Tok.. Tok.. Tok..
Terdengar suara ketukan di jendela samping tempat tidur. Nia terkejut, namun ia tidak yakin dengan apa yang baru saja ia dengar.
Tok.. Tok.. Tok..
Suara itu muncul lagi, namun kali ini terdengar seperti di pintu depan. Nia mencoba memanggil Dio, agar memeriksa siapa tau itu adalah pak Lukman.
" Sayang.. coba lihat sepertinya ada orang didepan ".
Nia mencoba memanggil Dio.
Namun hening..
" Sayang.. apa kamu dengar ? ".
Nia mencoba memanggil lagi. namun tetap tidak ada jawaban dari Dio.
Dio sedang asik mandi dan bernyanyi menikmati setiap guyuran air yang menyentuh anggota tubuhnya. Ia benar-benar hanyut dalam kesegaran hingga tidak menyadari kalo Nia sedang memanggil-manggil namanya dari luar.
Setelah hening beberapa saat, suara ketukan kemudian muncul lagi.
Tok.. Tok.. Tok..
Kali ini terdengar di pintu belakang, dan terus berulang namun di tempat yang berbeda-beda. Nia mulai merasa cemas.. ia bangkit dan langsung berlari menuju kamar mandi.
" Sayang.. Sayang.. tolong buka pintunya ! ".
Nia mencoba menggedor pintu kamar mandi dengan kuat, namun tidak ada respon dari dalam. Hanya suara guyuran air yang terdengar jelas.
" Sayang, tolong cepat buka pintunya !! ".
Nia masih coba menggedor-gedor pintu kamar mandi, berharap Dio segera membukanya.
Namun sia-sia, tetap tidak ada pergerakan dari dalam, hanya suara guyuran air saja yang masih terdengar dengan jelas. Nia mencoba untuk memberanikan diri menengok ke arah ruang tengah. ia coba dengar kalau-kalau saja suara ketukan itu sudah menghilang.
Namun baru beberapa langkah ia berada di ruang tengah, kembali suara ketukan itu muncul lagi dari arah pintu belakang. Nia mencoba memberanikan diri, untuk mengintip apakah memang ada orang yang iseng atau hanya halusinasinya saja.
Saat Nia hendak memegang ganggang pintu, suara itu menghilang. Berganti dengan suara ketukan lain di pintu depan rumah. Merasa jengkel, Nia buru-buru berlari ke arah pintu depan. Dia buka pintu dengan setengah marah.
Sepi.. Gelap..
Tidak ada apapun, hanya ada suara jangkrik yang terdengar di kesunyian malam.
Nia bergidik, buru-buru ia menutup pintu.
Dek.. jantung Nia hampir copot, saat Dio tiba-tiba saja muncul didepannya.
" Kamu sedang apa sayang, Ngapain disini dan kenapa pintu dalam keadaan terbuka ? ".
Dio menatap Nia dengan kebingungan.
" Sayang.. "
Nia memeluk Dio dan menangis.
" Lo.. Lo.. ko kamu nangis, ada apa sayang ? apa tadi ada orang yang mengganggumu ? ".
Dio membalas pelukan Nia dan mengusap kepalanya.
" Aku takut mas ".
Nia terisak.
" Ayo kita kekamar, mas ambilkan air minum dulu biar kamu tenang ".
Setelah mengantarkan Nia ke dalam kamar. Dio kembali ke dapur untuk mengambil air minum.
" Ini sayang, minum dulu airnya. Jangan lupa baca Bismillah ya ".
Dio tersenyum seraya memberikan gelas kepda Nia.
Kemudian Dio mengenakan baju dan duduk di samping Nia yang terlihat sudah cukup tenang.
" Gimana sayang, sudah agak tenangan ? ".
Nia mengangguk dan tersenyum ke arah Dio.
" Coba sekarang cerita, ada kejadiaan apa saat aku mandi tadi ? kenapa kamu membuka pintu dan terlihat sangat takut ? ".
Nia pun bercerita jika ia mendengar suara ketukan yang berulang-ulang di berbagai tempat, namun saat akan didekati suara tersebut menghilang. Ia juga bercerita jika sudah memanggil Dio dan menghampirinya kekamar mandi namun tidak ada jawaban.
" Tadi aku kekamar mandi untuk memanggil mas, karena saat aku memanggil dari kamar mas tidak menjawab. Jadi saat ada suara ketukan lagi, aku buru-buru ke kamar mandi. Tapi nihil, mas tetap tidak menjawab ".
Nia kembali terisak saat mengingat kejadian tadi, betapa takut dan cemas dirinya.
" Benarkah, maf sungguh aku sama sekali tidak mendengarnya ".
Ucap Dio sedikit bingung dan merasa bersalah.
" Sudahlah, mungkin memang tidak kedengaran ".
Ucap Nia dengan wajah sedih.
" Mungkin kamu kelelahan sayang, makanya mendengar suara yang aneh-aneh. Sekarang kamu mandi dulu, mungkin setelah itu kamu akan merasa lebih baikan ".
Dio tersenyum dan memberikan handuk yang sedari tadi ada dipangkuannya.
Nia mengangguk dan mengambil handuk dari Dio, ia berjalan ke arah kamar mandi. kemudian ia hidupkan shower. Setelah melepas semua pakaiannya, ia berdiri di bawah shower dan menikmati setiap guyuran air yang membasahi setiap jengkal tubuh mulusnya.
" Sayang, aku kedepan sebentar ya. Mau memastikan apakah mobil kita sudah terkunci atau belum ".
Dek,, jantung Nia terasa berhenti berdetak. Suara Dio terdengar sangat jelas, meski ia sedang menyalakan kran air dan shower. Benaknya mulai gelisah, bagaimana bisa suara Dio terdengar begitu jelas. Sedangkan saat dia menggedor-gedor pintu kamar mandi tadi, Dio bilang ia tidak mendengar apapun.
Nia buru-buru menyelesaikan kegiatan mandinya. Ia lilitkan handuk di badannya. Kemudian ia berjalan menuju arah kamar. Belum sempat kaki melangkah memasuki kamar. tiba-tiba saja..
Tok.. Tok.. Tok..
Suara ketukan itu muncul lagi, kali ini berasa dari jendela samping pintu belakang. Nia buru-buru masuk kedalam kamar. Ia bergegas mengenakan pakaian yang masih ada di atas lantai kamar. Nia memang belum sempat merapikan lipatan-lipatan pakaian yang tadi ia lipat.
Tok.. Tok.. Tok..
Nia terkejut, karena suara ketokan kali ini berpindah ke jendela samping tempat tidur.
" Berhenti.... siapapun itu tolong berhenti !! ".
Nia berucap setengah berteriak.
Berhenti, suara itu berhenti. namun tidak lama. Ia muncul kembali dari berbagai arah secara bersamaan.
Nia buru-buru berdiri dan kemudian berlari ke arah pintu depan. Ia membuka pintu dan berlari keluar mencari keberadaan Dio. Namun ia tidak melihat siapapun. padahal mobil sudah terparkir didepan rumah. Namun Dio tidak ada.
" Mas.. Mas Dio, dimana kamu mas ? ".
Nia berlarian kesana kemari mencari Dio, ia kemudian memutuskan untuk ke rumah pak Lukman siapa tau Dio ada disana. Ia kemudian berlari ke arah rumah pak Lukman.
Tok.. Tok.. Tok..
" Pak.. Pak Lukman.. Apa bapak ada dirumah ? ".
Nia mengetuk pintu rumah pak Lukman dengan sedikit tergesa-gesa.
Namun nihil, meski ia berkali-kali mencoba untuk mengetuk dan memanggil-manggil nama pak Lukman, tidak ada jawaban apapun dari dalam.
