Buram

Soemarmo Sosrokartidjo yang sekarang berada dalam tubuh Santoso tengah merapalkan mantra mencocokkan jiwa dengan raga baru. Guruh membuka pintu bersamaan dengan terbuka kedua mata Santoso.

"Cucuku ternyata orang yang menyambut ku? " ucap Santoso.

Guruh terdiam ketika mendengar ucapan yang dilontarkan oleh pemuda di depannya. Ia melihat Pak Parno tergeletak di sampingnya. Beberapa detik ia terhenyak karena menyadari sesuatu. Perlahan-lahan mundur.

"Bantu aku mencari abdi baru, " ucap Santoso.

Guruh berbalik hendak berlari namun di cegat oleh Santoso yang berada di depannya. Ia di kepung oleh Santoso lain.

"Kakek begitu terobsesi menjadi abadi. Apakah alasannya karena tak ingin mati? " ucap Guruh.

"Ingin tahu alasan kakek? Bukan sekedar kaya dan kuat tetapi abadi adalah puncak dari dunia, " balas Santoso

Guruh dalam posisi waspada. Ia melihat sekelilingnya tak ada celah untuk kabur. Ia merapalkan mantra lirih.

"Hmph!! Mantra Bayu Saketi. Dia benar-benar tulus melindungimu, " ucap Santoso.

Guruh melambaikan tangan di udara memunculkan tiga keris pusaka. Santoso terkejut dibuatnya.

"Kau benar-benar keturunan ku! Mampu menemukan ruang pusaka. Aku akan memberitahu kehebatannya, " ucapnya menggenggam udara menarik tiga keris pusaka. Guruh terkejut tak tahu harus berbuat apa. Ia melihat tiga keris bersinar terang memiliki warna masing-masing. Angin berhembus kencang berikut dengan suara petir mengglegar di langit. Begitu memekakkan telinga dan terdengar menakutkan.

Ledakan terjadi membuat Santoso mundur. Nyai Sekar Kaluna datang dengan wajah amarahnya.

"Kau benar-benar hina sampai merenggut jiwa seseorang secara paksa! "

Santoso seketika tersenyum meremehkan. Ia menatap Nyai Sekar Kaluna begitu sengit.

"Sepertinya aku perlu membereskanmu, " balas Santoso hendak menyerang Nyai Sekar Kaluna namun ia tak bisa menggunakan pusaka keris.

Guruh melihat sesuatu bercahaya tengah memeluk Santoso menahannya. Ia menyipitkan mata dan terhenyak ketika melihat wajah tersebut.

"Nenek, " ucapnya bergetar lirih.

Maryam Soemarmo mencengkeram erat tubuh Santoso membuat sang empu marah berusaha membalikkan tubuhnya.

"Kau benar-benar tak bisa diremehkan. Siapa yang membebaskan jiwamu! "Marah Santoso berbalik mencekik leher istrinya sendiri.

Maryam Soemarmo tak gentar melawan bertatapan mata dengan Santoso.

" Jangan pernah berniat mencelakai cucuku!"ucapnya bertekad.

Keris pusaka dilemparkan oleh Maryam Soemarmo kepada Guruh. Santoso begitu marah membuka mulutnya lebar-lebar menelan serpihan jiwa istrinya sendiri. Sesaat kemudian bersendawa.

" Ternyata ada pengkhianat yang tak aku ketahui,"ucapnya tertawa keras.

Guruh tercengang. Tubuhnya bergetar menahan amarah. Wajahnya memerah. Mengepalkan tangan begitu erat.

"Sedarah bukan berarti tak memiliki hati! " ucap Guruh meledakkan energi besar dari tubuhnya. Energi berkobar layaknya api. Berwarna hitam pekat mengandung energi misterius.

"Api karma, " ucap Santoso terkejut.

Guruh membuka kedua telapak tangan menembakkan api besar mengarah kepada Santoso. Seketika ia reflek membuat perlindungan. Api hitam memiliki sifat korosi. Guruh tak segan-segan mengeluarkan kekuatan penuh.

"Bunuh....!!! " teriaknya penuh emosi.

Ledakan terjadi begitu besar. Santoso terpental jauh memiliki luka di sekujur tubuhnya. Darah mengalir dari kepalanya. Kedua matanya melotot beberapa detik kemudian ambruk. Guruh memuntahkan darah hebat dari mulutnya. Nyai Sekar Kaluna bahkan mengalirkan tenaga dalam tak henti-hentinya.

"Pembalikan karma mampu membunuhmu, " ucapnya sedikit jejak kekhawatiran dalam nada bicaranya.

Guruh menyunggingkan senyum sebelum kesadarannya hilang. Nyai Sekar Kaluna dengan tenaga ekstra membawa tubuh Guruh pindah dari tempat kejadian. Beberapa saat Santoso bangun menggerakkan kepalanya. Pakaian compang-camping dengan tubuh penuh luka.

"Sepertinya aku perlu memulihkan tubuhku. Tak kusangka Dia memupuk dendam hingga menyalakan api karma. Budak-budak rendahan seperti mereka perlu diurus! " ucap Santoso bangkit. Dirinya berjalan memasuki rumah mengambil parang melihat sekilas Pak Parno sebelum benar-benar pergi.

Pagi hari kampung digegerkan dengan hilangnya puluhan gadis perawan. Bahkan mereka yang berada dirumah tak luput. Keluarga yang berada dalam satu rumah tak menyadari kemana perginya. Beberapa warga melaporkan kepada Pak Jito mengenai pingsannya Pak Parno di dalam rumah Santoso.

"Kemana perginya Santoso. Mengapa begitu kebetulan? " Gumam Pak Jito.

Ia menginstruksikan para warga untuk mengangkat tubuh Pak Parno membawanya ke kediaman Soemarmo. Pintu diketuk beberapa kali namun tak ada sahutan dari dalam. Warga menoleh satu sama lain.

"Bagaimana ini Pak? Apakah masuk ke dalam? " ucap salah satu warga.

Pak Jito terdiam untuk beberapa saat.

"Bawa masuk ke dalam, " perintahnya membuka pintu.

Warga membawa Pak Parno masuk ke dalam namun terkejut ketika melihat Mbok Sum tergeletak di ruang tengah dengan wajah pucat. Sama halnya dengan Pak Parno sendiri. Guruh terluka di sekujur tubuhnya berada tak jauh dari Mbok Sum.

"Apa yang terjadi. Pewaris Tuan Besar Soemarmo terluka di sekujur tubuhnya dan istri Pak Parno sama keadannya, " ucap warga kebingungan.

"Jangan-jangan mereka berusaha melindungi dan cucu Tuan Besar Soemarmo terluka parah akibat serangan balikan dari seseorang. Dan itu Santoso pelakunya! Begitu bejat orang cacat itu, " ucap warga emosi.

Pak Jito setuju di dalam hatinya. Terdengar suara dari dalam. Guruh terbangun membuat semua orang terkejut begitupun dengan Guruh sendiri. Ia terdiam menetralkan keterkejutannya.

"Apa yang terjadi dengan Pak Parno dan Mbok Sum? " tanya Guruh kepada warga.

"Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan Mbok Sum. Tetapi Pak Parno pingsan. Kami membawanya kemari. Tuan Muda begitu murah hati melindungi kami. Tetapi Santoso lah orang yang memiliki ilmu hitam itu. Beberapa gadis menghilang secara misterius bertepatan dengan menghilangnya Santoso dan di temukannya Pak Parno di dalam rumah Santoso, "ucap warga secara gamblang.

Guruh mempersilahkan membawa masuk meletakkannya di samping Mbok Sum.

" Saya berterimakasih kepada kalian semua,"ucap Guruh.

"Tugas kami sebagai balas budi" balas warga serempak.

Salah satu ibu-ibu menawarkan untuk merawat sementara Guruh namun ia tolak secara halus.

"Saya tidak apa-apa. Tidak perlu khawatir. Masalah hilangnya para gadis perlu diselidiki lebih dalam. Saya meminta untuk tak keluar rumah beberapa hari kedepan. Kalian bisa membawa beras dan keperluan lainnya dari lumbung, " ucapnya memberikan kunci kepada salah satu warga.

Mereka begitu terimakasih dan buru-buru keluar dari rumah. Guruh melihat Pak Jito yang berada di luar pintu tersenyum mengucapkan terimakasih mendalam. Semua orang telah pergi membuat Guruh menghela nafas panjang.

"Selalu ada hal gila di setiap harinya, " gumamnya frustasi.

Ia melihat Pak Parno dan Mbok Sum secara bergantian. Penampilan Mbok Sum terlihat begitu mengenaskan. Seluruh rambutnya memutih bahkan tubuh yang sebelumnya berisi menjadi kurus. Pak Parno memiliki luka lebam di dadanya. Wajah mereka pucat.

"Jika Pak Parno mungkin aku percaya terkena serangan balik dari Santoso alias kakek. Tetapi Mbok Sum, siapa yang mengincarnya? " gumamnya bingung.

Masalah bertambah ketika mengingat menghilangnya para gadis secara misterius.

"Apakah kakek yang membunuh mereka serempak? " gumamnya lirih berjongkok melihat dari dekat keduanya. Tiba-tiba sesuatu mencengkeram lengannya. Dirinya terhenyak ketika Mbok Sum tersadar dengan tubuh bergetar menatap Guruh begitu dalam.

"Jangan... Mbok mohon. Begitu bahaya, " ucapnya lirih.

Guruh mengernyitkan dahi bingung. Dirinya melepaskan cengkraman tangan Mbok Sum.

"Ternyata Mbok tahu. Tetapi aku harus mengurus urusan keluargaku sendiri. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan pada saat pulang nanti, " ucap Guruh beranjak berdiri pergi. Mbok Sum berusaha mencegah namun tubuhnya begitu lemas.

Guruh telah keluar dari rumah. Dirinya memanggil-manggil Nyai Sekar Kaluna namun tidak ada balasan. Teringat akan penguasa hutan larangan. Dirinya memanggil-manggil. Raja dan ratu hutan datang memenuhi panggilannya.

"Apakah ada yang tahu Nyai Sekar Kaluna? " tanya Guruh.

"Dia menghilang semenjak mengantarkanmu, " jawab raja ular.

Guruh kemudian teringat bahwa Nyai Sekar Kaluna tak dapat masuk ke dalam rumah.

"Siapa yang membawaku masuk ke dalam? "

"Seorang pemuda dengan jiwa Soemarmo Sosrokartidjo"

Guruh semakin tak paham apa yang dilakukan kakeknya kepadanya.

"Kalian tahu apa yang terjadi semalam? "

"Tidak. Kami berada di hutan tak dapat memasuki kampung. Bahkan pelindung yang terpasang tak ada tanda bahaya, " ucap ratu ular.

Guruh mengangguk paham. Ia buru-buru pergi setelah memberitahu untuk berjaga-jaga disekitar rumah.

"Aku akan memasuki rumah lama kembali, " ucapnya bertekad tak gentar akan rasa takut di dalam dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!