Bab XX

Sudah hampir 2 bulan lamanya Nia dan Dio berpisah, hari demi hari Dio lewati dengan perasaan rindu yang tak berujung. Rasa rindu ini lebih menyiksa dari pada saat bersama Nia dengan prilaku anehnya.

Namun kini Dio sudah menyadari jika ia lah pihak yang bersalah. Ia lah yang membuat Nia semakin terpuruk karena tidak dipercaya. Seharusnya Dio adalah orang yang selalu mempercayai Nia, orang yang selalu ada untuknya. Tapi sebaliknya Dio malah menjadi orang yang paling menyakiti Nia dengan segala sudut pandangnya yang malah membuat Nia semakin tertekan.

Ia sendirian menghadapi segala teror yang mengerikan selama ia tinggal bersama Dio. Tak terasa dada Dio terasa sesak, nafasnya mulai berat dan butiran bening jatuh dari sudut matanya.

" Aku sangat rindu kamu sayang ".

Dipandangnya wajah Nia yang sangat cantik didalam bingkai foto yang ia letakkan diatas meja prakteknya. Senyumnya sangat manis ditambah tatapan matanya selalu berhasil membuat Dio luluh.

" Maaf sayang, selama ini kamu sendirian memghadapi makhluk itu. Aku percaya sayang, sekarang aku percaya jika makhluk gaib itu memang ada. Selama ini aku dibutakan dengan keegoisan ku sendiri. Sehingga kamu yang jadi korbannya ".

" Cepat pulih sayang, agar kita bisa kembali lagi bersama-sama ".

Tak henti Dio mengungkapkan rasa penyesalannya.

Tok.. tok.. tok..

" Dokter Dio.. Dok.. ".

Dio dikejutkan dengan suara ketukan yang terdengar tergesa-gesa di balik pintu ruangannya. buru-buru ia menyeka butiran itu dari matanya.

" Ya masuk ".

Saat pintu dibuka, terlihat lah sosok pria muda tampan yang terlihat panik.

" Ada apa Ris, kamu kenapa ? kok panik begitu wajahnya !? ".

" Anu pak, itu didepan..!! ".

Dio nampak heran melihat tingkah Aris yang sangat khawatir dan takut.

" Coba kamu tenang dulu Ris, trus coba bicarakan pelan-pelan biar saya mengerti ".

" Gak ada waktu dok, ayo sekarang ikut saya dok ".

 Dio kemudian mengabaikan rasa penasarannya, ia pun berdiri dan mengikuti perkataan Aris.

" Ya sudah ayo ".

Mereka pun bergegas bejalan meuju arah luar, nampak disana sudah ada pak Ali, pak Lukman dan juga Lastri berdiri dengan wajah yang tak kalah panik. Dio yang menyaksikan itu menjadi tambah penasaran, ada apa sebenarnya dengan mereka ? kenapa ekspresi mereka sangat tegang dan ketakutan seperti itu ?

Setibanya Dio ditempat para rekannya berdiri, pandangannya kemudian diarahkan oleh Aris menuju suatu pemandangan yang sangat mengerikan. Dimana ia diperlihatkan suatu hal yang sangat mengganggu penglihatan.

Disana di tembok depan dinding puskesmas tertulis kata-kata yang mengancam dan 2 kepala kambing yang terpisah dari tubuhnya di tancapkan pada sebuah kayu. Kata- kata itu berbunyi " CEPAT PERGI ATAU KAMU DAN ISTRIMU AKAN MATI ".

Dio yang melihat semua itu hanya bisa tertegun dan tak bisa berkata-kata. Sebenci itukah mereka kepada dirinya. sehingga mereka tega untuk melakukan ini semua.

" Siapa yang melakukan ini ? ".

Ucap Dio dengan melemparkan pandangannya kepada para rekan kerjanya yang terlihat sangat cemas.

" Tidak tau juga dok, tiba-tiba saja tulisan dan kepala kambing itu sudah berada di situ saat saya ingin menyapu halaman tadi ".

Pak Ali nampak sangat serius saat menyampaikan keterangannya.

" Bagaiamana dengan yang lain !? " .

" Kami juga mengetahui ini dari pak Ali dok !, ".

Kemudian Dio mengalihkan pandangannya menuju ke arah pak Ali.

" Ia benar dok, setelah saya menemukan semua ini saya kemudian memberitahukan kepada teman-teman ".

Dio menghela nafas panjang, ia kemudian meminta pak Ali dan pak Lukman beserta Aris untuk membantu ia membersihkan ini.

Merekapun bergegas untuk membersihkan tulisan dan menyingkirkan kepala kambing tersebut. Disela kegiatan itu masing-masing dari mereka tenggelam dalam pikirannya tentang siapa yang sudah menebar teror ancaman ini.

Namun pak Lukman sudah memiliki kandidat yang sangat mungkin untuk dicurigai, namun ia belum berani untuk menyampaikan itu kepada Dio atau yang lainnya.

Setelah selesai membersihkan semuanya, mereka kembali kepada runitas kesibukan masing-masing. Saat pak lukman sedang beberes di dapur ia dikejutkan dengan kedatangan pak Ali secara tiba-tiba.

" Mas, aku ko curiga yo sama mbah Jigo " .

Ucap pak Ali setengah berbisik, ia tak mau perbincangan ia dan kakaknya didengar oleh yang lain.

" Iyo dek, aku yo kepikiran gitu juga. Siapa lagi yang paling tidak suka dengan kehadiran dokter Dio kecuali mereka para dukun dan tukang obat tradisional. Apa lagi sekarang sudah banyak warga yang datang kemari untuk berobat ".

Pak Ali mengangguk, ia sangat setuju dengan apa yang kakaknya sampaikan.

" Kemaren aku pernah, melihat ada beberapa orang yang mendatangi kediaman dokter Dio, mereka tampak berbicara serius. Aku gak sempat mendengar percakapannya. Tapi dari apa yang aku lihat sepertinya bukan sesuatu yang baik ".

" Masa iyo mas, trus piye ? dokter Dio ada ngomong sesuatu sama mas ? ".

" Beliau bilang mereka datang untuk menyampaikan rasa ketidaksukaannya terhadap kehadiran dokter Dio . Tapi aku mengenali salah satu orang tersebut " .

Mata pak Ali terlihat menyipit, ia menantikan nama siapa uang yang akan keluar dari mulut kakaknya.

" Sutrisno, ya itu Sutrisno " .

" Oalah,, Sutrisno mas !! , itukan anak buahnya mbah Jigo ".

Ungkap pak Ali yang terkejut, ia sangat mengenali orang tersebut.

Pak Lukman mengangguk, kemudian mereka saling pandang. Sekarang mereka mulai merasa takut dan khawatir dengan keselamatan Dio.

" Kita harus lebih waspada mulai dari sekarang yo dek, kita ndak boleh lengah. Aku ndak mau hal itu terulang kembali " .

Anggukan pak Ali mengukuhkan niat mereka, bahwa keselamatan Dio merupakan prioritas yang harus mereka jaga.

Setelah berbincang beberapa saat, pak Ali pun pergi untuk melanjutkan pekerjaannya membersihkan halaman puskesmas.

Tak terasa hari sudah sore, mereka pun kembali kerumahnya masing-masing. untuk beristirahat melepas lelah karena seharian mengabdikan diri untuk masyarakat.

Ditengah perjalanan pulang kerumah, Dio dihentikan oleh pak Lukman. Ia mengingatkan Dio agar lebih berhati-hati lagi. Karena para warga yang tidak menyukainya sudah mulai berani untuk menebarkan teror ancaman seperti tadi.

Dio memahami jika temannya itu khawatir dengan keselamatannya. Ia pun mencoba untuk meyakinkan pak Lukman jika ia akan baik-baik saja. Dan jika memang nanti ada hal buruk yang terjadi, tentunya ia akan mengambil jalur hukum dan melaporkannya kepada pak Camat.

Mendengar hal tersebut pak Lukman hanya bisa tersenyum, meski didalam hati ia tau betul jika mbah Jigo bukanlah orang sembarangan. Bahkan sekelas camat pun tidak bisa berkutik dihadapannya.

" Ya sudah kalo begitu dok, nanti kalo ada apa-apa dokter jangan sungkan untuk memanggil saya ".

Dio mengangguk dan tersenyum, ia merasa sangat beruntung karena banyak yang peduli dengannya.

Merekapun kembali kerumah masing-masing untuk beristirahat melepas lelah tubuh dan pikiran. Setibanya dirumah, Dio kemudian membersihkan diri dan bersiap untuk beristirahat sejenak sebelum azan magrib berkumandang.

Terpopuler

Comments

Almira Rara

Almira Rara

laki aneh.... mampus loe.... rasainnnn.... baru nyadar Lo.....

2023-11-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!