Delapan

Tak lama kemudian, decitan pintu terdengar sangat keras yang berhasil memenuhi kelas sebelas IPA 3. Perlahan tapi pasti, guru wanita yang tadi sempat dipanggil Oji dengan sebutan bu Sana—kini tengah melangkahkan kakinya dengan anggun menuju tengah-tengah kelas bagian depan lalu dia tersenyum.

"Selamat pagi anak-anak!" Sana mulai menyapa.

"Selamat pagi bu Sana," Mereka semua menyahut kompak serta terlihat sangat bersemangat pagi ini. Detik berikutnya, mereka segera mengeluarkan buku matematika miliknya masing-masing. Tidak terkecuali Keysa yang berada dibangku belakang urutan keempat.

Sana menoleh kearah pintu yang terlihat sedikit terbuka. "Sini nak!" perintah Sana dengan sedikit meninggikan suaranya seraya mengangguk pelan.

Cowok yang masih berada di luar kelas itu hanya tersenyum manis. Tanpa mengucapkan sepatah katapun dia segera mendorong pintu agar semakin terbuka lebar dan melangkahkan kakinya lebar untuk masuk ke dalam kelas. Sebelum menghampiri Sana, dia terlebih dulu menutup pintu kelas.

Para murid sontak langsung diam, ternyata Sana tidak datang sendiri, melainkan datang dengan seorang cowok yang berwajah tampan. Kemungkinan besar cowok yang datang bersama Sana adalah murid baru yang tadi pagi ramai di gosipkan. Bagaimana tidak? Wajah cowok itu tampak asing sekali.

Suara derap langkah kaki yang beradu dengan lantai itu memenuhi ruang kelas mereka. Cowok itu berambut jabrik. Dasi yang terpasang indah, baju yang terlihat rapih dan di masukan. Kelihatannya dia anak baik-baik. Tetapi jangan salah, dia bahkan tidak sebaik yang kalian pikirkan.

Murid baru harus memberi kesan yang terbaik saat pertama masuk sekolah, bukan? Dan David sudah berhasil melakukan hal tersebut.

Sontak semua murid cewek itu melebarkan matanya dan mulutnya sedikit menganga. Ya, mereka tengah melongo saat melihat ketampanan cowok itu yang berada diatas rata-rata, dia sedikit mirip dengan Darel. Namun, berbeda dengan Keysa yang sekarang tengah sibuk membaca novel best seller yang kemarin lusa dia pinjam di perpustakaan sekolahnya. Bahkan dia tidak tertarik melihat apa yang tengah menjadi tontonan teman-temannya saat ini.

Keysa sangat fokus membaca membaca novel yang berada di atas meja miliknya, wajahnya terlihat begitu tenang dan damai. Dia tidak mempedulikan sekitarnya. Karena baginya novel itu adalah sesuatu yang paling menarik dibandingkan dengan hal apapun.

Siapa yang tidak melongo saat melihat senyumannya cogan coba? Maybe, tidak ada lah ya?

"Silahkan perkenalkan dirimu sendiri, nak!" Sana kembali berkata kepada David.

"Kenalin nama gue David Arsenio, gue pindahan dari Amerika Serikat, salam kenal semua," David berujar seraya melambai-lambaikan telapak tangan kanannya.

Sana tersenyum tipis ke arah semua murid yang berada didalam kelas. "Ada yang mau di tanyakan lagi?" Sana bertanya memastikan.

"Ganteng nama instagram kamu apa?" cewek dengan rambut cepol satu mulai bertanya terlebih dahulu.

Cewek yang berada disamping cewek rambut cepol satu—kini tersenyum menggoda. "Ganteng, udah punya pacar belum nih?"

"Nomor WhatsApp-nya berapa beb?"

"Mau jadi pacarnya dedek cantik nggak?" tawar cewek dengan lipstik tebal yang sangat terlihat merah macam darah.

"Oh my good! Mimpi apa gue semalam, kok calon pacar idaman gue ada disini sih?" cewek yang sedang mengipas-ngipaskan wajahnya dengan tangan itu menjerit histeris karena kegirangan.

"Aaaa, tampan bangettt sih bang?"

"Cool banget gilak!"

"Aku padamu sayang!"

"Plis jangan senyum bang, dedek meleleh nih,"

"Yeay, stok cogan bertambah yuhuu!"

"Mau dong jadi pacarnya!"

"Handsome bingitz siiih?" cewek lain ikut menimpali.

David hanya memutar bola matanya dengan malas saat mendengar teriakan dan pujian yang di lontarkan murid kelasnya. Karna sejujurnya dia sudah terbiasa mendengar kalimat itu cewek-cewek alay. Kenapa semua cewek terus menerus memujinya tampan, huh? David menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Entah ini anugerah atau bencana baginya bahwa mempunyai muka tampan yang melebihi di atas rata-rata.

"Maaf, nama gue David dan jangan pernah sesekali lo pada panggil gue dengan sebutan baby, sayang, cinta, dan sebagainya. Karena sejujurnya gue bukan pacar lo semua," David mengoreksi dengan suara beratnya.

Resiko jadi cogan mah kayak gini. Batinnya.

Sana menatap tajam semua siswi yang tak henti-hentinya memuji David. "Diam kalian semua!" Sana memerintah dengan sedikit meninggikan suaranya.

Hal tersebut tentu berhasil membuat semua siswi yang dari tadi menyerocos tiada henti kini sudah terdiam tak berkutik sama sekali, mereka sudah tahu bahwa Sana sekarang tengah marah. Namun, ada juga segelintir cewek yang tengah berbisik-bisik dengan teman sebangkunya.

Sana beralih menolehkan wajahnya kearah David yang tengah berdiri di sampingnya, mungkin mereka berdua hanya berjarak satu meter saja. "David, tempat duduk kamu ada di belakang Keysa ya,"

"Keysa, cepat angkat tangan kamu!" lanjutnya.

Sontak Keysa langsung gelagapan tatkala mendengar namanya di panggil oleh Sana. Wajar saja, karna dari tadi dia menunduk seraya tengah asyik membaca novel yang sedari tadi dia tutupi dengan buku pelajaran. Sungguh, dari tadi Keysa sama sekali tidak memperhatikan dan mendengarkan ocehan Sana dan teman-teman kelasnya, dia tidak tertarik sama sekali.

Keysa menyenggol pelan lengan Nindhi yang masih asyik memandangi wajah tampan milik David. "Nin, gue di suruh ngapain, huh?" Keysa bertanya dengan setengah berbisik.

Nindhi menolehkan wajahnya kesamping, tepatnya kearah Keysa, ketika sahabatnya barusan bertanya kepadanya. Rasanya Nindhi ingin menenggelamkan dirinya sendiri dilautan. Bagaimana tidak? Keysa bahkan dari tadi tidak mendengarkan guru dan teman sekelasnya berbicara, namun malah sibuk membaca novel yang menurut Nindhi biasa saja.

Wajar saja karena dia tidak suka membaca buku. Buku pelajaran saja dia jarang membacanya, apalagi buku lainnya? Tidak bisa di pungkiri bahwa Nindhi sedikit malas untuk membuka buku untuk belajar. Tentunya jika Nindhi di beri pilihan—dia akan lebih memilih lari maraton dari pada harus belajar yang membuat kepalanya berasa ingin pecah begitu saja.

"Di suruh angkat tangan, Key," Nindhi menyahut pelan dengan setengah berbisik.

Keysa menganggukan kepalanya, tanda dia mengerti. Sedetik kemudian Keysa segera mengangkat tanggan kanannya tinggi-tinggi. Keysa tersenyum kikuk. Dahi Keysa mengernyit saat melihat cowok berwajah tampan yang sekarang tengah berdiri disamping guru paruh baya. Pandangan mereka berdua bertemu.

Tiga detik kemudian Keysa langsung memutuskan kontak matanya dengan David duluan. David memicingkan matanya saat melihat paras cantik Keysa. Dahinya berkerut serta alisnya saling bertautan dan pikirannya kembali berkelana. Kini David tengah berusaha mengingat-ingat paras cantik milik Keysa.

Gue enggak salah lihat kan? Dia kan baristi cantik yang semalam gue lihat. Batinnya.

David menolehkan wajahnya kesamping, tepatnya kearah Sana. Dia tersenyum tipis, membuat Sana juga ikut membalas dengan senyuman yang tak kalah manis dari David. "Terimakasih bu," David berujar tulus.

Sana menganggukkan kepalanya pelan. "Sama-sama nak,"

Setelahnya, David mulai melangkahkan kakinya lebar menuju bangkunya yang letaknya di belakang Keysa. Sepanjang perjalanan, David tak henti-hentinya mendengar bisikan-bisikan memuja yang di lontarkan cewek-cewek genit kepadanya. David hanya mengendikan bahunya acuh tanpa ingin meladeni cewek-cewek genit.

"Oke anak anak, sekarang kita mulai pelajarannya matematika ya... buka buku paket kalian halaman lima puluh tiga, lalu kalian kerjakan," Sana memerintahkan dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Siap bu!" sahut mereka kompak. Tidak terkecuali dengan Keysa. Dia sangat senang saat salah satu pelajaran favoritnya sudah di mulai. Namun, tentu saja ada segelintir murid yang kini mendesah frustasi tatkala mendengar perkataan Sana tadi. Bagaimana tidak? Segelintir murid dikelasnya bahkan sangat membenci pelajaran matematika, bagi mereka matematika adalah pelajaran paling sulit yang pernah ada.

David celingukan kesana-kemari, bukannya dia murid baru? Otomatis dia belum mempunyai buku paket dong? David sekarang tengah menatap lurus ke depan. Dia tersenyum miring tatkala terbesit ide cemerlang yang kini tengah melintas dibenaknya. "Key, Keysa!" Panggil David setengah berbisik seraya mencolek-colek punggung Keysa dengan ujung bolpoinnya.

"Keysa!" panggilnya lagi.

Keysa menolehkan wajahnya kebelakang. "Apa?" Keysa bertanya cuek seraya menaikkan salah satu alisnya.

"Pinjem buku paket dong, gue kan belum punya buku paket sendiri," David menyahut seraya menyengir kuda.

Keysa diam sejenak. Da masih mencerna apa yang David katakan barusan. Benar juga, lagipula Nindhi pasti tak akan segan untuk membuka buku matematikanya sendiri, lebih baik dia meminjam Nindhi saja nanti.

"Hm... oke," Keysa menyahut cepat, lalu dia kembali menolehkan wajahnya kedepan.

Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua belas
13 Tiga belas
14 Empat belas
15 Lima belas
16 Enam belas
17 Tujuh belas
18 Delapan belas
19 Sembilan belas
20 Dua puluh
21 Dua puluh satu
22 Dua puluh dua
23 Dua puluh tiga
24 Dua puluh empat
25 Dua puluh lima
26 Dua puluh enam
27 Dua puluh tujuh
28 Dua puluh delapan
29 Dua puluh sembilan
30 Tiga puluh
31 Tiga puluh satu
32 Tiga puluh dua
33 Tiga puluh tiga
34 Tiga puluh empat
35 Tiga puluh lima
36 Tiga puluh enam
37 Tiga puluh tujuh
38 Tiga puluh delapan
39 Tiga puluh sembilan
40 Empat puluh
41 Empat puluh satu
42 Empat puluh dua
43 Empat puluh tiga
44 Empat puluh empat
45 Empat puluh lima
46 Empat puluh enam
47 Empat puluh tujuh
48 Empat puluh delapan
49 Empat puluh sembilan
50 Lima puluh
51 Lima puluh satu
52 Lima puluh dua
53 Lima puluh tiga
54 Lima puluh empat
55 Lima puluh lima
56 Lima puluh enam
57 Lima puluh tujuh
58 Lima puluh delapan
59 Lima puluh sembilan
60 Enam puluh
61 Enam puluh satu
62 Enam puluh dua
63 Enam puluh tiga
64 Enam puluh empat
65 Enam puluh lima
66 Enam puluh enam
67 Enam puluh tujuh
68 Enam puluh delapan
69 Enam puluh sembilan
70 Tujuh puluh
71 Tujuh puluh satu
72 Tujuh puluh dua
73 Tujuh puluh tiga
74 Tujuh puluh empat
75 Tujuh puluh lima
76 Tujuh puluh enam
77 Tujuh puluh tujuh
78 Tujuh puluh delapan
79 Tujuh puluh sembilan
80 Delapan puluh
81 Delapan puluh satu
82 Delapan puluh dua
83 Delapan puluh tiga
84 Delapan puluh empat
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua belas
13
Tiga belas
14
Empat belas
15
Lima belas
16
Enam belas
17
Tujuh belas
18
Delapan belas
19
Sembilan belas
20
Dua puluh
21
Dua puluh satu
22
Dua puluh dua
23
Dua puluh tiga
24
Dua puluh empat
25
Dua puluh lima
26
Dua puluh enam
27
Dua puluh tujuh
28
Dua puluh delapan
29
Dua puluh sembilan
30
Tiga puluh
31
Tiga puluh satu
32
Tiga puluh dua
33
Tiga puluh tiga
34
Tiga puluh empat
35
Tiga puluh lima
36
Tiga puluh enam
37
Tiga puluh tujuh
38
Tiga puluh delapan
39
Tiga puluh sembilan
40
Empat puluh
41
Empat puluh satu
42
Empat puluh dua
43
Empat puluh tiga
44
Empat puluh empat
45
Empat puluh lima
46
Empat puluh enam
47
Empat puluh tujuh
48
Empat puluh delapan
49
Empat puluh sembilan
50
Lima puluh
51
Lima puluh satu
52
Lima puluh dua
53
Lima puluh tiga
54
Lima puluh empat
55
Lima puluh lima
56
Lima puluh enam
57
Lima puluh tujuh
58
Lima puluh delapan
59
Lima puluh sembilan
60
Enam puluh
61
Enam puluh satu
62
Enam puluh dua
63
Enam puluh tiga
64
Enam puluh empat
65
Enam puluh lima
66
Enam puluh enam
67
Enam puluh tujuh
68
Enam puluh delapan
69
Enam puluh sembilan
70
Tujuh puluh
71
Tujuh puluh satu
72
Tujuh puluh dua
73
Tujuh puluh tiga
74
Tujuh puluh empat
75
Tujuh puluh lima
76
Tujuh puluh enam
77
Tujuh puluh tujuh
78
Tujuh puluh delapan
79
Tujuh puluh sembilan
80
Delapan puluh
81
Delapan puluh satu
82
Delapan puluh dua
83
Delapan puluh tiga
84
Delapan puluh empat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!