Ketika tes seleksi CPNS di Soreang, Ira bolak balik ke toilet karena ia harus membuang ASI yang tidak diminum oleh putra sulungnya yang baru berusia tiga bulan. Ira sudah menikah tahun lalu dengan teman kuliah mereka yang sama satu jurusan. Mereka tidak pernah menyangka ternyata suami Ira adalah teman satu kelasnya. Karena pernikahannya dilalui dengan proses ta'aruf.
Ira sangat dewasa dibanding Tahnia dan Esti, karena selalin usianya yang terpaut tiga tahun dari Tahnia dan Esti, ia juga pernah bekerja di sebuah perusahaan bidang Elektronik sebelum melanjutkan kuliah. Ia merupakan anak kedua terakhir dari keluarga ABRI, dan adiknya seorang perempuan juga, kuliah Perguruan Tinggi yang sama namun jurusannya berbeda. Keluarga Ira sangat harmonis, memiliki ayah yang bijaksana, baik, supel, tegas namun senang bercanda. Sedang Ibunya cerdas, baik, ramah, telaten dan bijaksana juga. Tak heran jika kakak-kakak Ira rata-rata menjadi Pegawai Negeri Sipil, karena kultur dan didikan yang sangat baik.
Beberapa bulan menjelang pernikahannya, Tahnia dan Esti berkunjung ke tempat Ira. Seperti biasa mereka nginep dan asyik saling bercerita melepas rasa kangen. Ya rasa kangen karena biasanya setiap hari atau setiap minggu selalu bersama ketika mereka kuliah, sekarang Tahnia dan Esti kembali ke tempat lahir mereka masing-masing, sehingga waktu bertemu terbatas, meski mereka senantiasa berkomunikasi melalui SMS dan telponan.
Setelah masing-masing selesai saling bercerita, tiba-tiba Ira ngomong dengan wajah serius. Wajah yang biasanya dihiasi dengan senyum dan santai sekarang diwarnai keseriusan. "Sekarang saya ada yang mau diomongin sama kalian" kata Ira...
Tahnia dan Esti sontak menatap wajah Ira dengan seksama. "Apa ni?" Kata Esti dengan senyumannya yang ceria... "Aku jadi penasaran... " sahutnya lagi...
"Alhamdulillah saya sudah di khitbah dua bulan kemarin, maafin ya saya ga ngasih tau soalnya saya tau kalian pasti lagi pada sibuk ngajar..." Kata Ira dengan senyum bahagia...
"Alhamdulillah, barokalloh... " ucap Tahnia dan Esti serempak seolah diberikan aba-aba.
"Tapi ih Teh Ira ga ngasih tau kabar bahagia ini" sahut Esti sambil agak memayunkan bibirnya.
Ira tersenyum melihat sikap Esti sahabatnya itu...
"Pantesan ada tempat cincin berbentuk bunga disana" Kata Tahnia...
"Siapa yang meminang Teh Ira? Orang mana? Aku kenal ga orangnya? Tanya Esti bertubi-tubi...
" Dengarkan dulu atu kan belum selesai ceritanya juga" Jawab Ira sambil ketawa terkekeh mendengar pertanyaan sahabatnya yang penasaran itu.
Kemudian Ira melanjutkan pembicaraannya...
Terus bulan depan aku mau menikah, kalian mau kan mendampingi aku... " Jawab Ira sambil tersenyum hangat...
"Teh Ira sama siapa? Apa sama itu ya yang kemarin kita kerumah saudaranya yang nikah tea ya? tanya Esti penasaran.
" Iya... Teh Esti tebakannya tepat" sambung Ira sambil tertawa...
"Kita sih sudah menyangka dari awal, pas kita diajak kesana pasti sedang proses ta'aruf ya... " Sambung Tahnia...
"Kenapa Teh Tahnia beranggapan begitu?" Tanya Ira menyelidik.
"Ah tau saja, karena jarang-jarangkan kita datang ke undangan saudara teman kecuali kalau kita sudah dekat atau ada hubungan" Jawab Tahnia...
"Iya atu pasti ada sesuatu... " Jawab Esti...
"Bulan dan tanggal berapa?" tanya Esti
"Bukan Juli tanggal 7 tepat pada bulan lahirku" jawab Ira sambil senyum...
"Teh Ira kenapa ga tanggal 2 saja pas dilahirkan lahirnya?" Tanya Tahnia penasaran...
"Iya sih maunya tanggal 2 tapi karena pertimbangan yang lain jadi tanggal 7. Akad dan resepsinya tanggal 7 Juli, begitu sobat-sobatku" jawab Ira...
"Ah atu nanti kita akan tambah susah ya kalau mau ketemu atau silaturahim... " keluh Esti dengan wajah yang sedih.
"Tenang saja, Beliau kan teman kalian juga dan tau betul kalo kita sobatan dari dulu, saya juga sudah sampaikan ke Beliau kalian itu sobatku dan kita akan tetap sobatan, jadi kalau kita ada acara Beliau harus mendukungnya... " Jawab Ira yang membuat hati Tahnia dan Esti menjadi tenang.