Nia kemudian berjongkok dan menangis sejadinya, ia benar-benar merasa sangat takut sekali. Ia menutup kedua wajahnya dan menangis sambil berdoa dalam hati agar Tuhan menjaganya dari hal buruk.
Dingin,, Dingin sekali, apa ini ? Nia merasakan ada sesuatu yang menyentuh lehernya. terdengar suara deru napas dan hembusan nafas yang dingin dibelakang telinga Nia.
Nia semakin merasa ketakutan dan ia tidak berani untuk menoleh. Nia kemudian menangis dengan sejadi-jadinya dan berteriak histeris.
" Sayang.. Kamu kenapa ? Hei, sadar sayang !! ".
Dio memeluk Nia dari belakang, mencoba memenangkannya.
Namun Nia tetap saja berteriak histeris, kemudian Dio meminta tolong kepada pak Lukman untuk mengambilkannya segelas air minum.
Dio mencoba untuk memukul-mukul pelan pipi istrinya, seraya terus mencoba untuk menyadarkannya.
" Sayang.. Sadar sayang ".
Nia kemudian terdiam dan duduk. tatapan matanya kosong. Dio menjadi bingung dan sedikit panik.
" Ini dok, coba diminumkan dulu. siapa tau beliau bisa lebih tenang ".
Dio mengikuti saran dari pak Lukman. Diminumkannya air yang sebelumnya sudah dibacakan doa oleh pak Lukman.
" Mas,, kamu kemana saja ? ".
Nia kembali menangis dan memeluk Dio dengan erat.
" Alhamdulillah,, monggo dok, istrinya di bawa pulang dulu. Mungkin kelelahan perlu istirahat ".
Ucap pak Lukman.
" Ia pak sepertinya begitu, perjalanan kami yang panjang tadi membuat istri saya kecapekan dan mengalami halusinasi yang cukup parah ".
Dio kemudian memapah istrinya kembali ke dalam rumah.
Setibanya mereka di dalam kamar. Dio membaringkan istrinya di atas tempat tidur. Nia terlihat jauh lebih tenang daripada sebelumnya.
" Kamu istirahat dulu ya sayang, kamu pasti sangat kelelahan. Makanya kamu berhalusinasi ".
Ucap Dio sambil membelai lembut rambut istrinya.
" Aku mendengar ketukan itu lagi mas, aku takut ".
" Tidak ada apa-apa sayang, tidak ada suara ketukan seperti yang kamu bilang. itu semua hanyalah khayalan kamu saja ".
Dio mencoba untuk meyakinkan istrinya.
" Tadi kamu kemana mas, aku cari-cari ko tidak ada dimana-mana ? ".
Ucap Nia dengan sedikit kesal.
" Tadi, aku dan pak Lukman berada di puskesmas. saat aku sedang mengunci mobil, Mas melihat pak Lukman sedang keluar rumah. Dia mengajak mas untuk berkeliling sambil melihat-lihat puskesmas sekalian memeriksanya ".
" Kamu tidak tau, aku sangat ketakutan disini ".
Nia mulai berlinang air mata lagi.
" Maafkan aku sayang, karena sebelumnya tidak bilang terlebih dahulu ".
Dio memeluk Nia dan mencoba menenangkannya.
" Sekarang kamu tidur ya, aku juga mau istirahat, mas paham ini adalah hari yang melelahkan untuk mu sayang, Besok juga mungkin akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan untuk kita. karena selain kita harus membereskan sedikit rumah ini. besok juga aku akan mengadakan sosialisasi kepada masyarakat dan sekalian berkenalan dengan mereka ".
" Aku sudah meminta tolong dengan Aris dan pak Ali untuk mengundang masyarakat besok ke puskesmas. Tolong kamu siapkan konsumsi untuk mereka ya. Tadi aku sudah minta tolong Lastri untuk belanja bahannya. Besok dia juga akan membantumu untuk menyiapkan segalanya ".
Dio mencoba menjelaskan rencanya untuk besok hari.
Nia mengangguk, kemudian mereka mencoba untuk tidur. Saat Nia sedang mencoba menenangkan pikiran dan perasaannya atas kejadian yang tadi menimpanya.
Tok.. Tok.. Tok..
Suara itu muncul lagi, samar dari arah pintu belakang rumah. Ia membuka matanya kemudian duduk. Ia mencoba untuk menggerak-gerakan badan Dio agar bangun.
" Sayang,, bangun, suara itu muncul lagi ".
Namun Dio masih tetap tertidur pulas, setelah beberapa menit suara ketukan itu hilang dan kemudian berpindah ke jendela kamar. Nia terperanjat kaget kemudian ia menggoyang-goyangkan tubuh Dio dengan keras. Dio terbangun dan mendapati istrinya sedang menangis sambil menggoncang-goncangkan tubuhnya.
" Sayang ada apa, kenapa menangis ? ".
Dio nampak terkejut dan bingung melihat kondisi istrinya.
" Suara ketukan itu ada lagi mas, apa mas tidak mendengarnya ? ".
Nia sangat ketakutan.
" Mana ? tidak ada suara ketukan seperti yang kamu bilang ".
Tok.. Tok.. Tok.
" Mas,, itu suaranya ada lagi. Masa kamu tidak mendengarnya ".
Wajah Nia memucat, rasa takutnya kini ada dipuncak.
" Tidak ada, mas tidak dengar suara apapun. Dimana sekarang suaranya ? Ayo kita cek. Kita buktikan apakah ada orang atau cuma halusinasi kamu saja yank ".
Dio mulai kesal melihat tingkah istrinya yang semakin menjadi-jadi.
Dio adalah orang yang sangat rasional, ia tidak mempercayai hal-hal yang ghaib. Baginya semua haruslah real bisa diterima oleh nalar dan akal sehat. Sedangkan hantu atau apapun yang berbau mistis itu tidaklah nyata.
Itulah yang menyebabkan Dio sangat sulit menerima pernyataan yang Nia sampaikan. Karena baginya semua itu tidak masuk akal dan sangat tidak rasional.
Dio memegang tangan Nia dan mengajaknya untuk melihat ada apa di luar. Dio membawa Nia berkeliling rumah untuk memastikan bahwa semua ucapan Nia hanyalah halusinasinya saja.
" Lihat,, tidak ada apa-apa kan sayang, itu hanyalah halusinasi kamu saja. Kita sudah memeriksanya dan kita tidak menemukan apapun ".
Dio mencoba meyakinkan Nia dengan kenyataan yang ada.
" Ya mas, mungkin kamu memang benar ".
Dio kemudian memeluk istrinya dan mencium kepalanya. Kemudian dia mengajak Nia masuk kembali ke dalam rumah.
Mereka berjalan meninggalkan halaman luar, berjalan dengan santai menuju ke dalam rumah. Tanpa mereka sadari ada beberapa pasang mata yang sedang mengawasi di dalam kegelapan dengan beberapa cekikikan yang menggetarkan bulu kuduk.
Sesampainya mereka di dalam kamar.
" Sekarang kita tidur, ini sudah malam sayang. Aku tidak mau besok kesiangan ".
Ucap Dio tegas.
Dio pun kembali tidur sambil memeluk Nia. Namun tidak dengan Nia, dia masih saja terbangun dan mencoba untuk memejamkan mata.
Tok.. Tok.. Tok..
Suara itu ada lagi dan kini diiringi dengan suara cekikikan wanita yang sangat menakutkan. Nia mencoba untuk memejamkan mata dan memeluk Dio dengan erat, ia membenamkan wajahnya didada Dio.
Nia pun tertidur dalam ketakutan akan teror suara ketukan pintu dan jendela yang terjadi hampir sepanjang malam dan berpindah-pindah tempat. Saat azan berkumandang suara itupun menghilang dan tidak terdengar lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Yurnita Yurnita
suami nya ko gak peka thor.kasian bini nya
2024-04-29
0
Linechoco
Nangkring terus
2023-09-19
1