Tak lama kemudian, decitan pintu terdengar sangat keras yang berhasil memenuhi kelas sebelas IPA 3. Perlahan tapi pasti, guru wanita yang tadi sempat dipanggil Oji dengan sebutan bu Sana—kini tengah melangkahkan kakinya dengan anggun menuju tengah-tengah kelas bagian depan lalu dia tersenyum.
"Selamat pagi anak-anak!" Sana mulai menyapa.
"Selamat pagi bu Sana," Mereka semua menyahut kompak serta terlihat sangat bersemangat pagi ini. Detik berikutnya, mereka segera mengeluarkan buku matematika miliknya masing-masing. Tidak terkecuali Keysa yang berada dibangku belakang urutan keempat.
Sana menoleh kearah pintu yang terlihat sedikit terbuka. "Sini nak!" perintah Sana dengan sedikit meninggikan suaranya seraya mengangguk pelan.
Cowok yang masih berada di luar kelas itu hanya tersenyum manis. Tanpa mengucapkan sepatah katapun dia segera mendorong pintu agar semakin terbuka lebar dan melangkahkan kakinya lebar untuk masuk ke dalam kelas. Sebelum menghampiri Sana, dia terlebih dulu menutup pintu kelas.
Para murid sontak langsung diam, ternyata Sana tidak datang sendiri, melainkan datang dengan seorang cowok yang berwajah tampan. Kemungkinan besar cowok yang datang bersama Sana adalah murid baru yang tadi pagi ramai di gosipkan. Bagaimana tidak? Wajah cowok itu tampak asing sekali.
Suara derap langkah kaki yang beradu dengan lantai itu memenuhi ruang kelas mereka. Cowok itu berambut jabrik. Dasi yang terpasang indah, baju yang terlihat rapih dan di masukan. Kelihatannya dia anak baik-baik. Tetapi jangan salah, dia bahkan tidak sebaik yang kalian pikirkan.
Murid baru harus memberi kesan yang terbaik saat pertama masuk sekolah, bukan? Dan David sudah berhasil melakukan hal tersebut.
Sontak semua murid cewek itu melebarkan matanya dan mulutnya sedikit menganga. Ya, mereka tengah melongo saat melihat ketampanan cowok itu yang berada diatas rata-rata, dia sedikit mirip dengan Darel. Namun, berbeda dengan Keysa yang sekarang tengah sibuk membaca novel best seller yang kemarin lusa dia pinjam di perpustakaan sekolahnya. Bahkan dia tidak tertarik melihat apa yang tengah menjadi tontonan teman-temannya saat ini.
Keysa sangat fokus membaca membaca novel yang berada di atas meja miliknya, wajahnya terlihat begitu tenang dan damai. Dia tidak mempedulikan sekitarnya. Karena baginya novel itu adalah sesuatu yang paling menarik dibandingkan dengan hal apapun.
Siapa yang tidak melongo saat melihat senyumannya cogan coba? Maybe, tidak ada lah ya?
"Silahkan perkenalkan dirimu sendiri, nak!" Sana kembali berkata kepada David.
"Kenalin nama gue David Arsenio, gue pindahan dari Amerika Serikat, salam kenal semua," David berujar seraya melambai-lambaikan telapak tangan kanannya.
Sana tersenyum tipis ke arah semua murid yang berada didalam kelas. "Ada yang mau di tanyakan lagi?" Sana bertanya memastikan.
"Ganteng nama instagram kamu apa?" cewek dengan rambut cepol satu mulai bertanya terlebih dahulu.
Cewek yang berada disamping cewek rambut cepol satu—kini tersenyum menggoda. "Ganteng, udah punya pacar belum nih?"
"Nomor WhatsApp-nya berapa beb?"
"Mau jadi pacarnya dedek cantik nggak?" tawar cewek dengan lipstik tebal yang sangat terlihat merah macam darah.
"Oh my good! Mimpi apa gue semalam, kok calon pacar idaman gue ada disini sih?" cewek yang sedang mengipas-ngipaskan wajahnya dengan tangan itu menjerit histeris karena kegirangan.
"Aaaa, tampan bangettt sih bang?"
"Cool banget gilak!"
"Aku padamu sayang!"
"Plis jangan senyum bang, dedek meleleh nih,"
"Yeay, stok cogan bertambah yuhuu!"
"Mau dong jadi pacarnya!"
"Handsome bingitz siiih?" cewek lain ikut menimpali.
David hanya memutar bola matanya dengan malas saat mendengar teriakan dan pujian yang di lontarkan murid kelasnya. Karna sejujurnya dia sudah terbiasa mendengar kalimat itu cewek-cewek alay. Kenapa semua cewek terus menerus memujinya tampan, huh? David menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Entah ini anugerah atau bencana baginya bahwa mempunyai muka tampan yang melebihi di atas rata-rata.
"Maaf, nama gue David dan jangan pernah sesekali lo pada panggil gue dengan sebutan baby, sayang, cinta, dan sebagainya. Karena sejujurnya gue bukan pacar lo semua," David mengoreksi dengan suara beratnya.
Resiko jadi cogan mah kayak gini. Batinnya.
Sana menatap tajam semua siswi yang tak henti-hentinya memuji David. "Diam kalian semua!" Sana memerintah dengan sedikit meninggikan suaranya.
Hal tersebut tentu berhasil membuat semua siswi yang dari tadi menyerocos tiada henti kini sudah terdiam tak berkutik sama sekali, mereka sudah tahu bahwa Sana sekarang tengah marah. Namun, ada juga segelintir cewek yang tengah berbisik-bisik dengan teman sebangkunya.
Sana beralih menolehkan wajahnya kearah David yang tengah berdiri di sampingnya, mungkin mereka berdua hanya berjarak satu meter saja. "David, tempat duduk kamu ada di belakang Keysa ya,"
"Keysa, cepat angkat tangan kamu!" lanjutnya.
Sontak Keysa langsung gelagapan tatkala mendengar namanya di panggil oleh Sana. Wajar saja, karna dari tadi dia menunduk seraya tengah asyik membaca novel yang sedari tadi dia tutupi dengan buku pelajaran. Sungguh, dari tadi Keysa sama sekali tidak memperhatikan dan mendengarkan ocehan Sana dan teman-teman kelasnya, dia tidak tertarik sama sekali.
Keysa menyenggol pelan lengan Nindhi yang masih asyik memandangi wajah tampan milik David. "Nin, gue di suruh ngapain, huh?" Keysa bertanya dengan setengah berbisik.
Nindhi menolehkan wajahnya kesamping, tepatnya kearah Keysa, ketika sahabatnya barusan bertanya kepadanya. Rasanya Nindhi ingin menenggelamkan dirinya sendiri dilautan. Bagaimana tidak? Keysa bahkan dari tadi tidak mendengarkan guru dan teman sekelasnya berbicara, namun malah sibuk membaca novel yang menurut Nindhi biasa saja.
Wajar saja karena dia tidak suka membaca buku. Buku pelajaran saja dia jarang membacanya, apalagi buku lainnya? Tidak bisa di pungkiri bahwa Nindhi sedikit malas untuk membuka buku untuk belajar. Tentunya jika Nindhi di beri pilihan—dia akan lebih memilih lari maraton dari pada harus belajar yang membuat kepalanya berasa ingin pecah begitu saja.
"Di suruh angkat tangan, Key," Nindhi menyahut pelan dengan setengah berbisik.
Keysa menganggukan kepalanya, tanda dia mengerti. Sedetik kemudian Keysa segera mengangkat tanggan kanannya tinggi-tinggi. Keysa tersenyum kikuk. Dahi Keysa mengernyit saat melihat cowok berwajah tampan yang sekarang tengah berdiri disamping guru paruh baya. Pandangan mereka berdua bertemu.
Tiga detik kemudian Keysa langsung memutuskan kontak matanya dengan David duluan. David memicingkan matanya saat melihat paras cantik Keysa. Dahinya berkerut serta alisnya saling bertautan dan pikirannya kembali berkelana. Kini David tengah berusaha mengingat-ingat paras cantik milik Keysa.
Gue enggak salah lihat kan? Dia kan baristi cantik yang semalam gue lihat. Batinnya.
David menolehkan wajahnya kesamping, tepatnya kearah Sana. Dia tersenyum tipis, membuat Sana juga ikut membalas dengan senyuman yang tak kalah manis dari David. "Terimakasih bu," David berujar tulus.
Sana menganggukkan kepalanya pelan. "Sama-sama nak,"
Setelahnya, David mulai melangkahkan kakinya lebar menuju bangkunya yang letaknya di belakang Keysa. Sepanjang perjalanan, David tak henti-hentinya mendengar bisikan-bisikan memuja yang di lontarkan cewek-cewek genit kepadanya. David hanya mengendikan bahunya acuh tanpa ingin meladeni cewek-cewek genit.
"Oke anak anak, sekarang kita mulai pelajarannya matematika ya... buka buku paket kalian halaman lima puluh tiga, lalu kalian kerjakan," Sana memerintahkan dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Siap bu!" sahut mereka kompak. Tidak terkecuali dengan Keysa. Dia sangat senang saat salah satu pelajaran favoritnya sudah di mulai. Namun, tentu saja ada segelintir murid yang kini mendesah frustasi tatkala mendengar perkataan Sana tadi. Bagaimana tidak? Segelintir murid dikelasnya bahkan sangat membenci pelajaran matematika, bagi mereka matematika adalah pelajaran paling sulit yang pernah ada.
David celingukan kesana-kemari, bukannya dia murid baru? Otomatis dia belum mempunyai buku paket dong? David sekarang tengah menatap lurus ke depan. Dia tersenyum miring tatkala terbesit ide cemerlang yang kini tengah melintas dibenaknya. "Key, Keysa!" Panggil David setengah berbisik seraya mencolek-colek punggung Keysa dengan ujung bolpoinnya.
"Keysa!" panggilnya lagi.
Keysa menolehkan wajahnya kebelakang. "Apa?" Keysa bertanya cuek seraya menaikkan salah satu alisnya.
"Pinjem buku paket dong, gue kan belum punya buku paket sendiri," David menyahut seraya menyengir kuda.
Keysa diam sejenak. Da masih mencerna apa yang David katakan barusan. Benar juga, lagipula Nindhi pasti tak akan segan untuk membuka buku matematikanya sendiri, lebih baik dia meminjam Nindhi saja nanti.
"Hm... oke," Keysa menyahut cepat, lalu dia kembali menolehkan wajahnya kedepan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments