Orang-orang bercerita, ketika menjelang waktu meninggal Abah Haji pergi ke sawah dan menatap padi menguning dengan seksama. Ketika bertemu dengan orang Beliau minta maaf jika ada salah. Salah satu amanat Beliau ketika masih hidup kepada umi, yaitu : "Nanti jika Abah sudah tidak ada, pastikan semua hutang kepada Mama Haji Safari harus dibayar sampai lunas".Beliau menghawatirkan kekurangan setoran mobil yang belum dilunasi karena memang penghasilannya tidak memungkinkan untuk memenuhi sesuai patokan setoran yang ditentukan, karena jika semuanya diberikan tidak ada untuk anak dan istrinya. Umi menjawab "Jangan ngomong sembarangan'" timpalnya.
Umi termenung memikirkan kehidupan keluarganya berikutnya. Meski sebelum meninggalnya Abah Haji, panen padi sangat banyak sekali dibanding tahun-tahun sebelumnya, sehingga gudang dipenuhi dengan karung-karung padi sampai atap. Sesekali umi menangis meski setiap malam Ma Haji Sopiah dan adiknya suka bergiliran menemani. "Semakin lama semakin terasa sakit" ucap umi sambil menyapu butiran air mata yang keluar.
"Andai waktu itu ga jadi anter rombongan ke sukabumi mungkin Abah Haji masih ada" ucap umi lagi... Tahnia hanya bisa mengingatkan bahwa kematian sudah ditetapkan oleh Alloh, dimanapun dan kapanpun tiada ada yang bisa mencegahnya.
Umi merasa sangat sedih, karena Beliau berfikir Abah Haji bekerja membawa mobil milik Mama Haji ayahnya sampai meregang nyawa dan bekerja tidak ada bedanya seperti bekerja kepada orang lain. Tidak pernah ada perlakukan spesial seperti kepada anak-anak atau menantunya serta cucu-cucunya yang lain. Sejak dari kecil umi diperlakukan berbeda oleh kedua orang tuanya. Bahkan ketika umi meminta tolong agar diberi bantuan utuk biaya Tahnia, ayahnya menjawab "Mama juga harus membetulkan mobil sampai 20 juta lebih". Perkataan yang mungkin tidak pantas diucapkan oleh seorang ayah kepada anaknya yang suaminya baru saja meninggal akibat bekerja kepadanya.
Masih dalam suasana duka Tahnia kembali sakit, sampai dari kuliahnya pulang diantar oleh temannya. Sebelum pulang Tahnia singgah dl ke RSU yang ada di Cimahi untuk kontrol. Ketika menunggu panggilan dokter Tahnia tak kuat menahan mual sehingga bergegas pergi ke toilet dan menumpah seluruh sarapannya tadi pagi. Untunglah ada temannya yang mendampingi. Setelah pemerintah selesai mereka naik angkot. Setelah turun dari angkot, Tahnia membeli dulu bakso untuk Umi dan temannya. Meski badannya terasa lesu, Tahnia dan temannya berjalan menelusuri jalan Kampung menuju rumah Tahnia.
Sesampainya di rumah, Tahnia melihat umi sedang terlelap tidur diatas karpet ditengah rumah yang masih belum diberesin seperti semula. Tahnia segera pergi ke dapur mengambil mangkuk untuk baso.
Ketika Tahnia didapur, Umi tiba-tiba bangun, dan melihat teman Tahnia disampingnya, Umi terkejut dan dengan spontan dan nada cemas bertanya "mana Tahnia? mana Tahnia?"
Teman Tahnia menjawab "Tahnia ada di dapur Mi, umi tenang ya..."
Umi menghela napas dengan lega... Tahnia, Umi dan temannya menyantap bakso yang dibelinya. Meski Tahnia tidak merasa nikmat memakan bakso tidak seperti biasanya. Tahnia terpaksa memakan bakso karena tidak nafsu makan.
Kondisi Tahnia masih belum pulih, malah semakin memburuk. Sampai ketika kontrol berikutnya, Ibu dokter dengan nada yang agak meninggi berkata kepada umi "Ibu anak sudah seperti ini baru dibawa diperiksa? Inimah harus dirawat inap, harus ditranspusi darah dll, karena ada kebocoran pada jantungnya."
Tahnia dan umi diam sejenak. Tahnia sangat menghawatirkan kondisi umi, begitupun sebaliknya.
Di perjalanan Tahnia berbicara ke umi "Umi, ga usah dengar apa kata dokter, Neng ga mau dirawat, mau di rumah saja." sahut Tahnia.
Umi menjawab "Kata dokter kondisi Enengkan serius, harus ada penanganan yang intensif."
Sepulang dari rumah sakit, Tahnia berbaring diatas karpet, menatap langit-langit, sambil mengenang Abah Haji...
Pada waktu yang sama, umi pergi kerumah Mama Haji memberikan kabar bahwa Tahnia didiagnosa ada kebocoran jantung, dan harus ditangani secara intensif bahkan dokter menyarankan untuk langsung dirawat. dokter sudah mengecek ruang inap ternyata di RSU tersebut penuh, sehingga menyarankan ke RS milik TNI. umi berkata "Tapi si eneng ga mau dirawat karena tau tidak ada biaya untuk rawat inapnya".
Mama Haji hanya diam tidak menjawab... beberapa saat kemudian menjawab " rawat saja biar nanti Mama beri untuk bayar rawat inapnya".
Tidak lama berselang, umi kembali diikuti oleh Mama Haji. Kemudian Mama Haji bilang, "Neng ayo kita ke RS biar cepat sembuh".
" Ga Ma, mau dirumah saja, biar ga ngerepotin" jawab Tahnia.
