Aku Muak Denganmu!

Ayumi telah diperbolehkan pulang oleh Dokter, Dewi menjemput keluarga Irina dan mengantar mereka dengan selamat sampai ke rumah. Di teras rumah sederhana yang masih berupa bata merah itu, Heru tengah menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok. Dia terlihat santai, seolah tak memiliki beban pikiran.

"Ayah..." Ayumi turun dari mobil dan berlari kecil menghampiri Heru. Bukannya memeluk anak gadis itu, Heru malah mendorongnya menjauh.

"Jangan dekat dekat, tubuhmu masih bau rumah sakit!" Omel Heru.

Ayumi menangis, dia merasa sakit hati karena Ayahnya tidak peduli padanya. Padahal Ayumi sangat rindu pada sosok Ayahnya, dia sangat berbeda dengan Om Marvel yang baik dan ramah itu.

Irina buru buru menghampiri Ayumi, dia langsung membopong Ayumi dan membawanya masuk ke dalam rumah tanpa bicara sedikitpun dengan Heru. Lastri menyusul anak dan cucunya ke dalam rumah, sementara Dewi yang gemas langsung pasang badan hendak mengajak Heru ribut.

"Dasar pria tak tau belas kasih, pada anak sendiri saja seperti itu apa lagi pada istri? Pria pengangguran yang hobi mangku purel dan mabuk mabukan seperti kamu harusnya dicerai saja!" Omel Dewi.

"Siapa kamu? Jangan ikut campur dengan urusan rumah tangga orang lain!" Hardik Heru.

"Lihat saja nanti, jika waktunya tiba kamu pasti akan ditendang keluar oleh istrimu dari rumah ini. Jika Irina menolak melakukannya, aku siap menggantikan dia menendang b*kongmu itu!" Lawan Dewi.

"Wanita menyebalkan! Mau cari mati kamu?"

"Ayo lawan aku, biar begini aku pernah ikut kursus karate sampai sabuk hitam. Mematahkan lehermu yang kurus itu sangat mudah bagiku," tantang Dewi sambil memasang kuda kuda.

Mendengar Dewi dan Heru ribut, Irina bergegas kembali keluar rumah.

"Dewi, sebaiknya kamu pulang dulu ya. Terimakasih kamu sudah mau membantu kami," Irina mencoba melerai Dewi dan Heru secara halus.

"Baiklah, aku pulang dulu. Tapi lain kali aku pasti akan benar benar mematahkan leher pria tak berguna itu!" Ancam Dewi sambil melotot pada Heru.

Jujur saja, Heru merasa sedikit ngeri dengan ancaman Dewi tadi. Meskipun dia pria, mentalnya tak sekuat pria pria lain diluar sana. Ibarat kata tong kosong nyaring bunyinya, Heru hanya pandai bicara tanpa isi saja.

Irina menatap Heru sekilas, setalah itu dia kembali masuk ke dalam rumah untuk menenangkan putrinya yang masih menangis. Setelah kejadian hari ini, Irina yakin Ayumi tidak akan mau mendekat pada Ayahnya lagi.

"Nek, kenapa Ayah jahat pada Ayumi Nek?" Tanya anak itu polos.

"Karena dia tidak sayang lagi padamu," Lastri mencoba meracuni isi pikiran cucunya.

"Kenapa Ayah jadi berubah Nek? Dulu Ayah tidak seperti itu," Ayumi memasang wajah sedih.

"Ayahmu punya wanita lain diluar sana, jadi dia berubah menjadi kasar. Sebaiknya kamu tidak usah dekat dekat dengan Ayahmu lagi, kalau perlu suruh Ibumu untuk mencari Ayah baru. Seperti Om Marvel contohnya."

***

Didalam kamar, Heru mencoba merayu Irina untuk menunaikan tugasnya sebagai seorang istri. Sayang Irina menolak, dia terlalu jijik melihat milik suaminya yang sering keluar masuk lubang milik kucing kucing liar diluar sana.

Selain jijik, Irina juga takut tertular penyakit. Terlebih dia tau kalau Heru tidak pernah memakai pengaman.

"Kenapa kamu menolakku? Mau sok jual mahal kamu hah?"

"Aku tidak mau disentuh olehmu lagi, milikmu itu terlalu kotor karena sering menjamah milik wanita j@lang diluar sana,"

Plak...

Heru menampar pipi Irina, dan Irina pun menampar Heru balik. Dia mau Heru tau kalau Irina yang sekarang tidak lemah seperti dulu. Dia bisa melakukan apapun yang Heru lakukan bahkan membalasnya berkali kali lipat.

"Sial! Kamu berani melawanku?" Heru melotot tajam.

"Tentu saja aku berani, aku bisa menuntut mu dan memasukan kamu kedalam penjara," ancam Irina.

"Lakukan saja, aku akan membawa pergi anakmu dan membuangnya ke laut!" Ancam Heru balik.

"Dasar pria gila! Aku muak padamu!" Maki Irina.

Heru keluar dari dalam rumah sambil membanting pintu kuat kuat. Suara pintu itu bahkan sampai membuat Ayumi melompat takut. Suasana rumah Irina kini tak ubahnya sama dengan neraka. Panas, tidak ada kebahagiaan di dalamnya.

Lastri menyusul Irina ke kamarnya, dia melihat Irina sedang terduduk di pojok kamar sambil menangis. Rambutnya acak acakan, pipinya memar dan terlihat sangat memprihatinkan.

"Irina, mau sampai kapan kamu bertahan dengan pernikahan seperti ini?" Lastri memeluk Irina dan memeluknya erat.

"Aku tidak tau Bu, aku bingung. Hiks... Hiks... Hiks..." Irina menangis tersedu sedu.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!