Selalu Waspada

Guruh dan Lestari memasuki gerbang kampung. Mereka berpisah kembali ke rumah masing-masing. Guruh hendak membuka pintu namun didahului oleh Mbok Sum yang menyambutnya dengan senyuman.

"Mbok sudah siapkan ikan asin sayur lodeh di belakang. Mbok mau belanja sayur, " ucap Mbok Sum.

"Dimana belanjanya Mbok? " tanya Guruh.

"Di pasar desa utama, " jawab Mbok Sum.

Guruh teringat bahwa ada daerah yang kemungkinan dimaksud oleh Mbok Sum.

"Hati-hati, " balas Guruh masuk ke dalam rumah.

Ia menuju kamar mandi melakukan bersih-bersih. Bak mandi yang mirip seperti kolam dengan kedalaman cukup untuk berenang membuat Guruh bergidik ngeri apabila tercebur ke dalamnya. Guyuran air dingin merilekskan tubuh.

"Sepertinya Mbok Sum tak begitu peduli dengan apa yang aku lakukan, " gumamnya lirih.

Suara ketukan terdengar secara konstan. Guruh mengrenyitkan dahi bingung. Pikirannya berusaha untuk tak menebak secara benar. Menyelesaikan aktivitas mandi, Guruh berjalan melihat ke belakang dimana beberapa rumput gajahan tumbuh subur. Kandang sapi dan kambing memiliki jarak dengan dapur. Suara ketukan berasal dari dalam kawasan kandang. Guruh mengintip dari balik pilar bambu melihat pak Parno tengah menumbuk sesuatu dengan ekspresi dingin. Guruh menelan ludahnya sedikit takut mengingat apa yang terjadi sebelumnya pada Pak Parno. Dirinya hendak pergi namun panggilan nama menghentikannya. Guruh berbalik menghampiri Pak Parno meskipun ragu-ragu.

"Tuan mau mencicipi camilan? " tanya Pak Parno menyodorkan kaleng bersikan karak yang ditumbuk dengan gula. Guruh memakan merasakan sensasi unik.

"Enak, " ucapnya memuji camilan buatan Pak Parno.

"Disitu ada enting-enting buatan Mbok, bisa dimakan setelah makan, " ucap Pak Parno.

Guruh menganggukkan kepala berbalik menuju kamar. Langkah ia percepat seakan bahaya tengah mengawasi dirinya. Guruh berada di ruang makan setelah mengenakan pakaian. Ia tengah makan malam sendirian di tengah kosongnya ruangan. Dentingan sendok memecah kesunyian.

Lagi-lagi rumah seakan berguncang namun Guruh tak begitu peduli dan melanjutkan makan. Beberapa saat kemudian suara geraman terdengar membuatnya beranjak berdiri kembali ke kamar. Ia melihat piring bersikan enting-enting dan beberapa camilan sederhana. Memakan sedikit sebelum merebahkan diri di atas ranjang. Melihat langit-langit rumah yang begitu tinggi dengan lampu pijar berada di setiap sudutnya.

"Bagaimana aku menyelesaikannya jika semua orang di kampung ini tak beres. Hanya Mbok Sum dan Lestari orang yang bisa aku percaya sekarang, " gumamnya mulai memejamkan mata memasuki mimpi.

"Tok... Tok... Tok... "

Guruh terbangun dibuatnya. Melihat jam tepat tengah malam, ia tersadar akan sesuatu. Beranjak meninggalkan ranjang berniat membuka jendela sebelum suara keras seakan menghantam rumahnya.

"Aku tak bisa mendekati rumahmu, hanya saja seseorang melakukan penyerangan kepadamu, " ucap seorang wanita dalam benak Guruh.

"Ratu ular! " Balas Guruh terkejut.

"Sesuatu yang gelap membungkus keseluruhan kediaman mu layaknya kedua telapak tangan yang terbuka dan mata tunggal gelap tertutup berada di atas rumahmu, " ucap raja ular.

Guruh terkejut dibuatnya. Ia tersentak kembali ketika mendengar benda keras menabrak sesuatu.

"Tenang saja. Jika aku diam bukan berarti makhluk yang ada dirumahmu sama diamnya. Dia mengincar nyawamu secara langsung. Adapun kau harus berhati-hati dengannya, " ucap ratu ular.

"Aku akan mengingatnya. Jagalah mereka dari hawa gelap. Aku semakin sensitif merasakan sesuatu dobrakan dari penghalang, " balas Guruh.

"Kau memilih jalanmu sendiri dan kau harus bertanggungjawab menyelesaikannya hingga akhir, " ucap ratu ular.

Guruh akhirnya terjaga di tengah malam. Waktu pukul 00.00 hingga 02.00 adalah waktu dimana mereka sedang agresif. Suara detik jam memecah keheningan. Suara benda keras tak lagi terdengar. Guruh mendengar seseorang berjalan di lorong. Ia beranjak berdiri mengintip dari angin-angin melihat siapa yang berjalan. Betapa terkejutnya ketika seorang wanita dengan lidah menjuntai berjalan bolak-balik melewati kamar-kamar.

Guruh melihat langit-langit di luar kamarnya dimana banyak pocong tengah mengayunkan kaki dan menggelengkan kepala layaknya tengah bermain. Wajahnya hitam legam. Rumah benar-benar ramai tak seperti pada saat siang hari.

Dengan berani Guruh membuka pintu berjalan melewati lorong dan berhenti ketika berada di depan kamar neneknya. Suara seorang wanita menembang terdengar jelas. Kidung indah dinyanyikan olehnya. Suaranya begitu halus.

"Apakah Dia? " gumam Guruh.

"Gedebuk....!! "

Guruh teralihkan ketika suara benda jatuh terdengar dari belakang. Ia segera berlari untuk melihatnya begitu terkejutnya ketika sebuah kepala menggelinding jatuh dari atap. Ia mendengar berbagai hewan ternak bersuara secara serempak pertanda makhluk halus tengah mengerumuni rumah. Guruh hendak berbalik namun terhenti ketika menemukan genangan darah dari salah satu kumpulan ternak miliknya. Berjalan mengecek apa yang terjadi, Guruh terkejut ketika melihat seluruh kambing yang berwarna hitam terpenggal kepalanya. Dirinya terhenyak dan segera masuk ke dalam rumah menutup pintu rapat-rapat.

Jantungnya berdebar-debar. Ia merasakan rumah semakin ramai dengan segala aktivitas makhluk halus. Guruh berjalan mengelilingi rumah hingga sampai di ruang tamu dengan aura berbeda. Ia melihat seorang wanita berkebaya kuning tengah duduk anggun menundukkan kepala.

"Duduklah, " ucapnya.

Guruh menuruti perkataannya. Ia berhadapan dengan wanita anggun benar-benar tak terbayangkan baginya.

"Jika kau terganggu dengan mereka, aku akan membersihkannya, " ucapnya tersenyum menepuk meja menyebarkan gelombang energi spiritual meleburkan segala makhluk halus.

Guruh tercengang dibuatnya. Ia menatap tak percaya. Makhluk-makhluk mengerikan menghilang.

"Namaku Nyai Bhanuresmi. Penjaga dari garis darah ibumu, " ucapnya memperkenalkan diri.

"Anda menunjukkan diri karena apa? " Tanya Guruh.

"Karena keadaan semakin rumit. Aku tak akan membantumu mengetahui masa lalu. Tugasku hanya menjagamu dari serangan makhluk halus, " jawab Nyai Bhanuresmi.

"Termasuk iblis yang mengincar ku? " ucap Guruh.

Nyai Bhanuresmi menggeleng. Ia menahan senyum.

"Tidak. Dia terlalu kuat. Iblis dari lembah neraka adalah makhluk yang dipanggil kakekmu. Kau bisa menyelesaikannya sendiri, "

"Dengan cara? "

"Memasuki jalan waktu melihat ke masa lalu"

Guruh terdiam karena tak tahu bagaimana cara melakukannya.

"Kau bisa melakukannya di rumah lama. Tapi resiko terlalu besar untuk sekarang. Lihatlah bahwa dirimu hanya laki-laki lemah. Apakah kau sanggup membunuh Parno? " ucap Nyai Bhanuresmi.

"Membunuhnya? " ucap Guruh mengulangi pertanyaan yang ia dengar.

"Dia memiliki ilmu kebal Sapta Nyawa membuatnya tak akan mati kecuali terbunuh tujuh kali, " balas Nyai Bhanuresmi.

"Aku melihatnya melakukan persembahan jiwa dan raga kepada yang gelap dan melakukan kegilaan membantai para desa sebelah. Bahkan aku meminta raja dan ratu hutan mati melindungi warga desa dengan menukar mustika hijau. Hanya kampung ini yang tersisa. Seluruhnya tewas, " ucap Guruh.

Nyai Bhanuresmi hanya tertawa lirih ketika mendengar ucapan Guruh.

"Kau benar-benar berbeda dari ibumu. Kutukan telah tersebar dan karma buruk menimpa semua orang. Satu per satu akan tewas bahkan anak kecil sekalipun"

"Aku akan melakukan apa yang aku anggap benar. Tak peduli apakah Anda membantu saya atau tidak, " balas Guruh beranjak berdiri.

"Baiklah. Gadis yang bersamamu itu spesial. Kau bisa berdiskusi dengannya. Adapun kenapa karma buruk bisa tersebar dan kutukan tak terindahkan karena mata iblis menyebarkan angin, " ucap Nyai Bhanuresmi menghilang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!