Sebulan tak teras berlalu, Tahniah menikmati kesibukannya membuat jajanan dan menjadi guru tidak tetap. Semua dijalani dengan keikhlasan demi mengumpulkan sepeser dua peser untuk ongkos kuliah dan sesuap nasi diperjalanan.
Kepala sekolah memanggil Tahnia, dan memberikan uang honor ngajar.
"Bu Tahnia, honor Ibukan harusnya kan 99.000 ya Bu, tapi karena hanya dua minggu ngajarnya jadi yang diterima hanya setengahnya, ini 50.000 ya" sahut Bu Kepala Sekolah.
"Terimakasih Bu" jawab Tahnia dengan sukacita menerima penghasilan pertamanya dari ngajar meski tidak seberapa.
Pulang sekolah Tahnia langsung memberikan 30.000 ke Uminya untuk membayar bekas ongkos yang digunakan sebelumnya. Uang yang dimilikinya tinggal 20.000 untuk bekal kuliahnya. Aku tetap harus semangat Alloh pasti menolong dan memberikan jalan yang baik untuk pendidikan, ucap Tahnia dalam hatinya.
Tahnia harus menanggung semua keperluannya sendiri karena tidak ingin membebani Umi. Untuk kehidupan keseharian saja yang hanya beli teman nasi sudah susah apalagi untuk yang lainnya.
Suatu saat pernah kaka pertamanya yang bekerja di perusahaan BUMN bilang, "jika ada keperluan ngomong saja Neng". Namun Tahnia ragu dengan ucapannya karena tau karakter dan prilaku kakanya selama ini seperti apa. Dia selalu menjadikan umi dan bah haji sebagai pelarian jika ada masalah ekonomi di keluarganya meski tidak seberapa.
Teringat omongan kakanya itu, ketika kakanya datang kerumah, lantas Tahnia bilang "Ka, besok mau kekampus tapi ga punya ongkos". Kakanya menjawab " Euh gimana atu da sekarang mah lagi ga punya, kalo kemarin-kemarinmah ngomongnya".
Tahnia hanya senyum mendengar ucapan kakanya itu karena dia tau ucapan kakanya itu hanya basa basi.
Suatu hari Tahnia harus kekampus, tapi ia hanya memiliki uang yang cukup hanya untuk berangkat saja. Tahnia bingung harus bagaimana. Lantas ia pergi ke sekolah dan melaksanakan tugasnya.
Ketika istirahat, Bagian Tata Usaha yang adiknya sekolah disana bilang " Kalo mau ada pelajaran Bu Tahnia adik saya malamnya pasti buka buku dan mengerjakan tugas, selain itumah ga pernah"
Tahnia hanya senyum mendengar ucapan temannya itu. Disekolah Tahnia terkenal sebagai guru yang disiplin namun dalam menerangkan membuat siswa menjadi faham, sehingga siswa merasa mudah dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Tahnia juga suka memberikan semangat kepada muridnya bahwa mereka pasti bisa dan memiliki kemampuan jika terus belajar.
Meski bertubuh mungil, Tahnia disegani oleh murid-muridnya.
Kemudian Suami Kepala sekolah memanggil Bu Tahnia. "Bu sini sebentar, ini ya insentif untuk Ibu, dapatnya cuma segini ya karena dibagi-bagi dengan yang tidak terdaftar. " Ucapnya sambil menyodorkan uang 100rb.
"Alhamdulillah, terimakasih Pa" jawab Tahnia dengan mata yang berkaca-kaca. Ya Tahnia merasa sangat senang dapat uang insentif tersebut karena ia bisa kekampus.
"Ya Alloh terimakasih, alhamdulillah, Engkau telah membantu hamba" ucap rasa syukur Tahnia setelah menerima uang tersebut.
Setelah selesai mengajar Tahnia langsung pergi ke kampus untuk bimbingan dan mencari bahan tugas akhirnya. Pulang dari kampus ia mampir ke sebuah supermarket untuk membeli buah dan keperluannya menggunakan uang insentif yang diterimanya. Setelah selesai, bergegas Tahnia ke terminal dan naik bus untuk pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah diantar Pa Ojeg langganan, Umi heran darimana Tahnia dapat berbelanja. Tahnia menyampaikan bahwa tadi dia mendapatkan uang insentif. Umi pun turut senang.
Untuk membuka usaha lainnya, Tahnia meminta izin umi untuk menjual kalung dan lionyin yang dipakainya sebagai modal usaha spatu dan tas. Umipun mengizinkannya.
Uang hasil penjualan kalung dan liontin sebesar 250rb. Pulang dari kampus Tahnia mampir ke pusat spatu di Bandung, daftar menjadi reseller, dan mendapatkan brosur spatu dls. Brosur itu ia bawa ke sekolah untuk ditawarkan Keteman-temannya. Tahnia juga meminta adiknya untuk menawarkan ke yang lainnya dan dapat bonus 10% jika berhasil mendapatkan pesanan.
Alhamdulillah ada beberapa teman dan tetangganya yang pesan, sehingga ketika pulang kampus Tahnia membeli pesanan tersebut dan sesampai dirumah didistribusikan. Sistemnya sistem kredit, selama 3 bulan, ada yang menggunakan DP namun banyaknya tidak menggunakan DP. Teman ngajarnya ada juga yang kerjasama dengan Tahnia menjadi reseller dan mendapatkan bonus 10%.
Beberapa bulan berlalu, usaha Tahnia terus berjalan meski tidak begitu banyak. Tahnia menuliskan setiap pengeluaran dan pemasukan untuk setiap bulannya. Suatu hari ia mengkalkulasi pemasukannya dari honor dan usahanya sekitar 250rb, untuk modal spatu dan dll sebesar 350rb, namun anehnya uang masih sisa sebesar 45rb.
Tahnia berfikir uang apa ini ya karena seingatnya tidak ada lagi pemasukan yang ia peroleh dan pengeluaran sampai ke parkir 1rb saja sudah ia tulis.
Hal ini ia temukan juga di bulan berikutnya, sampai ketika dia bertemu dengan sobatnya, ia menceritakan pengalamannya itu. dengan santai dan rendah hati sobatnya menjawab "rizki dari Alloh tidak bisa dikalkulasi" sahutnya.
Tahnia pun menjawab "semoga berkah".
Tahnia selalu menyisihkan infaq shodaqoh dari uang yang diterimanya jauh sebelum Abah haji meninggal, dengan memberikannya ke anak yatim piatu di sekitar rumahnya. Kebiasaan itu selalu ia lakukan setiap bulannya apalagi setelah belajar wirausaha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Imas Rahayu
perjuangan
2023-10-29
0