Kebohongan Irina

Meski berusaha untuk tetap kuat dan tegar, Irina tetap saja menangis tersedu sedu. Hatinya merasa sakit dibilang menjual diri oleh Heru, meskipun kenyataanya benar. Setelah dipikir pikir, lebih baik dia menjual diri asal bisa menyelamatkan nyawa putrinya. Daripada dia kehilangan putri semata wayangnya karena sang suami tidak bisa diandalkan.

Ayumi membuka matanya, dia menoleh kearah sang Ibu yang menangis terisak di tepi ranjang.

"Bu," panggil Irina.

"Ya sayang," Irina menghapus air matanya dan mengangkat wajahnya. Dia mengusap rambut Ayumi dan mencium keningnya.

"Ibu dari mana saja? Dari tadi aku menunggu Ibu," ucap Ayumi.

"Ibu bekerja nak, agar ibu bisa mencari uang untuk biaya pengobatan kamu,"

"Ayah mana Bu?" Tanya Ayumi. Dia menatap wajah Irina lekat.

"Ayahmu..." Omongan Ayumi terputus.

"Dia sedang diluar kota, mencari uang yang banyak untuk kamu." Sambung Lastri.

Kedua wanita itu terpaksa berbohong agar hati Ayumi tidak patah. Mana mungkin mereka mengatakan yang sebenarnya, kalau Ayahnya telah diusir pergi oleh mereka berdua.

Salah satu penyebab Irina sulit untuk meninggalkan Heru adalah Ayumi. Gadis kecil itu sangat menyayangi Ayahnya, lengket dan sulit sekali dipisahkan jika sudah bersama. Dia tidak mau dikira penjahat oleh anaknya sendiri karena telah memisahkan Ayumi dengan sang Ayah.

Drrrrt.... Drrrrt...

Ponsel Irina berdering, seseorang mengirim pesan singkat padanya. Irina mengambil ponsel di dalam tasnya dan membaca pesan tersebut. Ternyata itu adalah notifikasi ada transferan uang masuk ke rekeningnya sebesar 200 juta rupiah. Dewi menepati janjinya, dia benar benar mengirim uang itu.

Senyum Irina merekah, besok dia bisa langsung mengurus administrasi agar putrinya segera di oprasi.

"Pesan dari siapa?" Lastri penasaran.

"Dari Bosku Bu, dia memintaku bertemu besok sore," sahut Irina.

"Oh..." Lastri manggut manggut.

"Ngomong ngomong, dari mana kamu? Kenapa memakai pakaian seperti itu?" Cecar Lastri. Dia kurang suka anaknya memakai pakaian terbuka dan seksi.

"Aku baru saja menemani Bosku menghadiri sebuah acara Bu. Biasa ikut orang kaya, pakaian mereka suka aneh aneh," sahut Irina santai.

***

Di sebuah ruang pribadi...

Marvel tengah berbincang dengan salah satu teman dekatnya bernama Rudi. Dia juga sekertaris Marvel di kantor dan merangkap sebagai asisten pribadi Marvel.

"Ada apa kamu senyum senyum sendiri? Macam orang gila saja!" Celetuk Rudi.

"Aku baru saja menyewa kupu kupu baru, dia matang juga menantang," cicit Marvel.

"Lagi? Apa kamu tidak bosan terus bermain dengan banyak wanita?" Rudi menyindir Marvel.

"Aku tidak pernah bosan kalau menyangkut soal s*x, kamu tau kan aku pria hyp*r? Ha... Ha... Ha..." Ucap Marvel renyah.

"Jadi, wanita seperti apa yang kamu sewa sekarang?" Rudi jadi penasaran.

"Dia cantik, montok, dewasa dan dia berbeda dari lainnya. Dia terpaksa menjadi wanita penghibur demi anaknya, karena suaminya seorang pria yang tidak bertanggung jawab," tutur Marvel.

"Kalau yang dikatakan wanita itu benar, Malang sekali nasibnya itu," Rudi menepuk pundak Marvel.

"Ternyata yang kamu katakan tempo hari itu benar adanya, tidak semua wanita itu berhati buruk seperti Ibuku. Untungnya aku dipertemukan oleh bukti nyata," Marvel kembali menaikan sudut bibirnya. Dia merasa beruntung karena bisa bertemu dengan Irina.

"Hati hati, nanti kamu bisa jatuh cinta pada wanita itu. Ingat kawan, dia sudah ada suami, jadi bersikap profesional lah." Rudi mencoba memberi nasihat.

Jatuh cinta? Apa itu cinta? Dua puluh tujuh tahun Marvel hidup dimuka bumi ini dia tidak pernah mengenal cinta. Cinta itu menyakitkan, awalnya saja yang terasa manis. Dia melihat bagaimana Ayahnya terpuruk karena cinta, bahkan sampai saat ini.

"Kamu tenang saja kawan, aku tidak semudah itu jatuh cinta pada wanita." Ucap Marvel dengan penuh percaya diri.

***

Pagi harinya, Irina mendatangi ruang praktek Dokter yang menangani anaknya. Dia ingin membahas tentang oprasi yang akan dilakukan oleh tim medis pada Ayumi.

"Dok, aku sudah mendapatkan uangnya," ucap Irina.

"Syukurlah, kalau begitu aku dan timku akan segera menyiapkan operasinya,"

"Tapi Dok, resiko gagal oprasi itu tidak besar kan? Aku... Aku sedikit khawatir,"

"Tiap tindakan pasti ada konsekuensinya, lebih baik Ibu dan keluarga banyak banyak berdoa untuk kelancaran dan kesuksesan operasinya nanti."

Irina menitihkan air mata, dia merasa takut kalau putrinya akan berakhir dimeja oprasi. Dia takut nasib Ayumi tak seberuntung pasien pasien lain yang ada dirumah sakit itu.

Irina tidak boleh berpikiran negatif. Ayumi adalah anak yang kuat, dia pasti akan bisa melewati semuanya dengan baik dan lancar sesuai keinginan Irina. Tuhan maha baik, dia melihat usaha keras Irina. Meskipun usaha yang Irina lakukan untuk anaknya bercampur dengan dosa besar.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!