Tiga

Darel menarik kedua sudut bibirnya membentuk bulan sabit menciptakan senyuman manis yang berhasil membuat kaum hawa menjerit histeris saat melihatnya. Manis. Satu kata yang pas untuk wajah Darel saat ini. Sejujurnya Darel jarang tersenyum, mungkin hampir tidak pernah tersenyum. Wajar jika dirinya diberi prince cold.

Seandainya kaum hawa ada melihat senyuman manis Darel pasti mereka akan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Darel kembali melangkah menuju rak buku pelajaran. Darel kesini tentu saja bukan untuk mencari cewek, melainkan dia ingin mencari buku pelajaran. Darel kembali menghela nafas panjang. Dia sudah berusaha mencari buku yang tengah da cari.

Tetapi Darel tidak kunjung menemukannya juga.

"****!" Darel mengumpat seraya mengertakan giginya kesal.

Sherly meraih knop pintu perpustakaan lalu mendorongnya dengan pelan, dia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru diruang perpustakaan itu. Sedetik kemudian dia tersenyum manis ketika melihat pacarnya. Sherly mengayunkan kakinya untuk menghampiri Darel yang sedang sibuk mencari buku sejarah.

Berikutnya Sherly meraih lengan kekar milik Darel dan bergelayut manja disana. Hal tersebut kontan berhasil membuat emosi Darel bertambah berkali lipat dari pada yang sebelumnya.

"Babe, kamu lagi nyari apa sih?" Sherly bertanya dengan antusias.

Darel segera menepis tangan Sherly dengan kasar. Dia tidak peduli, walau Sherly adalah pacarnya sekalipun. Toh, dia tidak akan pernah bisa mencintai pacarnya sendiri. Darel melirik Sherly sekilas sebelum dia kembali mencari buku sejarah. "Buku sejarah." Darel menyahut dengan cuek tanpa melihat wajah Sherly lagi.

Sherly tersenyum tipis seraya menatap wajah tampan milik Darel. Sherly tahu jika Darel yang nota bene nya—pacarnya sendiri itu tengah marah. Namun, tentu saja Sherly tidak tahu penyebab Darel marah. "Ya udah, aku bantu cariin ya?" Sherly bertanya dengan lembut.

"Nggak usah." Darel menolak dengan tegas.

Sherly menggeleng pelan. Senyumnya tidak pudar sama sekali dengan sikap Darel yang kelewat dingin itu. Ingat! Dia sudah biasa menghadapi sikap dingin Darel. Dia sangat mencintai Darel, tidak peduli bahwa faktanya Darel orangnya sangat dingin. "Aku nggak nerima penolakan, babe,"

Darel tidak bergeming. Ya, dia tidak menjawab perkataan Sherly sama sekali. Darel sungguh sangat malas meladeni cewek keras kepala seperti Sherly. Lebih baik Darel diam dari pada harus bertengkar atau berdebat dengan Sherly—cewek cantik nan keras kepala.

Sepasang mata Sherly seketika berbinar saat melihat buku sejarah—buka yang tengah Darel cari. "Akhirnya ketemu juga ini buku," Sherly berujar senang. Tangan kanan Sherly terulur untuk meraih buku sejarah yang tengah Darel cari saat ini.

Detik berikutnya, Sherly berlari kecil menghampiri Darel seraya menggenggam buku sejarah itu. "Babe, ini buku yang sedang kamu cari, kan?" Sherly bertanya memastikan seraya menyodorkan sebuah buku sejarah yang dia bawa.

Darel menoleh kearah Sherly. Dia menurunkan pandangannya untuk melihat buku yang sedang Sherly pegang. Kini, Darel tersenyum tipis lalu mengangguk membenarkan. Tangan kanannya terulur untuk menerima buku sejarah itu. "Thank,"

"Iya babe, ya udah, yuk kita pulang," pinta Sherly pelan seraya menautkan jari jemari lentiknya pada jari jemari Darel.

Darel menghiraukan perkataan Sherly barusan. Dia hanya menjawab dengan deheman. Kali ini dia tidak bisa menolak ajakan Sherly. Pacarnya sudah membantunya, tidak mungkin jika Darel menolak ajakan pacarnya barusan, bukan?

Mereka berdua berjalan beriringan meninggalkan perpustakaan. Banyak sekali pasang mata yang tertuju pada pasangan yang diidolakan banyak kaum Adam dan kaum Hawa. Terlihat Darel dan Sherly tengah berjalan seraya bergandengan tangan—yang terlihat mesra. Ah, ralat! Tepatnya sangat mesra!

"Couple goals banget sih," puji salah satu siswi yang tengah berdiri bersandarkan tembok.

"Mau dong di gandeng bwang Darel." siswi lain berujar dengan suara yang terdengar menjijikan di telinga Darel.

"Cowoknya ganteng, ceweknya cantik, uwu cucok bingitz deh," siswi lain ikut menimpali.

"Ga cocok banget ewh." siswi lain yang tengah duduk di bangku depan kelas terlihat mencibir seraya menatap jijik Sherly.

"Haduh... Cantikan juga gue kemana-mana," siswi yang tengah berjalan berkomentar dengan sombong.

"Kok ceweknya genit banget sih, enek gue liatnya," siswi lainnya ikut mencibir tak suka.

Begitulah suara segerombolan para kaum hawa saat melihat Darel dan Sherly bergandengan tangan. Mereka ada yang takjub, kagum, senang, dan bahkan ada juga yang iri hati karena tidak berada di posisi Sherly saat ini.

Sherly kontan menatap tajam segerombolan para siswi yang sedang membicarakan dirinya dan pacarnya. "Apa lo semua liat-liat, itu mata minta di colok ya?" Sherly bertanya dengan sedikit meninggikan suaranya.

Semua siswi yang mendengar pertanyaan yang baru saja di lontarkan oleh Sherly hanya mengendikan bahu acuh. Sementara Darel? Dia hanya menghembuskan nafas kasar tanpa berniat bicara. Percuma saja dia berbicara. Tidak ada gunanya. Lebih baik dia diam saja dari pada ikut berbicara.

...*...

Tadi Darel habis nganterin Sherly pulang kerumahnya. Meski Sherly sempat merengek meminta Darel untuk membawanya main kerumahnya. Namun, tentu saja Darel menolak keras dan tidak memperbolehkannya—karena sejujurnya dia sangat lelah menghadapi pacarnya yang menurutnya super manja.

Kini, Darel memarkirkan motor ninja berwarna merah berani itu ke dalam garasi. Detik berikutnya dia melepas helm full facenya. Darel kembali tersenyum saat teringat kejadian tadi siang, entah kenapa dia menjadi penasaran dan ingin tahu lebih dalam pada cewek cantik yang kemarin menjadi target objek gambarnya.

Wajar nggak sih kalau orang yang sudah punya pacar malah memikirkan orang lain? Darel bertanya dalam hati.

Darel merapihkan rambutnya terlebih dahulu sebelum melangkahkan kakinya lebar untuk masuk ke dalam rumahnya. Kepala Darel terasa sangat pusing mengingat ocehan yang dilontarkan Sherly untuknya. Darel sudah tidak tahan lagi berpacaran dengan Sherly, sungguh. Dia ingin memutuskan Sherly, hanya saja belum waktunya.

"Eh, anak mama udah pulang ternyata," wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu tersenyum lebar kearah Darel. Namanya Nathania, dia adalah mamah kandung Darel sendiri.

Darel tersenyum tipis saat mendengar perkataan mamahnya barusan. Sekarang Darel berjalan mendekat kearah Nathania yang tadinya sedang menonton televisi yang menayangkan acara gosip, seperti kebanyakan para wanita—Nathania sendiri menyukai acara gosip.

"Iya nih, Darel baru pulang, mah," Darel menyahut pelan lalu dia dengan sopannya meraih telapak tangan mamahnya untuk dikecup dengan sayang.

"Ya udah, istirahat gih, jangan lupa mandi dulu ya Sayang, kamu bau kecut tau," Nathania berujar seraya mengibas-ngibaskan telapak tangan didepan hidungnya. tersenyum lebar, memamerkan gigi gingsulnya.

Darel sedikit terkejut mendengar perkataan mamahnya barusan, lalu mengendus-ngendus baju seragamnya sendiri. "Mana ada bau mah? Ini yang ada sih bau wangi, mah." Darel berusaha mengelak.

Nathania sebetulnya hanya berbohong saja, tetapi kenapa anak laki-lakinya itu menganggap serius?

Nathania terkekeh pelan. Dia sangat suka menggoda anaknya yang tidak bisa di ajak bercanda itu. "Iya sayang... Anak mamah nggak bau kecut kok, mamah tadi cuma bercanda doang, Darel sayang," Nathania menjelaskan seraya mengacak-acak rambut Darel dengan sayang.

"Ya udah, Darel ke atas dulu ya, mah,"

Nathania yang di puji oleh anaknya sendiri pun menjadi tersipu malu. Nathania menangkup ke dua pipinya yang terasa memanas dengan ke dua telapak tangannya, alhasil sekarang pipinya sudah seperti kepiting rebus karena pujian yang di berikan Darel barusan.

Sebelum ke kamar, Darel lebih dulu mengecup pipi mamah kesayangannya. Darel kembali melangkahkan kakinya yang sempat tertunda tadi—sesekali mulutnya berkomat kamit namun tidak ada suara yang terdengar.

Saat ini Darel menaiki anak tangga dengan santai. jujur, Darel sangat gerah dan dia sudah berniat untuk tidur setelah mandi. Ujung kaki Darel kini sudah menyentuh pintu kamarnya. Dia, meraih knop pintu itu lalu didorong dengan pelan, seketika dia membelalakan matanya saat melihat kearah lantai kamar miliknya.

Matanya Darel sekarang melotot, sementara mulutnya sedikit menganga. Nafasnya memburu, dia menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. "Eh, tunggu dulu perasaan tadi pagi kamar gue masih rapih, kok sekarang jadi kayak kapal pecah sih, ini gimana ceritanya, huh?"

Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua belas
13 Tiga belas
14 Empat belas
15 Lima belas
16 Enam belas
17 Tujuh belas
18 Delapan belas
19 Sembilan belas
20 Dua puluh
21 Dua puluh satu
22 Dua puluh dua
23 Dua puluh tiga
24 Dua puluh empat
25 Dua puluh lima
26 Dua puluh enam
27 Dua puluh tujuh
28 Dua puluh delapan
29 Dua puluh sembilan
30 Tiga puluh
31 Tiga puluh satu
32 Tiga puluh dua
33 Tiga puluh tiga
34 Tiga puluh empat
35 Tiga puluh lima
36 Tiga puluh enam
37 Tiga puluh tujuh
38 Tiga puluh delapan
39 Tiga puluh sembilan
40 Empat puluh
41 Empat puluh satu
42 Empat puluh dua
43 Empat puluh tiga
44 Empat puluh empat
45 Empat puluh lima
46 Empat puluh enam
47 Empat puluh tujuh
48 Empat puluh delapan
49 Empat puluh sembilan
50 Lima puluh
51 Lima puluh satu
52 Lima puluh dua
53 Lima puluh tiga
54 Lima puluh empat
55 Lima puluh lima
56 Lima puluh enam
57 Lima puluh tujuh
58 Lima puluh delapan
59 Lima puluh sembilan
60 Enam puluh
61 Enam puluh satu
62 Enam puluh dua
63 Enam puluh tiga
64 Enam puluh empat
65 Enam puluh lima
66 Enam puluh enam
67 Enam puluh tujuh
68 Enam puluh delapan
69 Enam puluh sembilan
70 Tujuh puluh
71 Tujuh puluh satu
72 Tujuh puluh dua
73 Tujuh puluh tiga
74 Tujuh puluh empat
75 Tujuh puluh lima
76 Tujuh puluh enam
77 Tujuh puluh tujuh
78 Tujuh puluh delapan
79 Tujuh puluh sembilan
80 Delapan puluh
81 Delapan puluh satu
82 Delapan puluh dua
83 Delapan puluh tiga
84 Delapan puluh empat
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua belas
13
Tiga belas
14
Empat belas
15
Lima belas
16
Enam belas
17
Tujuh belas
18
Delapan belas
19
Sembilan belas
20
Dua puluh
21
Dua puluh satu
22
Dua puluh dua
23
Dua puluh tiga
24
Dua puluh empat
25
Dua puluh lima
26
Dua puluh enam
27
Dua puluh tujuh
28
Dua puluh delapan
29
Dua puluh sembilan
30
Tiga puluh
31
Tiga puluh satu
32
Tiga puluh dua
33
Tiga puluh tiga
34
Tiga puluh empat
35
Tiga puluh lima
36
Tiga puluh enam
37
Tiga puluh tujuh
38
Tiga puluh delapan
39
Tiga puluh sembilan
40
Empat puluh
41
Empat puluh satu
42
Empat puluh dua
43
Empat puluh tiga
44
Empat puluh empat
45
Empat puluh lima
46
Empat puluh enam
47
Empat puluh tujuh
48
Empat puluh delapan
49
Empat puluh sembilan
50
Lima puluh
51
Lima puluh satu
52
Lima puluh dua
53
Lima puluh tiga
54
Lima puluh empat
55
Lima puluh lima
56
Lima puluh enam
57
Lima puluh tujuh
58
Lima puluh delapan
59
Lima puluh sembilan
60
Enam puluh
61
Enam puluh satu
62
Enam puluh dua
63
Enam puluh tiga
64
Enam puluh empat
65
Enam puluh lima
66
Enam puluh enam
67
Enam puluh tujuh
68
Enam puluh delapan
69
Enam puluh sembilan
70
Tujuh puluh
71
Tujuh puluh satu
72
Tujuh puluh dua
73
Tujuh puluh tiga
74
Tujuh puluh empat
75
Tujuh puluh lima
76
Tujuh puluh enam
77
Tujuh puluh tujuh
78
Tujuh puluh delapan
79
Tujuh puluh sembilan
80
Delapan puluh
81
Delapan puluh satu
82
Delapan puluh dua
83
Delapan puluh tiga
84
Delapan puluh empat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!