Atau bahkan dihajar hingga babak belur.
"Berapa tarif mu sekali main?" Tanya Marvel pada Irina
"Aku... Aku tidak tau," Irina meringis dan melempar pandangan kearah Dewi.
"Dia Kupu Kupu spesial, aku bisa menjamin dia masih mengigit dan kencang. Kalau kamu tertarik, berikan aku empat ratus juta, dia akan menjadi milikmu selama tiga bulan," tawar Dewi.
"Oke, deal. Aku akan mentransfer uang empat ratus juta ke rekening Mami sekarang juga." Marvel langsung menyetujui tarif jasa yang ditawarkan Dewi padanya.
Irina membeku, pria macam apa yang rela mengeluarkan uang sebesar empat ratus juta untuk menyewa seorang kupu kupu malam? Sekaya apakah dia? Irina benar benar penasaran dan ingin tau informasi lebih banyak dari sosok Marvel.
Selesai makan malam, Marvel menawarkan diri untuk mengantar Indira pulang. Awalnya Irina menolak, tapi Dewi memberi kode keras pada Irina untuk selalu menuruti kemauan pelanggan VVIP nya itu.
"Jadi, dimana alamat rumahmu?" Tanya Marvel.
"Antar aku ke rumah sakit saja," sahut Irina.
"Rumah sakit? Siapa yang sakit?" Marvel menaikan alisnya.
"Anakku, namanya Ayumi. Dia baru berusia empat tahun,"
"Kalau boleh tau, sakit apa anakmu?" Marvel penasaran.
"Sakit ginjal, dan dia harus segera di oprasi,"
"Jangan bilang kalau kamu menjadi kupu kupu malam karena mencari uang untuk biaya oprasi anakmu?"
"Tebakan mu benar,"
"Astaga, naif sekali kamu. Memangnya kemana suamimu?"
"Dia tidak bisa diandalkan, seorang pengacara alias pengangguran sukses banyak acara," Irina menaikan sudut bibirnya. Matanya berkaca kaca, hampir saja butiran air mata jatuh membasahi pipinya.
"Hah, sempat sempatnya kamu melawak dan tersenyum. dalam tangis." Gumam Marvel lirih.
Marvel mulai menjalankan mobilnya, mereka pergi menuju rumah sakit tempat Ayumi dirawat. Sepanjang jalan, Marvel mencuri pandang kearah Irina yang sedang menatap kosong ke luar jendela mobil. Ternyata masih ada sosok Ibu yang begitu tulus mencintai anaknya, dan ternyata tidak semua perempuan didunia ini itu buruk seperti pandangannya.
Meski terlihat sebagai perempuan baik, nasib Irina begitu buruk. Dia memiliki suami yang tidak bertanggung jawab dan tidak bisa diandalkan. Kenapa dia tidak minta cerai saja? Apa betul dia rela bertahan dalam rumah tangga bak neraka hanya karena cinta? Atau ada alasan yang lain?
Mobil Marvel berhenti saat tiba dihalaman rumah sakit, dia membuka dompet dan menyodorkan sebuah kartu nama kepada Irina.
"Datanglah ke alamat ini setiap pukul empat sore, dan aku akan mengizinkan kamu pulang setiap pukul sembilan malam," ucap Marvel.
"Oke, terimakasih sudah mau mengantar aku pulang," Irina melempar senyum dan mengambil kartu nama itu dari Marvel.
"Khusus untuk besok sore, aku sendiri yang akan menjemputmu." Marvel mengedipkan matanya sebelah.
Genit, satu kata yang cocok untuk menggambarkan karakter Marvel. Anehnya Irina malah gemas dengan tingkah pria yang baru dikenalnya itu. Mungkin karena dia tampan dan bersahabat. Semua wanita selalu tertarik dengan pria seperti itu bukan?
***
Irina melangkah masuk kedalam kamar rawat putrinya, dia melihat sosok Heru sedang duduk di tepi ranjang. Dia mengelus rambut putrinya yang masih enggan membuka mata karena pengaruh berbagai jenis obat yang masuk ke dalam tubuhnya.
Heru langsung bangkit dari kursi saat melihat Irina pulang. Dia mengamati penampilan Irina yang terlihat menawan macam wanita simpanan seseorang. Pakaian terbuka, make up tebal. Sungguh berbeda dengan tampilan Irina sebelumnya.
"Dari mana saja kamu mas? Kenapa baru datang menjenguk anakmu sekarang?" Omel Irina.
"Bukan urusanmu! Dan kamu, kenapa tampilanmu seperti itu? Apa kamu sudah beralih profesi menjadi seorang wanita penghibur hah?" Sindir Heru sinis.
"Bukan urusanmu!" Bentak Irina.
"Tentu saja menjadi urusanku, kamu istriku!" Ucap Heru.
"Istri katamu? Kamu bahkan lebih sering memberi uang kepada LC langgananmu daripada aku, kamu juga lebih sering menyentuh mereka daripada aku. Suami macam apa kamu hah?" Irina menyudutkan Heru.
"Sial!" Heru mengumpat kesal. Dia menghampiri Irina dan bersiap untuk memukul wajah cantiknya. Untungnya, tangan Heru ditahan oleh Lastri yang tiba tiba saja masuk ke ruangan itu.
"Kalau kedatanganmu kesini hanya untuk melukai jiwa dan raga anak dan cucuku, sebaiknya kamu tidak usah pernah kesini. Lebih bagus lagi kalau kamu menghilang dari hadapan kami selamanya," Lastri menepis tangan Heru kasar. Heru melotot karena wanita tua yang dulu hanya bisa diam kini berubah menjadi rubah galak.
"Lihat dirimu, apa yang bisa kamu lakukan untuk putrimu yang sedang sekarat? Jangankan memberikan uang untuk biaya berobat, memberi perhatian saja tidak. Pria macam kamu, tidak layak disebut suami apa lagi Ayah. Cepat pergi dari sini!" Usir Lastri.
"Nenek tua, beraninya kamu..." Heru menunjuk kearah wajah keriput Lastri.
"Pergi atau aku akan berteriak memanggil petugas keamanan." Ancam Irina.
Heru akhirnya mengalah, dia bergegas keluar dari kamar rawat inap itu dengan hati kesal dan penuh kebencian. Irina mencoba menguatkan hatinya, dia tidak boleh menangisi pria seperti Heru.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments