Kenapa rasanya gue sangat nyaman saat berada didekat kak Varo ya?
Rasanya seperti punya pacar? Ah bukan, tetapi rasanya seperti punya kakak laki-laki.
Andai saja gue punya kakak laki-laki, pasti rasanya sangat menyenangkan, bukan?
Nampaknya Keysa merasa sedikit iri pada Sherly yang mempunyai kakak laki-laki baik hati macam Varo. Lima belas menit sudah berlalu dan mereka sudah sampai di café D'A. Kontan Keysa segera beranjak turun dari motor ninja milik Varo, lalu disusul oleh Varo. Mereka berdua melepas helm secara bersamaan, Keysa melemparkan senyuman ke arah Varo seraya memberikan helmnya kembali kepada Varo. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa kakak laki-laki Sherly begitu baik kepadanya.
"Yuk, kak, masuk ke dalam dulu," Keysa mengajak Varo seraya tersenyum manis.
Tentunya Varo tidak menolak dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emasnya, dia lantas mengangguk patuh. Tangan kanannya terangkat untuk menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jemarinya, setelahnya dia memasukkan kedalam saku celananya. "Ayuk!" Varo menyahut dengan antusias.
Tak lama kemudian mereka berjalan beriringan seraya bergurau ria, saling bertukar cerita lucu yang berhasil membuat keduanya tertawa bersama-sama. Seperti biasa, café D'A itu nampak begitu ramai pengunjung, apalagi saat senja mulai tenggelam, tidak ada perubahan kecuali pengunjung yang bertambah dua kali lipat. Ketika pengunjung melihat kedua insan itu lantas mereka langsung menatap takjub.
"Couple goals banget sih!"
"Serasi bangett uwuuu!"
"Jomblo bisa apa?"
"Aku jomblo dan aku diam."
"Cowoknya ganteng dan ceweknya cantik. Cocok banget aww!"
"Ga cocok banget ewh, cocokan juga sama gue."
"Cantikan juga gue,"
"Wow, cocok banget mereka!"
"Cowoknya cakep bangett sih,"
"Gue iri dan gue bilang,"
"Mau dong jadi ceweknya,"
"Mimpi apa gue semalam, kok bisa-bisanya cowok yang kelewat cakep ada di sini sih?"
"Ah, gue ngefans berat sama cowoknya. Btw, mukanya itu loh, cakep banget gila!"
Varo menggeleng-gelengkan kepalanya pelan saat mendengar celotehan yang dilontarkan beberapa pengunjung cewek yang terdengar alay dan lebay di telinga Varo.
Entah sebuah keberuntungan atau kesialan yang menimpa Varo ketika dia mempunyai wajah yang kelewat tampan. Sungguh sangat menyebalkan jika dia menjadi pusat perhatian seperti saat ini.
Varo dan Keysa tampak terlihat kompak mengabaikan celotehan pengunjung cowok maupun cewek barusan, mereka berdua memilih untuk menganggap perkataan itu adalah angin lalu saja dan tentunya mereka berdua tidak peduli. Keysa menoleh ke arah Varo—seketika dia tersenyum tipis sebelum bertanya.
"Kak Varo mau pesan apa?" Keysa bertanya pelan terdengar lembut di telinga Varo.
Varo berdehem pelan seraya mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya. Sejujurnya dia bingung saat ditanya seperti barusan. Sebenarnya Varo sama sekali tidak lapar, apakah dia harus menolak saja? Oh, tentu saja tidak! Yang jelas Varo tidak mau menolak dan bikin Keysa kecewa karena ulahnya.
Varo berdeham pelan sebelum menyahut pertanyaan Keysa barusan. "Samain aja sama pesanan lo, Key,"
Seketika senyum Keysa mengembang. "Siap kak! kakak duduk aja dulu." lanjutnya dengan gembira.
Varo hanya mengangguk sejutu seraya mengacungkan kedua jempolnya. Keysa tersenyum kikuk lalu pergi menjauhi Varo untuk membuat kopi yang khusus untuk kakak kelasnya yang sudah mengantarkannya pulang. Tentunya dia akan buat kopi yang spesial untuk Varo.
Terlihat saat ini Keysa tengah mengambil dua buah cangkir. Detik berikutnya dia mulai meracik kopi yang tentunya sangat nikmat. Lapisan pertama espresso, lapisan kedua steamed milk, lapisan ketiga buih atau busa susu (foamy milk), dan terakhir Keysa membubuhkan cokelat bubuk diatasnya.
Tanpa Keysa sadari, sedari tadi Varo mencuri pandang kearahnya secara terang-terangan. Apakah Keysa baristi di café ini? Kenapa kelihatannya Keysa jago banget buat kopi-nya, gue aja enggak sejago Keysa saat buat kopi. Batinnya dalam hati. Tentunya dia semakin dibuat kagum oleh Keysa. Selain cantik, dia juga multitalenta.
Wanita paruh baya yang masih berparas cantik itu terlihat tersenyum tipis kala melihat anak perempuan bungsunya. Tak lama kemudian dia mulai mengayunkan kakinya untuk mendekat kearah Keysa Deolinda—anak perempuan bungsu kesayangannya.
"Keysa sayang, baru pulang ya?" wanita paruh baya yang baru saja datang lantas bertanya lembut.
Begitu mendengar suara mommy-nya Keysa langsung menoleh ke arah sumber suara, dia menghentikan aktivitasnya sejenak. Refleks dia tersenyum lebar. "Iya mom, Keysa baru pulang," Keysa menyahut seraya meraih telapak tangan kanan wanita paruh baya itu lalu dikecupnya dengan sayang.
Wanita paruh baya itu kembali tersenyum manis, lalu dia melirik sekilas ke arah dua kopi cappuccino. Dahinya berkerut tanda jika dia tengah bingung. "Kamu buat dua kopi buat siapa, nak?" wanita paruh baya itu bertanya dengan penasaran seraya menunjuk dua kopi dengan jari telunjuknya.
Wanita paruh baya itu bernama Ziya Deolinda yang akrab di panggil Linda, wanita itu adalah pemilik café D'A, sekaligus adalah mommy-nya Keysa. Meski dia sudah paruh baya tetapi dia tetap awet muda dan tentunya masih cantik tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan Keysa—anak bungsunya. Namun dia mempunyai rahasia besar yang belum Keysa ketahui.
"Eum... itu buat Keysa dan kak Varo yang udah nganterin Keysa ke sini, mom, itu dia orangnya," Keysa melanjutkan perkataannya seraya menunjuk Varo yang kini tengah menunduk, seraya memegang ponselnya yang saat ini tengah dimiringkan. Kemungkinan besar Varo tengah sibuk bermain ponsel.
Linda mengangguk-anggukan kepalanya pelan—tanda jika dia sudah paham. Sedetik kemudian Linda menolehkan wajahnya kearah Varo, rautnya berubah menjadi sendu ketika melihat cowok berwajah tampan itu—namun senyumnya tidak pudar sama sekali, entah kenapa tiba-tiba Linda jadi ingat seseorang, yaitu seseorang yang selama ini sangat dia rindukan.
Detik berikutnya Linda menoleh ke arah Keysa lalu dia tersenyum tipis, senyum yang sangat mampu membuat hati Keysa menghangat. "Ya udah, sana gih samperin teman kamu itu, mommy juga mau samperin dia," Linda menjeda perkataannya, dia lalu tertawa kecil.
"Mommy ingin kenalan dengan dia, sekalian mau ngucapin terimakasih karena udah nganterin anak mommy yang cantik ini,"
Keysa terkekeh geli dibuatnya ketika mendengar perkataan Linda barusan. Tangan kanannya terangkat untuk menyelipkan anak rambutnya yang sedikit terjuntai kedepan yang menutupi dahinya. Keysa berdeham pelan sebelum menjawab perkataan Linda barusan.
"Mommy bisa aja deh," Keysa menyahut malu-malu seraya membawa dua kopi cappuccino yang tadi sudah dia letakan diatas nampan berwarna putih netral.
Perlahan tapi pasti, Keysa berjalan santai menuju ke arah Varo, disusul Linda yang berada di belakang Keysa—lalu keduanya berjalan beriringan menuju salah satu bangku yang ditempat Varo. Sesekali mereka bercanda ria. Nampaknya keduanya tampak bahagia sekali hari ini.
"Ini kak kopi cappuccino-nya, special buat kakak deh pokoknya," Keysa berujar seraya menaruh kedua kopi di meja tersebut. Keysa masih tersenyum manis seperti tadi. Tidak ada tanda-tandanya senyum Keysa pudar.
Varo terperanjat kaget begitu mendengar suara merdu Keysa barusan. Jujur saja Varo sama sekali tidak menyadari kedatangan Keysa karena dia tadi sangat fokus bermain game di ponselnya. Varo mendongak, menatap wajah Keysa yang masih tersenyum kearahnya. Varo lantas membalas senyum Keysa dengan senyumannya yang tak kalah manis. Ponsel yang masih dia pegang segera dia simpan kedalam celana sakunya.
Ya kali bicara sambil bermain game, tidak sopan bukan?
"Maaf kak, kalo Keysa tadi bikin kakak kaget," sela Keysa dengan sungkan, dia merasa sangat tidak enak karena sudah membuat Varo terkejut. Varo terkekeh pelan saat mendengar perkataan Keysa tadi, sungguh Keysa itu sangat menggemaskan di mata Varo. Baginya Keysa termasuk dalam cewek idamannya.
Varo tersenyum samar. "Nggak apa-apa Key, santai aja kalau sama gue mah,"
Keysa menganggukkan kepalanya, kikuk. "Iya kak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments