Kabut semakin tebal dan Guruh tak sabar ingin berkeliling desa. Ia berjalan-jalan di kawasan kediaman melihat beberapa bagian bangunan pendukung. Ornamen jati mendominasi. Lampu lentera di langit menyala menerangi ruangan. Guruh terhenti ketika melihat lukisan mural di sebuah bentangan kain putih.
"Ini bale yang dimaksud sebagai tempat pertemuan seluruh anggota keluarga pada saat itu? " gumamnya kagum akan keindahan detail ornamen.
Guruh duduk di kursi yang berada paling tengah. Dirinya menghadap ke arah barat.
"Ada apa di balik kematian keluarga ku? " gumamnya bingung.
Ingatannya seakan ditutupi oleh sesuatu. Nyai Maryam Soemarmo membawa Guruh pergi dari rumah pada saat kekacauan terjadi.
Guruh beranjak berdiri setelah puas menikmati keindahan bale. Ia berjalan-jalan tanpa tahu arah tujuan. Suara seseorang menyapu terdengar membuatnya mendekat.
"Siapa Dia? "
Seorang wanita muda tengah menyapu halaman belakang disamping sebuah rumah yang masih dalam satu kawasan.
"Siapa Anda, aku tak pernah melihatmu? " tanya Guruh.
Perempuan tersebut menghentikan kegiatannya. Perlahan-lahan berbalik membuat Guruh melotot terkejut. Kedua matanya menghilang dengan bekas luka sayatan di lehernya.
"Kraakkk...."
"Glubukkk"
Guruh segera berlari menuju hutan tanpa tahu arah. Ketakutan melanda dirinya ketika melihat kepala jatuh tepat dihadapannya.
"Brukkk!! "
Guruh menabrak pohon hingga terjatuh. Kepalanya berdarah. Suara-suara aneh seketika bermunculan menggema. Bau amis semerbak tercium. Darah merah menetes di tanah. Guruh menunduk dan melihat sepasang kaki berdiri di hadapannya. Pada saat ia mendongak, kesadarannya menghilang.
Bau kemenyan begitu menyengat membangunkan Guruh. Ia reflek menyentuh kepala mengecek keadaan namun dirinya terkejut ketika tak mendapati luka darah.
"Krieeet.... "
Seseorang membuka pintu. Guruh mengenalinya dan dia adalah pak Yoto.
"Ini diminum biar enakan, " ucapnya menyerahkan semangkuk obat.
Guruh menegak habis ramuan tersebut dan merasakan lega.
"Kabut tebal tak akan hilang hingga sore karena hari ini adalah hari terkutuk dalam seminggu. Kematian mereka yang terkutuk, " ucap pak Yoto.
Guruh bingung akan ucapan pak Yoto hingga dirinya tersadar bahwa postur tubuh pak Yoto berbeda dari pertama kali bertemu.
"Maksudnya? " tanya Guruh.
"Aku adalah mantan pelayan kediaman Soemarmo begitupun dengan mereka. Dan karena kau adalah cucu Nyai, aku akan membantu mengingat masa lalumu menyatukan kepingan puzzle ingatanmu, " jawab Pak Yoto mengambil senter dan membuka pintu belakang.
Guruh berdiri mengikutinya dari belakang. Kabut semakin tebal. Pohon-pohon seakan memiliki mata membuat Guruh tak nyaman. Sesekali ia mencium bau busuk serta gosong.
"Abaikan saja, " ucap Pak Yoto.
Guruh menelan ludah ketika melihat sekilas wajah gosong serta lendir hijau mengalir dari wajah mereka dengan jain lusuh membungkusnya. Pak Yoto berhenti begitupun dengan Guruh.
"Anggap dirimu buta dan tuli ketika berjalan mulai saat ini hingga aku berbicara untuk berhenti, " ucap pak Yoto.
Guruh bingung namun ia menurutinya. Pak Yoto memimpin jalan. Mereka memasuki kawasan dimana pohon beringin kembar sebagai pintu gerbang. Guruh mulai mendengar suara-suara aneh layaknya angin tengah berbisik. Hawa dingin mendera tubuhnya membuat bulu kuduknya berdiri. Campuran bau aneh membuat Guruh merasa tak nyaman. Dirinya tak berani membuka mata.
"Buka kedua matamu namun jangan berbalik ke belakang atau kau menyesal, " ucap pak Yoto.
Guruh membuka kedua matanya. Ia terpana melihat pintu kayu besar penuh akan relief misterius.
"Glubuk... "
Guruh terjatuh ketika kakinya tergelincir. Ia mengaduh tanpa sadar menoleh ke belakang dan melihat puluhan pocong berada di balik pohon mengintip dirinya.
"Abaikan mereka, kita masuk ke dalam, " ucap pak Yoto.
Guruh mengikuti pak Yoto masuk ke dalam rumah. Rumah dua lantai dengan tangga kayu jenjang menjadi pemandangan awal.
"Ini adalah tempat awal keluarga Soemarmo berada dan menjadi bagian kelam sejarah lampau dimasa lalu. Tersembunyi dibalik hutan larangan dan memiliki gerbang pohon beringin kembar sebagai pintu dua alam. Soemarmo Sosrokartidjo membuat janji kepada iblis membuatnya dilimpahi kekayaan tiada habisnya dengan ganti keluarganya dikutuk menjadi pengikut iblis, "ucap pak Yoto.
Guruh benar-benar terkejut akan kegilaan terjadi. Ia melihat bercak darah kering yang ada pada lantai kayu menjadi bukti kekejaman di masa lalu.
" Mereka yang mati ditangan peliharaan Tuan adalah pocong-pocong yang berada di depan. Darah membasuh tubuh memberikan sumber kekayaan tiada habisnya. Nyai Maryam mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan mu, "ucap pak Yoto berbalik menyenteri sebuah lukisan keluarga lengkap.
Guruh seakan tak asing dengan anak kecil yang berada di pangkuan seorang perempuan muda manis yang merupakan ibundanya sendiri.
" Lukisan keluarga lengkap Soemarmo berada di mari. Anak kecil yang sering engkau lihat di dalam mimpimu adalah kau sendiri yang menunggu untuk dibebaskan di masa lalu. Bukankah kau sering mencium bau apek dan wangi? "ucap pak Yoto diangguki oleh Guruh.
" Itu adalah peliharaan kakek mu dan Dia yang berbau wangi merupakan penjagamu dari garis ibu"
Guruh memiliki sedikit informasi mengenai masa lalu keluarganya. Angin berhembus kencang membuka seluruh pintu hingga jendela. Pandangan pak Yoto seketika berubah.
"Dia datang kembali menagih janji, "ucapnya serius.
Suara seperti orang berlari terdengar diseluruh rumah. Pak Yoto mendongak ke atas melihat rambut menjuntai hingga mencapai lantai.
" Ratu hutan mati datang melindungimu. Mereka bertarung di luar"
Pak Yoto menaiki anak tangga membuka ruangan yang terkunci. Beberapa kali ia mendobrak memperlancar kuncinya masuk.
"Brakk!! "
Pak Yoto mengobrak-abrik seakan mencari sesuatu. Guruh kebingungan dibuatnya.
"Bapak mencari apa? " tanya Guruh.
"Mustika hijau untuk menghilangkan kabut mati yang menyelimuti perkampungan atau seluruh orang binasa cepat atau lambat, " jawab Pak Yoto.
"Mustika hijau? " gumam Guruh mengingat-ngingat sesuatu.
Dirinya meraba tubuhnya sendiri mencari benda yang ia simpan. Guruh mengambil sesuatu dari sakunya menunjukkannya kepada pak Yoto.
"Ini mustika hijau! Ternyata Nyai memberikannya kepadamu. Syukurlah usahaku tak sia-sia, " ucap Pak Yoto bahagia.
Ia mengambil pisau kecil menggores jemari Guruh memintanya untuk meneteskan darahnya ke atas mustika hijau. Seketika cahaya hijau bersinar terang disusul dengan atap sebagian rumah roboh.
"Aku menyegel kabut mati ke dalam mustika ini dengan darah keturunan Tuan Soemarmo Sosrokartidjo, " ucap Pak Yoto.
Rumah seakan bergetar. Guruh melihat rambut hitam menjalar memenuhi dinding rumah. Ia mendongak ke atas melihat perempuan tua menatap nyalang ke atas.
"Sebenarnya apa yang harus aku lakukan? " tanya Guruh.
"Membebaskan seluruh warga dari cengkraman iblis dan hanya kau yang bisa melakukannya. Jika tidak maka pengorbanan mereka yang tak bersalah membuat darah mengalir di tanah hingga portal alam ghaib terbuka lebar. Kau harus menemukan kembali orang yang mempraktekkan ilmu hitam keluargamu. Nyai Maryam melakukan yang terbaik demi menjagamu hingga saat ini, "jawab pak Yoto.
Guruh mendengar suara berdengung hingga membuatnya pusing. Pak Yoto seketika terhenyak menutupi mata dan telinga Guruh membawanya pergi dari rumah meninggalkan keganasan pertarungan makhluk halus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments