"Pagi mommy-ku sayang," Keysa menyapa dengan suara merdunya.
"Pagi juga Keysa sayang." sahut Linda seraya menggigit roti bakar yang diatasnya terdapat selai coklat. Namun pandangannya tak lepas dari wajah berbinar milik anak perempuan kesayangannya.
Setelah saling melontarkan sapaan singkat, keduanya kini nampak enggan membuka mulutnya kembali. Terfokus pada makanan masing-masing, tanpa mempedulikan suasana yang kembali terasa senyap. Wajar saja, hari-hari sebelumnya pun begitu.
Keysa hanya makan dengan mommy-nya saja—mengingat bahwa kedua orang tuanya bercerai ketika dia masih kecil. Dirinya juga merasa terpukul dengan hal tersebut, namun dirinya begitu enggan untuk bilang kepada mommy-nya, dia hanya tidak ingin mommy-nya sedih. Hanya itu saja.
Keysa segera menaruh sepatunya diatas keramik terlebih dahulu sebelum mendaratkan pantatnya di kursi yang bersebelahan dengan Linda. Dedetik berikutnya dia tersenyum tipis. Didepannya sudah tersaji roti bakar selai coklat serta segelas susu sapi putih. Kontan dia segera melahap rotinya sampai habis, dan meneguk susunya itu sampai habis.
Setelah Keysa selesai makan, dia langsung bergegas memakai sepatunya. Dia berjalan menghampiri Linda. "Keysa berangkat sekolah dulu ya, mom," Linda berucap pada Keysa seraya meraih telapak tangan Linda, dikecupnya punggung tangan Linda dengan sayang.
Linda tersenyum lebar sejenak. "Iya, Sayang, hati-hati ya?"
Keysa sontak langsung mengangguk sebagai respon, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Linda dan mengecup sekilas pipi tirus milik mommynya. Detik berikutnya, Keysa mengayunkan kakinya menuju halte bis yang letaknya berada di depan rumahnya, sesekali dia bernyanyi pelan seraya menikmati udara yang masih segar karena belum terkena banyak polusi.
Keysa mendudukan pantatnya di kursi halte yang didepannya ada jalan raya yang masih nampak sepi—hanya terdapat beberapa kendaraan yang melintasinya. Dia mengambil ponsel miliknya yang berada disaku roknya, lalu membuka aplikasi Instagram miliknya.
Keysa mendelik ketika melihat banyaknya notif yang membanjiri Instagramnya karena postingan tadi malam. Dimana dia berfoto candid—sungguh dia tadi malam hanya iseng saja. Keysa tersenyum tipis, hatinya terasa kembali menghangat.
Alasannya karena Darel ikut berkomentar dan membelanya dari para haters. Dia juga bahagia saat Darel mulai mengikutinya di Instagram, entah kenapa jari jempolnya tergerak untuk menekan kata ikuti balik. Suara deruman motor memekakan telinga berhenti tepat di depan Keysa, sontak Keysa terkejut.
Cowok itu membuka helm full facenya dan memamerkan wajah tampannya. Sayangnya cowok itu tidak turun dari motor ninjanya yang berwarna merah berani, cowok itu tersenyum tipis ke arah Keysa—namun sayangnya Keysa tak melihat senyum tersebut karena terlihat samar sekali.
"Ayo naik," katanya, suara baritonnya terdengar berat dan serak, namun terdengar seksi ditelinga Keysa.
Dia Darel, Darel Arsenio.
"Kok lo bisa ada disini sih, Rel?" Keysa bertanya penasaran seraya beranjak dari duduknya. Dahinya mengernyit karena bingung. Sedetik kemudian Keysa mengayunkan kedua kakinya untuk mendekat kearah motor milik Darel.
Bagaimana dia tidak bingung coba? Jika tiba-tiba Darel datang menghampirinya. Sangatlah mustahil jika Darel mengetahui rumahnya—mengingat bahwa dirinya baru berkomunikasi dengan Darel. Darel berdeham pelan untuk mengurangi rasa gugupnya yang telah melanda dirinya saat ini.
Namun, matanya tidak lepas dari wajah cantik milik Keysa. "Gue tadi niatnya mau berangkat lewat sini—"
"Eh, malah liat lo disini, ya udah gue samperin aja," sambungnya.
Keysa mengangguk-anggukan kepalanya pelan tanda dia mengerti. Sejujurnya dia agak ragu untuk percaya dengan perkataan Darel barusan. Namun, dirinya tidak ingin ambil pusing hal tersebut. "Udah sana gih berangkat, entar lo telat," Keysa kembali membuka suaranya seraya tersenyum manis.
Sementara Darel? Dia menggeleng pelan tanda dia tak menyetujui perkataan Keysa barusan. Darel berdeham pelan sebelum mulai berkata. "Justru gue nyamperin lo kesini karena gue mau ngajak lo berangkat bareng—"
"Bay the way, lo nungguin bis udah berapa menit?" Darel bertanya dengan menaikkan salah satu alisnya.
Keysa mengetuk-ngetuk pipi kanannya dengan jari telunjuknya yang lentik seraya mendongakkan kepalanya keatas—tanda bahwa dirinya kini tengah berpikir keras. "Eum, sepertinya udah sepuluh menit lebih deh," Keysa menyahut diiringi tawa kecil dan berhasil membuat Darel gemas sendiri kepadanya. Keysa juga sebenarnya takut dirinya akan telat—mengingat bahwasanya bis langganannya belum datang juga.
"Padahal udah sepuluh menit berlalu, masa belum ada bis yang muncul?"
"Mending bareng gue aja, hitung-hitung biar enggak telat,"
Keysa menghela nafas panjang—lalu dia hembuskan dengan kasar. Detik berikutnya Keysa menggigit pipi bagian dalamnya karena dia sekarang tengah gugup sekaligus bimbang. "Gue sebenarnya sih mau aja, Rel,"
"Tapi lo tau kan pacar lo kalau ke gue itu bawaannya pengen jambak-jambakkan? Kalau enggak ya pasti cakar-cakaran,"
Sontak Darel langsung terkekeh geli setelah mendengarkan perkataan Keysa yang menurutnya sangat menggemaskan. Darel kembali diam dan tidak bergeming sama sekali. Kini, Darel tengah bergelut dengan fikirannya sendiri. Benar juga perkataan Keysa barusan.
Memang benar adanya jika Sherly itu orangnya sangat possessive terhadapnya, apalagi jika sudah menyangkut urusan cewek yang dekat dengannya—pasti Sherly tidak akan membiarkannya begitu saja. "Udah Key, biar gue aja yang ngurus Sherly. Lo mau kan berangkat bareng sama gue, kan?" Darel bertanya dengan nada rendah. Wajahnya kembali terlihat datar seperti hari-hari biasanya. Sejujurnya, Darel sedikit tertarik untuk mendekati Keysa—mengingat bahwa keduanya memiliki hobi yang sama—yaitu hobi membaca.
Keysa meremas roknya yang berwarna coklat tua itu dengan gusar. "Eum, gimana ya?" Keysa melirik sekilas wajah Darel yang masih juga memandangnya.
"Iya deh," Keysa akhirnya memutuskan pilihannya—walau sebenarnya dia sedikit merasa ragu.
Sontak Darel langsung menyeringai. Dia bersorak dalam hati. Detik berikutnya Darel langsung turun dari motor ninjanya lalu dia mengambil helm khusus untuk cewek—sebenarnya helm itu sering dipakai Sherly—mengingat bahwa Sherly sering merengek minta diboncengnya naik motor.
"Gue pasangin helmnya, ya?" Darel bertanya dengan nada rendah yang terdengar lembut ditelinga Keysa.
Kontan, Keysa mengangguk setuju. Tidak ada alasan untuk menolak permintaan Darel barusan. Sejujurnya, Keysa juga tidak mau jika dirinya dan Darel telat. Bisa-bisa dirinya dan Darel akan disuruh lari keliling lapangan sebanyak-banyaknya dan lebih parahnya lagi adalah di suruh membersihkan semua toilet yang ada di SMA Merah? Hell no. Lebih baik harus berlari dari pada membersihkan semua toilet.
Tiba-tiba saja, iris hitam legam milik Darel bertemu iris cokelat madu milik Keysa. Pandangan mereka bertemu, detak jantung Keysa berpacu dengan cepat dari sebelumnya, begitu pun dengan Darel. Namun sebisa mungkin Darel menyembunyikan hal tersebut. Keysa terpaku pada tempatnya saat dia dipasangkan helm oleh Darel.
Perlu diketahui bahwa saat ini hatinya terasa berbunga-bunga, sungguh. Detik berikutnya, Keysa terlebih dahulu memutuskan kontak matanya dengan Darek terlebih dulu. Dirinya berdeham pelan untuk mengurangi rasa canggungnya. Keysa langsung membuang wajahnya kesamping—sebenarnya saat ini dirinya tengah salah tingkah.
"Ayo berangkat sekarang, Rel," Keysa berkata dengan sedikit kikuk.
Sontak Darel langsung tersadar dari lamunannya, senyum tipis tersungging di bibirnya. Hal tersebut kontan membuat wajahnya semakin tampan. Tak lama kemudian, dirinya mengangguk sekali dan segera menaiki motor ninjanya, lalu disusul Keysa setelahnya.
"Pegangan dipinggang gue aja, jangan dibahu gue karena gue bukan tukang ojek,"
Keysa lantas tersenyum lebar setelah mendengar perkataan Darel barusan yang terdengar lucu ditelinganya. "Gue enggak enak sama Sherly, Rel,"
"Entar ujung ujungnya gue di cap sebagai pelakor lagi kayak kemaren," lanjut Keysa diiringi dengan tawa kecil.
"Udah, Lo jangan mikirin dia mulu," Darel menegur seraya memindahkan telapak tangan Keysa yang tadinya di bahu menjadi berada di pinggangnya dengan telapak tangan kirinya. Dia sangatlah menginginkan jika Keysa pegangan tangannya dipinggangnya bukan dibahunya.
Darel mulai melajukan motor ninjanya yang berwarna merah. Meninggalkan halte bis dan membelah jalan raya yang tampak ramai dipagi ini—seperti biasanya jalan raya mulai padat. Darel menyugingkan senyum dibalik helmnya. Entah kenapa dirinya merasa jika ada kupu-kupu yang melayang-layang didalam perutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments