Darel kembali melangkahkan kakinya lebar yang tadi sempat tertunda untuk menuju meja belajar miliknya. Berikutnya, dia meletakan tas ranselnya yang berwarna hitam pekat itu tepat dikursi belajar miliknya. Setelahnya, Darel menolehkan kepalanya kearah lain.
Kali ini, Darel memicingkan matanya kearah kasur—tanpa pikir panjang Darel segera berjalan mendekat kearah kasur king size miliknya. Dahinya berkerut dan alis tebalnya saling bertautan karena bingung. Dia curiga tentu saja.
Ini yang di dalam selimut gue orang apa guling sih? Darel bertanya dalam hati.
Tanpa pikir panjang lagi, Darel segera memukul kencang lengan cowok yang ada didalam selimut itu untuk memastikan. Sebelumnya Darel mengira bahwa yang berada didalam selimut tebalnya adalah guling semata yang sengaja disembunyikan. Setelahnya, Darel nampak terkejut.
Kenapa guling gue jadi keras begini? Bukannya guling gue empuk? Aneh banget emang!
"****! Sakit bego!" Cowok tampan yang masih berada dibalik selimut Darel menggeram marah. Pasalnya yang Darel pukul tadi adalah lengannya. Beruntung yang dipukul Darel tadi bukan perutnya, jika iya maka tamatlah riwayatnya. Cowok tampan itu terlihat menghempaskan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
Lalu dia beringsut dari tidurnya, dia menyenderkan punggungnya dikepala ranjang milik Darel. Telapak tangannya terangkat untuk mengelus-elus pelan lengannya yang sempat dipukul Darel tadi. Tentu saja sakit, karena tadi Darel mengarahkan semua tenaganya untuk memukul lengannya. Sesekali dia meringis.
Kini Darel diam mematung ditempatnya. Dia masih tidak menyangka, bahwa saudara kembarnya ternyata sudah pulang, sungguh. Dahinya mengernyit, sementara alis tebalnya menyatu, tanda jika sekarang dia sedang bingung.
Kenapa kembaran laknatnya tiba-tiba saja sekarang berada di kamarnya?
Bukankah dia tadinya tinggal dan sekolah di Amerika Serikat?
Jika kembarannya memang sudah pulang kerumah, lantas sejak kapan dia pulang?
Cowok tampan itu menarik kedua sudut bibirnya membentuk bulan sabit yang terlihat sangat manis, sesaat setelah melihat raut wajah Darel yang nampak kebingungan. Cowok itu berdeham pelan sebelum mulai berkata. "Lo pasti bingung kenapa gue tiba-tiba ada di sini, kan?" cowok itu bertanya dengan benar.
"Gue tadi sampai di rumah jam delapan pagi. Kemarin lusa gue udah memutuskan untuk pindah sekolah di Jakarta. Besok gue sekolah di SMA Merah dan bareng Lo tentunya," jelasnya dengan suara baritonnya.
Saudara kembar Darel yang di ketahui bernama David Arsenio. Dia adalah cowok playboy yang tentu saja mempunyai banyak kata-kata manis yang ada di dalam kamusnya. Dia juga pintar seperti Darel. Jika hobi Darel menggambar maka hobi David adalah olah raga. Dia juga termasuk salah satu anak most wanted di sekolahnya yang berada di Amerika Serikat.
Akibat sekolah di luar negeri, David sendiri kini menjadi suka dengan dunia dunia malam. Wajar saja, karena pergaulan David di luar negeri bisa terbilang 'Bebas.' Tentu saja berbeda dengan negaranya sendiri. Banyak kaum hawa yang mengaguminya karna wajahnya yang tampan sedikit mirip dengan Darel—dan keduanya memang benar-benar tampan.
Darel menepuk jidatnya sendiri, kenapa saudara kembarnya harus pindah ke sini lagi? Kenapa harus pindah ke Indonesia lagi? Kalau dia di suruh memilih, dia dengan senang hati memilih jika kembarannya tinggal di Amerika Serikat saja. Sungguh, Darel tidak bisa membayangkan lagi jika setiap hari dia bertemu dengan kembaran laknatnya yang tentu saja kelakuannya sangat bertolak belakang dengannya.
Sebisa mungkin Darel harus tetap tenang, kini dia duduk ditepi kasur king size miliknya. "Kenapa lo bisa pindah ke sini?" Darel bertanya dengan wajah yang terlihat penasaran seraya menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari-jemarinya.
Berikutnya David tertawa keras saat mendengar pertanyaan konyol yang di lontarkan Darel barusan. "Bisa dong, apa sih yang gue nggak bisa?" David bertanya balik seraya menaik turunkan alisnya menggoda, kedua tangannya dia lipat di depan dada.
Darel memutar bola matanya malas, dia memukul pelan kaki kanan David dan berhasil membuat kembarannya berdecak. "Sombong amat!" Darel menyindir dengan menatap sinis saudara kembarnya yang kini masih tertawa, namun tidak begitu keras seperti tadi.
"Bodo amat, wlee!" David menukas cepat seraya menjulurkan lidahnya—tanda bahwa dia sekarang sedang mengejek.
Darel melirik sekilas kearah David. Dia masih diam, belum menyahut perkataan saudara kembarnya sama sekali. Darel seketika beringsut dari duduknya, kini dia jongkok untuk memungut bantalnya yang dari tadi tergeletak diatas karpet bulu. Sudah dipastikan bahwa yang membuang bantalnya kebawah pasti saudara kembarannya yang laknat.
Detik berikutnya Darel melemparkan bantal yang dia ambil kearah muka David, hal tersebut tentu membuat David melotot tak terima saat mukanya ditimpuk dengan bantal oleh kembarannya. "Ngajak gelud lo ya?" David bertanya dengan sewot.
Darel menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Enggak usah banyak bacot! Lo nggak lihat? kamar gue ini sekarang jadi kayak kapal pecah pasti gara-gara lo, kan?"
"Rapihin kembali atau gue bakal acak-acak juga kamar lo, hah?" lanjutnya seraya berkacak pinggang, galak.
David menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia merutuki dirinya sendiri. Seharusnya tadi dia tidak mengacak-acak kamar Darel. Alhasil, dia juga yang kena imbasnya, bukan?
"Hm... Iya iya..." David menyahut dengan malas.
Setelahnya, Darel langsung bergegas menuju kamar mandi. Darel terlebih dahulu mengambil handuknya yang berwarna putih sebelum akhirnya memutuskan untuk mandi, dia ingin mandi dengan air dingin untuk menyegarkan tubuhnya sekaligus mendinginkan pikirannya. Darel tidak menyahut lagi setelah kembarannya berkata.
"Ya elah punya kembaran gini amat ya? Kagak bisa di ajak bercanda sama sekali, anjir!" David mencibir dengan merendahkan suaranya agar kembarannya tidak mendengar apa yang dia katakan.
David beringsut dari duduknya. Kedua kakinya dia turunkan kelantai keramik yang terasa dingin ditelapak kakinya. David berjalan, kini dia sudah mulai merapikan kamar Darel, alasannya cuma satu karena tentu saja dia tidak mau kalau kamarnya nanti jadi korban juga. Dia terlalu malas untuk merapihkan kamarnya sendiri.
Detik berikutnya, David jongkok untuk memungut bantal-bantal milik Darel yang berserakan di atas karpet bulu tebal berwarna army. Kali ini David merapikan selimut yang tadi dihempaskannya ke lantai, tidak lupa buku-buka yang berserakan di meja belajar karena ulahnya.
David memicingkan matanya saat melihat tas ransel milik Darel, dia menyeringai jahil. Dia penasaran bukan main dengan isi tas ransel milik kembarannya tersebut. Sekarang David sudah berada didekat kursi belajar milik Darel yang tentu saja di atasnya ada tas yang tadi Darel taruh di situ. "Buka nggak? Buka nggak? Buka aja lah!"
David meraih tas ransel berwarna hitam. Kini dia mulai membuka tas itu. Dia mengobrak abrik semua isinya. Tak lama kemudian matanya menangkap sesuatu yang tentu saja membuatnya menjadi penasaran. Dia meraih sketchbook kesayangan milik Darel.
Dia membuka perlembar-lembar sketchbook. Sedetik kemudian matanya melebar dan mulutnya sedikit menganga saat melihat gambar yang bikin dia terkejut sekaligus terperangah. Pandangan David tak lepas dari gambar wajah cewek cantik yang di gambar dengan bagus oleh Darel alias saudara kembarnya. Sebenarnya wajah yang digambar Darel itu adalah wajah Keysa Deolinda.
Mata David seketika berbinar saat melihat cewek cantik, walau hanya dari lukisan saja. "Gila, ini cewek cantik banget buset! Betewe, ini cewek siapa sih? Bikin kepo orang aja," David menggerutu pelan.
Sesaat kemudian, Darel keluar dari kamar mandinya. Dia celingak celinguk mencari keberadaan David. "Woy! Kembaran laknat! Lo lagi lihat apa, huh?" Darel bertanya dengan sedikit meninggikan suaranya. Kini, Darel memicingkan matanya dengan curiga. Karena tidak ada sahutan dari David, Darel memutuskan untuk berjalan mendekat ke arah David.
Sesekali Darel mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk kecil yang sekarang tengah dia pegang. Bulir-bulir air yang berasal dari rambutnya yang basah itu menetes, membuat lantai kamarnya kian basah karenanya.
Sontak David langsung terperanjat kaget. Diaa menolehkan wajahnya ke belakang. Menatap Darel yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. "Buset! Lo mau pamer roti sobek di depan gue, huh? Sori-sori aja nih, gue juga punya roti sobek kali," David berujar sewot ketika melihat Darel yang sekarang hanya menggunakan handuk putih yang di lilitkan di pinggangnya. Serta rambutnya yang basah menambah kesan sexy tersendiri.
Darel menatap David dengan tatapan yang terlihat menakutkan. Siapapun yang melihatnya sudah dipastikan bahwa mereka akan bergidik ngeri. "Nggak usah mengalihkan pembicaraan lo kembaran laknat!" Darel menyahut dengan kesal.
David menyengir kuda seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Iya iya, kagak usah ngegas juga kali!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments