Episode 14 Mengajar di Pondok Pesantren

Dikedua sekolah tempat Tahnia mengajar, ada teman Tahnia dari SD, SMP dan SMA. Beliau bernama Pa Iwan. Beliau juga masih saudara Tahnia, Karena Nenek Tahnia sepupunya Neneknya Pa Iwan. Tahnia merasa senang karena memiliki teman sejak kecil sehingga ada teman tempat bertanya jika perlu suatu info.

Pa Iwan memiliki paman yang usianya sama, mereka satu SD. Paman Pa Iwan bernama Pa Dadang, Beliau mengajar di sebuah pondok, Sehingga dipanggil Pa Ustadz. Di pondok itu memerlukan guru Fisika. Pa Ustadz menawarkan Tahnia untuk mengajar di pondok melalui Pa Iwan.

Tahnia menimbang dulu tawaran itu karena takut jika tidak memiliki waktu untuk mengajar. Dipondok tersebut Hari Minggu masuk, hari jumat libur.

Setelah melihat kemungkinan waktunya, dengan mengucap bismillah Tahnia menerima tawaran tersebut. Ia mendapatkan jadwal hari minggu dan hari sabtu.

Letak Pondok tersebut setelah pasar, sehingga untuk ke pondok tersebut perlu naik ojeg atau berjalan kaki sekitar 400-500 meter.

Tahnia diminta untuk datang menemui kepala sekolah di pondok tersebut sekaligus pengurus yayasan tersebut. Tahnia seolah diwawancara tentang visi misi dan sejenisnya.

Setelah selesai, Tahnia diberikan jadwal mengajar tingkat SMP dan SMA sekaligus MA mulai semester genap, bukan Januari.

Siswa dipondok itu, mondok atau tinggal di kobong/pesantren. Setiap hari mereka menjalankan jadwal yang sudah ditetapkan, mulai jadwal mengaji malam, bangun tidur, sholat malam, mengaji bada subuh sampai jadwal makan.

Mereka rata-rata berasal dari daerah yang agak jauh, bahkan dari luar kota, meskipun banyak juga dari wilayah sekitar.

pondok putri ada diseberang pasar, pondok pria ada di wilayah sekolah pondok terseSetiap

Setiap sabtu dan minggu Tahnia pergi mengajar dipondok. Membimbing dan mendampingi siswa yang sungguh luar biasa belajar tanpa henti, hingga kadang karena kurang tidur kerap mereka terlelap dalam kelas. Hal itu sudah menjadi hal yang biasa di lingkungan pondok. Ini menjadi salah satu tantangan bagi Tahnia dalam mengajar agar siswa tetap dapat fokus.

Di pondok ini Tahnia disebut Ustadzah. Murid-muridnya sangat sopan sekali. Mereka juga pada cerdas, secara setiap hari mempelajari dan menghapal ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Seperti biasa diawal pertemuan Tahnia menggali dulu cita-cita murid-muridnya untuk menumbuhkan semangat belajar. Kemudian membuat kesepakatan belajar/kesepakatan kelas. Siswa siswi baik yang di tingkat SMP dan MTs maupun SMA dan MA dapat mengikuti kesepakatan belajar dengan baik. Meski untuk satu dua siswa masih tetap kerap tertidur di kelas. Namun mereka mengikuti setiap kegiatan pembelajaran.

Sebulan pun berlalu, Tahnia dipanggil oleh pihak keuangan dan diberikan ampau yang berisi honor telah membimbing para santri dalam pembelajaran di kelas.

Tahnia ingat bahwa dia mengajar di pondok tersbeut karena info dari Ustadz Dadang melalui Pa Iwan. Tahnia ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka.

Ketika menjelang hari raya, Tahnia berinisiatif membuat parcel sebagai bentuk terimakasih kepada kedua temannya itu. Tahnia membeli buah-buahan, apel, pir, dan lainnya. Tahnia mengemas buah-buahan tersebut dengan plastik bermotif yang biasa digunakan sebagai sampul buku. Dia mengaturnya sehingga tampilannya lumayan baguslah. Kemuadian Tahnia Parcel tersebut ke rumah Ust Dadang.

"Assalamu'alaikum... " ucap Tahnia.

"Wa'alaikum salam" Jawab Ibunya Ust Dadang.

Pintu pun terbuka dan muncul sosok Ibu hebat yang sholehah, kemudian beliau tersenyum...

"Eh Neng... "

"Maaf Wa Haji, mau nitip ini untuk Ust Dadang" sahut Tahnia sembari memberikan parcel buah.

"Terimakasih banyak Neng" Jawab Bu Hajjah.

Tahniapun pamit dan langsung pulang kerumah yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya.

Karena Tahnia maupun Ustadz Dadang belum menikah, maka timbul salah pengertian. seolah bingkisan tersebut memiliki maksud tertentu padahal Tahnia memberikannya kepada kedua saudaranya itu sebagai bentuk rasa terimakasih.

Hal ini diketahui oleh Tahnia ketika umi menceritakan bahwa "Wa Haji seolah menganggap parcel itu sebagai bingkisan dari seorang wanita ke seorang pria".

Tahnia menjelaskan " Eneng kan ngasihnya ke kedua teman Eneng, sebagai bentuk terimakasih ".

Umi pun diam, karena Wa Haji juga sempat memuji Tahnia, meski Abah Haji sudah meninggal, tapi bisa berusaha membiaya sendiri hingga wisuda, jika yang lain mungkin sudah nyerah, kata umi.

Suatu ketika Tahnia sempat berbincang dengan adiknya kepala sekolah. Beliau bertanya tentang hubungan Tahnia dan Ustadz Dadang.

" Kalo Bu Tahni dengan Ustadz Dadang itu bersaudara? " Tanya Ibu Penti.

"Iya Bu kami saudara, ibunya Ustadz Dadang dan nenek saya sepupuan" Jawab Tahnia.

"Berarti bukan muhrim ya?" Tanyanya lagi.

"Iya" Jawab Tahnia...

Terlepas dari itu semuanya, ada kebahagian tersendiri bagi Tahnia menjadi pendidik dipondok ini, karena memotivasi diri untuk lebih baik lagi tentunya dihadapan khadirat Ilahi Robbi. Dan harapan memiliki murid yang dapat saling menyelamatkan di yaumil akhir.

Meski Disana Tahnia tidak memiliki teman mengobrol, karena ketika waktu istirahat seringnya para Ustadz dan Ustadzah pada pulang ke pondok. Mereka rata-rata tingal dipondok membimbing para santri siang maupun malam.

Murid-murid Tahnia sangat menghormati ustadz dan ustadzahnya. Tahnia mengajak mereka belajar di kelas atau mesjid dan praktik di laboratorium. Bahan ajar di pondok ini lengkap. Tahnia dibawa untuk melihat bahan ajar itu dan memanfaatkannya dalam pembelajaran agar murid-muridnya senang dan mudah memahaminya.

Para santri pada antusias belajar. Sampai ketika menjelang Ujian Nasional, setiap pukul 15.30 WIB para santri harus mengikuti kegiatan pemantapan.

Suatu hari Tahnia pergi ke kobong putri untuk memberikan pemantapan pelajaran fisika.

Ketika datang para santriwati sudah siap semuanya.

Pemantapanpun dimulai dan dibahas soal-sial ujian tahun sebelumnya satu persatu. Siswa diberikan kesempatan untuk berbagi kepada temannya. Tahnia mengulang dan meluruskan serta menguatkan pembahasan dari santri. Dimeja guru tersedia segelas air yang diapit oleh tatakan dan tutupnya.

Para santriwati mempersilahkan Tahnia untuk minum, namun Tahnia bilang nanti jika haus. Sampai ketika mau pulang para santriwati bilang agar Tahnia minum dulu. Tahniapun mengikuti anjuran santriwatinya. Ia meminum air itu seteguk, kemudian disimpan lagi dimeja. Tapi tiba-tiba, para santriwati dengan spontan menuju meja meja depan dan mereka bilang

"Ustadzah boleh ga airnya saya minum? " tanya para santriwati bersahutan.

"Itukan bekas Ibu... " Jawab Tahnia dengan wajah keheranan...

"Gapapa ustadzah, kami mengingkan barokahnya, mudah-mudahan bisa seprti ustadzah" jawab mereka bersahutan...

Tahnia senyum dan baru menyadari bahwa ini di pondok...

"Boleh silahkan, semoga kalian menjadi santriwati yang sukses dunia akhirat" Jawab Tahnia sambil senyum.

Para Santriwati berebut untuk minum air tersebut, mereka bergiliran menghabiskan air tersebut.

Setelah selesai Tahniapun pamit pulang setelah semua santriwati mencium tangannya. Diantarnya Tahnia sampai pintu gerbang sebelum mereka kembali ke kobongnya masing-masing.

Perlakuan di pesantren sangat baik sekali. Salah satu pengurus pesantren tersebut adalah Pa Wawan sahabat dari Paman Tahnia yang berkerja di Kejaksaan.

Ketika tahun ajaran baru Tahnia dimasujan sebagai panitia Penerimaan Siswa Baru. Namun Tahnia tidak menerima surat keputusan tersebut, sehingga Tahnia tidak mengetahui bahwa ia adalah panitia. Namun setelah masuk tahun pelajaran baru Tahnia dipanggil ke ruang bendahara dan diberikan ampau katanya honor sebagai panitia.

Tahnia menanyakan, ampau ini honor apa? Kemudian mereka bilang honor panitia penerimaan siswa baru.

Tahnia merasa bahwa ia tidak berperan dalam kegiatan tersebut sehingga enggan menerimanya. Namun, mereka bilang, kan ada saudara Tahnia dlyang masuk ke pesantren, makanya Terima saja, jelasnya. Tahniapun akhirnya menerima ampau tersebut setelah dapat penjelasan.

Pesantren ini mendapatkan perhatian dari wakil presiden, sehingga pada acara pemasangan batu untuk gedung baru dilakuakn oleh wakil presiden Bapak Habibi.

Dipesantren sangat rame sekali dan dijaga dengan ketat.

Waktu terus berlalu, hingga menjelang satu tahun Tahnia mengajar di pesantren diantara waktu mengajar di SMK dan sekolah almamaternya.

Suatu ketika Tahnia menerima ajakan temannya untuk membuka bimbelan di Kota Bandung. Mempertimbangkan kesibukan yang ada, Tahnia pun menyampaikan rencananya dan pamit untuk resign dari pesantren.

Setelah argenen yang panjang lebar alhamdulillah kepala sekolah dapat memahami dan memakluminya.

Ku telusuri jalan yang ditunjukan Ilahi Robbi semoga berujung pada shurghaNya...

Terpopuler

Comments

Imas Rahayu

Imas Rahayu

suasana di kota santri

2023-10-29

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Masa Kuliah
2 Episode 2 Abah dan Umi Naik Haji
3 Episode 3 Abah Haji Tabrakan
4 Episode 4 Abah Haji Eneng Ikut...
5 Episode 5 Mulai Ngehonor
6 Episode 6 Meski Sedikit Semoga Berkah
7 Episode 7 Kaka yang Tidak Bisa Bantu Adiknya
8 Episode 8 Sidang Tugas Akhir
9 Episode 9 Sidang Skripsi
10 Episode 10 Wisuda
11 Episode 11 Dampingi siswa ke Pangandaran
12 Episode 12 Melamar Ngajar di Almamater
13 Episode 13 Diklat School Grand Matematika SMK
14 Episode 14 Mengajar di Pondok Pesantren
15 Episode 15 Tahun Ajaran Baru
16 Episode 16 Guru Favorit
17 Episode 17 Adiku Tunangan
18 Episode 18 Tes CPNS
19 Episode 19 Bestiku Melepas Masa Lajangnya
20 Episode 20 Murid Andalan Pindah
21 Episode 21 Upaya Perjodohan
22 Episode 22 Adiku Menikah
23 Episode 23 Mengajar di Lima Sekolah
24 Episode 24 Tamu yang Tidak Disangka
25 Episode 25 Guru Baru Penasaran dengan Tahnia
26 Episode 26 Mimpi yang Aneh
27 Episode 27 Derita Menjadi Cambuk Tahnia
28 Episode 28 Uwanya kapan Menikah?
29 Episode 29 Persiapan Ujian Nasional
30 Episode 30 Petualangan Ke Kota Garut
31 Episode 31 Menjemput Rizki di Wilayah Sendiri
32 Episode 32 Petualangan ke Karawang
33 Episode 33 Mengikuti Seleski Beasiswa Kuliah S-2 di Perguruan Tinggi Ternama
34 Episode 34 Umi Menikah
35 Episode 35 Konsekuensi Hidup Sendiri
36 Episode 36 Lulus Seleksi Beasiswa Magister
37 Episode 37 Persiapan Kuliah Magister
38 Episode 38 Nikmatnya Kuliah Beasiswa Magister
39 Episode 39 Silaturohim Murid ke Gurunya
40 Episode 40 Kecopetan di Bis
41 Episode 41 Program yang Error Menjelang Ujian
42 Episode 42 Ujian...
43 Episode 43 Dilema Judul Tesis
44 Episode 44 Mengistikhorohi Judul Tesis
45 Episode 45 Kuasa Allohu Robbi
46 Episode 46 Kehendak Alloh Ujian Kesabaran
47 Episode 47 Tiga Tawaran Mengajar di Perguruan Tinggi
48 Episode 48 Ajakan Ta'aruf
49 Episode 49 Wisuda Magister
50 Episode 50 Hasil Istikhoroh Mengajar di Perguruan Tinggi
51 Episode 51 Luluh
52 Episode 52 "Bukankah sekarang ada yang sedang dekat? "
53 Episode 53 Diwawancarai
54 Episode 54 Pertemuan Pertama
55 Episode 55 Istikhoroh yang Tiada Hasil
56 Episode 66 Inikah PetunjukNya???
57 Episode 57 Bayi itu Ditimang oleh Ayahnya
58 Episode 58 Kontradiktif...
59 Episode 59 Belum Ada Hasil Juga
60 Episode 60 Penetapan Hati Pengambilan Keputusan
61 Episode 61 Berjalan Bersama
62 Episode 62 Tahnia Tahnia Tahnia
63 Episode 63 Bersama Keluarga Deni
64 Episode 64 Mimpi yang Sama
65 Episode 65 Hasil Istikhiroh Tak Tersampaikan
66 Episode 66 Respon Mama Deni
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Episode 1 Masa Kuliah
2
Episode 2 Abah dan Umi Naik Haji
3
Episode 3 Abah Haji Tabrakan
4
Episode 4 Abah Haji Eneng Ikut...
5
Episode 5 Mulai Ngehonor
6
Episode 6 Meski Sedikit Semoga Berkah
7
Episode 7 Kaka yang Tidak Bisa Bantu Adiknya
8
Episode 8 Sidang Tugas Akhir
9
Episode 9 Sidang Skripsi
10
Episode 10 Wisuda
11
Episode 11 Dampingi siswa ke Pangandaran
12
Episode 12 Melamar Ngajar di Almamater
13
Episode 13 Diklat School Grand Matematika SMK
14
Episode 14 Mengajar di Pondok Pesantren
15
Episode 15 Tahun Ajaran Baru
16
Episode 16 Guru Favorit
17
Episode 17 Adiku Tunangan
18
Episode 18 Tes CPNS
19
Episode 19 Bestiku Melepas Masa Lajangnya
20
Episode 20 Murid Andalan Pindah
21
Episode 21 Upaya Perjodohan
22
Episode 22 Adiku Menikah
23
Episode 23 Mengajar di Lima Sekolah
24
Episode 24 Tamu yang Tidak Disangka
25
Episode 25 Guru Baru Penasaran dengan Tahnia
26
Episode 26 Mimpi yang Aneh
27
Episode 27 Derita Menjadi Cambuk Tahnia
28
Episode 28 Uwanya kapan Menikah?
29
Episode 29 Persiapan Ujian Nasional
30
Episode 30 Petualangan Ke Kota Garut
31
Episode 31 Menjemput Rizki di Wilayah Sendiri
32
Episode 32 Petualangan ke Karawang
33
Episode 33 Mengikuti Seleski Beasiswa Kuliah S-2 di Perguruan Tinggi Ternama
34
Episode 34 Umi Menikah
35
Episode 35 Konsekuensi Hidup Sendiri
36
Episode 36 Lulus Seleksi Beasiswa Magister
37
Episode 37 Persiapan Kuliah Magister
38
Episode 38 Nikmatnya Kuliah Beasiswa Magister
39
Episode 39 Silaturohim Murid ke Gurunya
40
Episode 40 Kecopetan di Bis
41
Episode 41 Program yang Error Menjelang Ujian
42
Episode 42 Ujian...
43
Episode 43 Dilema Judul Tesis
44
Episode 44 Mengistikhorohi Judul Tesis
45
Episode 45 Kuasa Allohu Robbi
46
Episode 46 Kehendak Alloh Ujian Kesabaran
47
Episode 47 Tiga Tawaran Mengajar di Perguruan Tinggi
48
Episode 48 Ajakan Ta'aruf
49
Episode 49 Wisuda Magister
50
Episode 50 Hasil Istikhoroh Mengajar di Perguruan Tinggi
51
Episode 51 Luluh
52
Episode 52 "Bukankah sekarang ada yang sedang dekat? "
53
Episode 53 Diwawancarai
54
Episode 54 Pertemuan Pertama
55
Episode 55 Istikhoroh yang Tiada Hasil
56
Episode 66 Inikah PetunjukNya???
57
Episode 57 Bayi itu Ditimang oleh Ayahnya
58
Episode 58 Kontradiktif...
59
Episode 59 Belum Ada Hasil Juga
60
Episode 60 Penetapan Hati Pengambilan Keputusan
61
Episode 61 Berjalan Bersama
62
Episode 62 Tahnia Tahnia Tahnia
63
Episode 63 Bersama Keluarga Deni
64
Episode 64 Mimpi yang Sama
65
Episode 65 Hasil Istikhiroh Tak Tersampaikan
66
Episode 66 Respon Mama Deni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!