"Kalo sayang sama orang tua ikuti kata dokter, orang rumahkan ga tau apa yang harus dilakukan, kalo dirumah sakit akan jelas tindakannya. Jangan fikirkan biaya nanti Mama bantu. "
Tahnia hanya diam, namun ia berfikir benar juga kata kakek dan uminya, biar cepat sembuh.
Akhirnya Tahnia bersedia untuk dirawat, mereka siap-siap dan diantar ke RS. Tahnia langsung dibawa ke ruang IGD, suster dengan sigap, melakukan pemeriksaan sampai di EkG. " Kok anehnya begini" sahur suster ketika melihat hasil EKG.
"Apa tensinya sellau rendah? " tanya suster berikutnya, Tahnia hanya menganggukan kepala dan bilang "90 atau 100 sus".
Oh emang normalnya segitu ya jawab suster.
Tahnia diambil darah, kemudian suster menyerahkan darah itu untuk diberikan ke lab ke Umi Tahnia. Umi segera pergi, namun tak berselang waktu umi kembali lagi dan bilang,
" Sus darahnya tumpah karena barusan ibu terpeleset" sahut umi dengan rasa bersalah.
Suster senyum dan bilang "Terpaksa ambil darah lagi ya... " sambil menatap Tahnia. Tahnia pasrah... Karena hari itu penuh dengan pengambilan sampel, urin dan peces untuk diperiksa.
Besoknya Tahnia dipindahkan ke ruang rawat jantung. beberapa hari RS, Tahnia sangat kesal, dia teringat jadwal Ujian Akhir semester. Dia sempat membawa catatan kuliah dan dibacanya catatan itu karena pikirannya tidak luput dari ujian. Sampai dokter bilang, "Simpan dulu catatan kuliahnya, istirahat dulu" sambil senyum.
Keluarga datang menjengjuk bergiliran setiap hatinya menjadi penyemangat Tahnia untuk sembuh. Setiap pagi diambil sample darah dan pemeriksaan lainnya termasuk di USG.
Setiap jari juga Tahnia bertanya ke dokter kapan bisa pulang, karena ia sejak awal tidak betah di RS. "Kalo kondisinya baik, besok bisa pulang" sahut dokter. Tahnia sangat senang karena ia ga mau merepotkan orang, jika Umi pulang yang menjaga ia adalah Kaka dan temannya, Tahnia merasa riskan jika ditemani laki-laki yang bukan mahramnya karena ia tidak leliasa untuk tidur.
Dokter memberikan izin pulang, dan harus kontrol dua minggu sekali. Dokter juga menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke RS yang ada fasilitas USG untuk jantung dengan resolusi yang lebih tinggi. Tahnia dan Ibunya hanya menggangguk saja mendengar ucapan dokter.
Akhirnya Tahnia pun sampai dirumahnya. Saudara dan kerabat serta tetangga bergantian melihat kondisinya. Dan ketika Tahnia sedang berbaring di kursi depan, keponakan laki-laki Tahnia dengan penuh tenanga melempar tutup hiasan guci sampai kena ke pelipis Tahnia. "Plak" bunyi tutup guci mengenai pelipis Tahnia.
Tahnia spontan bangun dan didapatinya darah mengucur dari pelipis. Dengan lemas namun penuh amarah Tahnia berbicara "Jauhkan si oga... "
Kemudian ipar Tahnia menarik anak itu dan bilang " Tante itu lagi sakit kenapa dilempar, tuh kasian jadi berdarah"
Tahnia meringis menahan sakit dan amarah, sambil membersihkan luka dibantu oleh umi yang sangat hawatir.
Tahnia berdiri di teras depan, dan ia lihat Bah Haji turun dari langit dengan memakai mahkota kuning dan baju yang mewah seperti dikerjaan, "Jaga umi dan keluarga ya" Ucapa Bah Haji ke Tahnia dan kembali terbang, Tahnia berteriak "Abah Haji Eneng ikut... " Tahnia terbangun, ternyata itu sebuah mimpi namun teras begitu nyata... Tahnia sangat mengingat mimpi itu..
Tahnia sudah kembali ke kampus untuk meminta ujian susulan matakuliah PKN, karena ia dirawat inap ketika jadwal ujian mata kuliah tersebut. Karena di kantor tidak ada, Tahnia lantas pergi ke rumah kediaman dosen yang ada di kampus. Tahnia mengetuk pintu, "Assalamu'alaikum" sahut Tahnia. Tidak lama keluar Ibu Dosen. Tahnia menyampaikan maksudnya untuk ujian susulan karena habis dirawat inap, cuma Tahnia tidak sempat menyampaikan bahwa sebelum itu ayahnya meninggal karena tabrakan. Namun Ibu Dosen menjawab "Tidak ada ujian susulan, nilai seadanya saja, silahkan pulang". Tahnia gabisa berkata-kata lagi, ia harus menerimakan nilainya seadanya.
Setiap dua minggu sekali Tahnia diantar umi kontrol ke RS, setiap kontrol di EKG bercampur dengan pasien lain yang berjubel dan ruangan yang tidak begitu tertutup karena antria pasien yang banyak. Selesai diperiksa seperti biasa menembus obat yang harus diminum setiap hari, berbulan-bulan terus begitu, sampai akhirnya Tahnia merasa jenuh, dan karena risih auratnya tidak terjaga, maka ia memutuskan untuk menghentikan pemeriksaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Imas Rahayu
kisah yang sedih
2023-10-29
0
Sintya Ashari
kak q bagus novel kamu.kita saling dukung yuk mampir juga dinovel q kupinjamkan Suamiku.
2023-10-27
0