"Syukur atu, semoga persahabatan kita tidak pernah berubah ya, tetap Seperti sekarang" sahut Tahnia...
"Iya... " jawab Esti menimpali...
"In syaa persahabatan kita tetap seperti ini, jangan lupa tar kalian menemaniku ya..." sahut Ira kembali sambil tersenyum lebar.
" In syaa Alloh kita akan menemani manten" jawab Esti sambil tertawa...
"Makanya sekarang kita manfaatkan waktu kita mumpung lagi berkumpul... " sahut Ira kembali.
"Iya pokoknya kitamah usahakan persahabatannya langgeng ya, tidak berubah meski kita sudah pada menikah dan jarang ketemu" sahut Tahnia
"Iyalah harus tetap kaya gini" Esti menimpali...
"Sekarang kita cari baso yu ke Baso ******? " Kata Ira....
"Ayo kita ke ngebaso biar seger" Kata Tahnia.
"Iya atu ngebaso, hitung-hitung melepas masa lajang Teh Ira " kata Esti sambil tertawa.
Setelah mereka siap-siap mereka bertiga pergi ke kedai baso yang waktu itu sedang naik daun. Setelah menaiki angkot mereka tiba di area mall yang letaknya dekat dengan balai kota.
Mereka berjalan beiriringan sambil bersenda gurau. Jika mereka bertiga pasti suasana dihiasi dengan gelak canda dan tawa karena Ira selalu membuat suasana menjadi hangat.
Mereka baru pertama kali mau mencoba baso ****** yang lagi naik daun, karena biasa ya mereka beli baso didekat kampus.
Merekapun masuk area basi ******, dan duduk di meja yang kosong. Mereka melihat menu yang disediakan.
"Di mall mah air minumnya hanya dikasih sekali, gimana nih kalo saya masih haus, karena saya kalo minum harus banyak? " Tanya Ira
"Iya, kayanya hanya sekali" kata Tahnia
"Bilang saja sama pramu sajinya nanti kita minta air minumnya dibanyakin" Kata Esti.
"Bagus tuh ide Teh Esti" sahut Ira.
Setelah beberapa saat, mereka mendekati tempat pemesanan.
"Mba pesen tiga ya" Kata Ira.
"Baik, minumnya apa? " tanya pramu saji
"Air teh saja tapi nanti dibanyakin ya" jawab Ira.
"Baik, mohon ditunggu ya Mba" jawab pramu saji.
Ira pun kembali ke kursinya.
"Sudah dibilangin air minumnya banyakin?" tanya Esti.
"Sudah" jawab Ira
"Terus gimana katanya? " tanya Tahnia
"Iya mau dibanyakin katanya" jawab Ira kembali.
"Syukurlah" sahut Esti dan Ira.
Beberapa saat kemudian datang pramu saji membawa nampan yang berisi tiga buah mangkok dan tiga gelas air. disimpannya satu-satu didepan Tahnia dan kawan-kawanya. Mereka saling melirik, melihat mangkuk yang hampir penuh berisi kuah baso. Setelah pramu saji kembali, Ira mulai berbicara sambil dihiasi senyuman...
"Kayanya pramu sajinya miskom deh dikiranya minta kuah basonya yang banyak mungkin makanya ketiga mangkuk ini penuh dengan kuah bakso...
" Iya miskom kayanya" kata Tahnia dan Esti.
Namun mereka segera menyantap bakso tersebut meskipun tidak seperti yang diciptakannya.
Setelah selesai menyantap bakso dan membayarnya, mereka keluar area dengan saling bergandengan, tangan disimpan dipundak.
"Pokoknya jangan khawatir ya, aku ga akan berubah meski sudah menikah" kata Ira kepada kedua temannya.
"Persahabatan kita harus tetap terjalin dan langgeung" sahut Esti...
Besok adalah hari pernikahan Ira. Tahnia sudah meminta izin kepada Umi untuk menemani Ira, dan ia akan berangkat sore ini. Tahnia juga sudah membuat catatan rute perjalanan menu rumah Ira, sebagai panduan untuk Umi dan Dewi adiknya. Setelah pamit, Tahnia berangkat menuju rumah Ira menggunakan kendaraan umum. Setelah dua jam perjalanan, Ia sampai dirumah Ira yang sudah rame dengan hiasan. Ya rumah itu selama kurang lebih empat hari penuh dengan hiasan dan tenda sebagai bentuk syukuran tanda kebahagian putra bungsu kedua akan memasuki rumah tangga.
Di rumah Ira sudah ada Esti, Tahnia disambut dengan gembira oleh mereka. Setelah asyik berbincang dan menyiapkan keperluan besok, mereka istirahat.
Besok harinya dari sebelum subuh mereka sudah bergantian mandi untuk siap-siap untuk menjadi pendamping pengantin. Esti dan Tahnia tidak di make up mereka hanya menggunakan bedak biasanya, namun menggunakan seragam pagar ayu.
pukul 07.30 WIB pun tiba, rombongan seserahan sudah datang berbaris. Disambut dengan pagar ayu dan Bu Hj mengalungkan kalung bunga sedap malam kepada calon mantu. Mereka dipersialhakan untuk duduk dulu mengikuti prosesi penerimaan pengantin.
Setelah acara penerimaan selesai dilakukan, mereka bergegas menuju mesjid yang jaraknya kurang lebih 100 meter untuk melangsungkan akad nikah.
Pengantin sudah duduk dihadapan penghulu, Pa Haji sudah memegang tangan calon mantu. Setelah ikrar akad diucapkan dengan lancar, oa penghulu langsung bertanya
"Apakah sah?
" Sahhh" kata hadirin
Semua mengucap hamdalah, dan iringan do'a pun diaminkan oleh semua.
Setelah selesai akad, semua bergegas ke area resepsi untuk melanjutkan acara saweran, penyerahan seserahan dan ramah tamah.
Tahnia sibuk di area parasman membantu menjaga dan mengatur hidangan makanan untuk para undangan.
Sesi foto keluarga dilangsungkan bergiliran, mulai keluarga besar, pengantin dengan kedua orang tua, pengantin dengan masing-masing saudaranya, termasuk Esti dan Tahnia.
Karena tamu yang datang sangat banyak, dan stok alat makan kurang, makan Tahnia dan Esti jadi sibuk didapur mengelap alat makan sebelum diatat dimeja parasmanan.
Umi dan Dewi bersiap untuk menghadiri undangan sahabat Tahnia. Mereka membawa kertas petunjuk dari Tahnia. Setelah berjalan menjual jalan raya, mereka menunggu bis ke arah leuwi panjang. Setelah menunggu beberapa lama, bis Madona via tolpun ada. Dewi menghentikan bis dan merekapun naik bis tersebut. Satu jam setengah pun berlalu. Mereka tiba di di leuwi panjang. Mereka berjalan ke arah jalan Sukarno hatta mencari angkot merah bernomor 05. Setelah mengetem sampai penuh, angkotpun berjalan. Umi dan Dewi baru pertama kali ke daerah ini. Umi sudah bilang tempat pemberhentian mereka kepada pa supur, dan pa supir pun mengitakannya. Mereka sedikiti tenang meski rasa was-was takut terlewat tetap mwnyelimuti, apalagi gabisa berkomunikasi dengan Tahnia, paling kalopun terpaksa harus mencari wartel untuk menghubungi Tahnia. Satu jam berlalu, Umi dan Dewi sudah ada di pasar kiara condong. Karena hawatir umipun bertanya kepada pa supir.
"Pa apa tempat yang saya bilang tadi sudah kelewat atau belum ya? " tanya umi.
"Oh Ibu mau turun di ALS ya? " tanya pa supir.
"Iya Pa" jawab umi.
"Aduh maaf Bu, saya lupa. ibu turun saja di sini, menyebrang dan naik lagi angkot seperti ini, bilang saja ALS, deket ko" kata pa supir dengan penuh penyesalan.
Pa supirpun menghentikan angkotnya, Umi dan Dewi turun setelah membayar.
Umi dan Dewi menunggu volume kendaraan sedikit agar bisa menyebrang.
Seekah menyebrang dan menunggu angkot 05 pun tiba. mereka naik dan berulang bilang turun di ALS. Sampai akhirnya angkot berhenti di ALS.
Umi dan Dewi turun dan berjalan mengikuti orang-orang yang memiliki tujuan yang sama. Ia melihat janur kuning dengan nama yang sesuai.
Tahnia masih sibuk dengan alat makan, Ia tidak mengetahui aduk dan ibunya datang. Umi pun melihat sekeliling namun tidak ditemukan juga Tahnia. Setelah menyantap hidangan, berfoto dan pamit umipun pulang.
Pukul 13an Tahnia ke depan untuk sholat dan dipanggil sama Ira.
"Teh Tahnia tadi ada Umi dan Dewi" kata Ira
"Kapan? " saya ga ketemu.
"Tadi saya minta anak-anak nyariin ga ada" jawab Ira lagi.
"Saya sama teh Esti didapur. Sudah pada pulang? " jawab Tahnia lagi.
"Sudah sekitar satu jam lalu" jawab Ira lagi.
Tahniapun bergegas sholat sebelum melanjutkan tugasnya. Sore pun tiba, para tamu sudah mereda, Ira sudah berganti pakaian begitupun Esti dan Tahnia. Mereka siap-siap untuk pamit pulang. Sering saling berpelukan dengan masing-masing saling mendo'akan. Ira berterimakasih atas bantuan kedua sobatnya. Dengan membawa oleh-oleh dari yang pesta, Tahnia dan Estipun pulang untuk kembali ke kampung halamannya.
Bârakallâhu laka wa bâraka 'alaika wa jama'a bainakumâ fî khairin. Semoga Allah memberkahimu dalam suka dan duka dan semoga Allah mengumpulkan kalian berdua di dalam kebaikan. Aamiin YRA...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Imas Rahayu
persahabatan bagai kepompong
2023-10-29
0