Bertemu Kaisar Xander!

"Siapa kamu, seolah tau soal diriku?" Ksatria itu mendekatkan bibirnya pada telinga Nika. Satu tangan pria besar itu menekan lengan Nika cukup kuat, dia membuka pelindung kepalanya sedikit, hingga terlihat mata merah menyala, yang hanya kaisar Xander seorang yang memilikinya di dunia ini.

Nika diam membeku, sesaat setelah dia melihat mata merah menyala itu, dalam kegelapan lorong ini. Nika paling tau siapa orang yang ada di depannya saat ini, siapa orang yang selama ini ada bersamanya di tepi danau di bawah pohon berbeda, Nika akhirnya tau kenapa ksatria biasa itu begitu sombong dan tidak memiliki sopan santun, kenapa dia begitu angkuh padahal dia hanya ksatria biasa. Nyatanya ksatria sombong itu adalah kaisar sendiri, karna itu dia bersikap sesukanya.

Nika akhirnya pun tau, saat ini dia sedang dalam posisi terdesak, dia mulai menyesali mulutnya yang mengatakan hal tidak-tidak kepada kaisar negri ini. Wah, ingatan Nika semakin jelas soal beberapa saat yang lalu, ingatan dirinya yang memaki ksatria tidak punya sopan santun. Tapi kan, mana Nika tau kalau itu adalah kaisar.

Nika sadar, posisinya tidak menguntungkan, dia terjebak masalah, mungkin saja ini adalah akhir hidupnya. Ketakutan menghampiri seluruh tubuhnya, hingga membuatnya bergetar bahkan sampai ke ujung jari.

Memangnya siapa yang tidak gemetar kalau di depannya adalah sang kaisar Xander berdarah dingin yang tampak marah, apalagi Nika sudah cukup banyak melontarkan penghinaan untuk sang kaisar walau secara tidak langsung.

"Kenapa diam saja? Jawab aku!" Kaisar Xander menekan lengan Nika erat.

"Aku takut!" Refleks Nika langsung mengatakan apa yang ada di kepalanya, sungguh aura Xander benar-benar mengerikan dan memberikan tekanan tersendiri, Nika hanya gadis yang baru berusia 20 tahun.

"Ikut dengan ku."

Kaisar Xander menyeret Nika dengan kasar, memang Xander tidak tau cara memperlakukan wanita dengan lembut.

......................

"Jadi kenapa kau keluar malam-malam, apakah kau ingin kabur dari istana ini?" Xander bertanya pada Nika yang duduk berdiri di hadapannya, sedangkan Xander duduk di kursi itu.

Akhirnya Kaisar Xander membawa Nika ke sebuah ruangan, yang Nika sendiri tidak tau itu ada dimana, Nika tidak sadar dirinya dibawa kemana. Yang jelas, dia hanya mengikuti langkah Xander, dan tau-tau saja sudah ada di ruangan ini.

Nika terdiam di tempatnya, badannya membeku, rasanya malu sekali sudah menyombongkan diri sebagai istri Kaisar di depan Kaisar itu sendiri, padahal jelas Nika tau bahwa Xander tidak pernah menganggap dirinya sebagai manusia, apalagi istri. Nika hanya alat untuk Xander seperti selir lainnya, Nika tidak istimewa di mata Xander, tentu saja wajar kalau dia malu kan?

Tidak hanya itu, Nika masih bertanya-tanya apakah kata-katanya kelewatan? Dia takut langsung dibunuh. Apalagi ini adalah Xander, Nika berhadapan dengan kaisar Xander yang berdarah dingin, dan ringan tangan, sering memenggal kepala bangsawan yang tidak sependapat dengan dirinya.

Aku udah hina dia tadi walau ga sengajaa, apa semua nya akan berakhir disini?

"Apa istana ini sangat buruk sampai kau ingin lari?" Xander bertanya lagi saat dia tidak mendapatkan jawaban dari Nika atas pertanyaan sebelumnya.

Nika masih diam tenggelam dalam lamunan dan ketakutannya sendiri.

Ini apa aku bakal mati disini yaa? Sayang banget, udah hati-hati sama plot kematian, eh kematian dadakan datang. Cape-cape siapin diri buat perang rebutan takhta permaisuri, eh mati dibunuh Kaisar sendiri.

Singg!!!

Kaisar Xander mengarahkan pedang panjangnya tepat di leher Nika. Membuat Nika tersadar seketika dari lamunannya. Ketakutan yang ada dipikirannya kembali menyelimuti seluruh tubuhnya.

Memangnya siapa yang tidak gemetar, Nika hanya gadis biasa, yang kini diambang kematian dengan pedang panjang nan tajam mengkilat yang kini siap menebas lehernya kapan saja. Nika percaya lehernya akan langsung terpisah dari tubuhnya kalau pedang itu bergerak, karena memang tampak setajam itu.

Selesai sudah, selamat tinggal purnama indah, selamat tinggal kehidupan nyaman, semoga sistem segera eror, selamat tinggal Nimonia dan Desha yang menyebalkan, selamat tinggal Lien dan Henza, aku memberikan seluruh harta warisan ku untuk kalian berdua. Ck! Harusnya aku menuliskan warisan dulu sebelum aku mati mendadak begini!

Nika menatap Xander tepat di matanya, soalnya dia merasa dia akan mati, apalagi hal yang dia takutkan, saat kematian sudah ada di depan matanya.

"Akhirnya kau sadar juga." Kaisar Xander menurunkan pedangnya, dia kembali menyimpan pedang itu di pinggangnya.

Akhirnya Nika bisa bernapas lebih lega setelah pedang itu jauh dari lehernya yang berharga.

"Aku tanya sekali lagi, kenapa kau keluar tengah malam? Apa istana ini begitu buruk sampai kau ingin melarikan diri?" Kaisar Xander menatap Nika dengan dingin, tatapannya saja mampu menusuk hati Nika yang mungil.

"Berapa kali saya bilang, saya ngga mau kabur atau melarikan diri dari istana ini! Saya cuma mau jalan-jalan keluar." Nika menjawabnya dengan suara lantang, barangkali orang bisa semakin berani saat kematian ada di depannya.

"Jalan-jalan tengah malam?"

"Iya. Lagipula mana mungkin orang yang akan melarikan diri terang-terangan begitu, gak bawa barang apa-apa juga." Nika mengangguk pasti.

Ini kalau aku jawab, aku ga bakal di bunuh kah?

Tampaknya Nika masih bisa merasakan peluang untuk dirinya tetap hidup, mungkin?

"Terus kenapa susah sekali menjawab sejak tadi?"

"Saya takut pada anda, serius." Nika menjawab jujur-jujuran saja sekarang, kalau hidupnya tamat besok, ya sudahlah mau bagaimana lagi.

"Aku kan tidak melukai mu."

Nika dengan cepat merobek pakaiannya, dia menunjukkan luka memar yang sudah sedikit membiru di lengannya, yang jelas sekali itu bekas cengkraman Xander.

"Ga sengaja." Jawab Xander dengan gampangnya. Dia segera melepas pelindung kepalanya, dan Nika bisa melihat dengan jelas bahwa itu benar-benar kaisar Xander yang dia temui di pesta waktu itu, kaisar berdarah dingin dengan aura beratnya.

"Ga sengaja doang, ga minta maaf gitu?" Nika merapikan kembali pakaiannya sebisa mungkin.

"Kenapa harus? Aku kan kaisar."

Deg!

Jantung Nika berdetak begitu cepat. Sepertinya dia baru menyadari satu hal yang tampaknya akan merubah posisi kepalanya.

"Tunggu sebentar, Anda bisa dengar, apa anda bisa mendengar isi hati orang lain?" Nika mendekat ke arah Xander.

"Gak." Jawab Xander dengan datar.

"Terus kenapa bisa denger yang saya bilang soal minta maaf?"

"Kau kan berbicara pakai mulut mu itu, aku kan yang punya telinga jadi bisa denger. Itu kan fungsi utama mulut dan telinga." Xander menatap aneh pada selirnya yang satu ini.

Nika menyadari satu hal, bahwa yang satu itu ternyata dia utarakan dalam bentuk kalimat bersuara. Padahal dia yakin dia hanya membatin seperti suara hatinya sebelumnya.

"Maaf, saya yang salah."

Terpopuler

Comments

dewi_oetari14

dewi_oetari14

baru kali ini saya baca novel tapi ga suka sama sifat FL....

2023-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!