Veronica mengetuk pintu ruang CEO setelah asisten Michael mengizinkan ia masuk.
"Masuklah." ujar Michael.
Veronica masuk, langkahnya kaku karena takut.
"Duduklah chef." perintah Michael.
Veronica mengikuti perintah CEO nya, ia duduk sambil melipat lipat tangannya karena gugup.
"Aku tahu ini bukan kesalahanmu, tapi setiap tuan Kevin berhubungan denganmu, ia pasti terluka. Aku menghubungi orang tuanya dan pak Presdir sangat marah karena putranya terus terluka, walaupun ia dikirim ke Inggris karena sikap arogannya, tapi tuan Kevin adalah putra pertama pewaris Novotel. Ia adalah kesayangan pak Presdir dan istrinya. Untuk itu chef Vero, mulai sekarang kau harus menjauhi tuan Kevin. Jangan biarkan ia terluka karena masalah yang berhubungan denganmu." ujar Michael.
"Jadi aku tak di pecat pak." ujar Veronica.
Michael terkejut. "Mengapa aku harus memecatmu?" tanyanya.
"Aku pikir karena masalah ini maka aku akan dikeluarkan dari Novotel, sebenarnya semua yang terjadi pada tuan Kevin memang kesalahanku. Itulah mengapa aku berpikir demikian." jawab Veronica.
Michael tertawa. "Kau hanya harus menjauhi tuan Kevin chef, sekarang kau boleh kembali."
Veronica bangun, ia menundukkan kepalanya. "Terima kasih pak Michael, mulai hari ini aku berjanji akan menjauhi tuan Kevin."
Michael mengangguk, ia membiarkan Veronica keluar dari ruangannya. Setelah wanita itu keluar, Michael kembali menghubungi Dion Pranadja.
"Apa aku mengganggu istirahat anda pak Presdir?" tanya Michael setelah ponselnya diangkat.
"Tidak, bagaimana putraku?" tanya Dion.
"Tuan Kevin belum mau makan, dan ia menolak jabatannya, ia ingin tetap menjadi manager." jawab Michael.
"Sudah aku duga, ia akan belajar lebih banyak setelah jauh dari keluarganya. Ikuti saja apa yang Kevin inginkan. Lalu bagaimana dengan permintaanku tentang chef itu?" tanya Dion lagi.
"Anda tenang saja, aku sudah mengikuti perintah anda pak Presdir."
Dion tertawa. "Michael, kau itu temanku. Setiap kau memanggilku dengan kata pak Presdir, aku merasa sangat jauh darimu. Santai lah saat kita berbicara lewat telepon, aku sudah merepotkanmu untuk menjaga putraku. Terima kasih Michael."
"Aku sudah menyukai Kevin sejak kecil Dion, kau masih ingatkan saat aku bilang putramu akan menjadi pemimpin yang hebat, dan sekarang aku bisa melihatnya sendiri walaupun sikapnya seperti itu. Dion, aku pikir kau salah mengirimnya kemari. Putramu selalu benar mengambil keputusan."
"Aku juga tahu Michael, tapi ia pemimpin yang tidak disukai bawahannya. Aku hanya ingin Kevin menjadi pemimpin yang disegani bukan ditakuti. Jika istriku tahu putranya terluka, ia pasti akan menjemputnya langsung. Tolong rahasiakan semua ini dari Amora."
"Kau lupa dengan dirimu sendiri Dion, kau juga pemimpin yang ditakuti." ejek Michael.
"Aku berubah sejak memiliki istri Michael, dan aku tak pernah mengambil keputusan tanpa meminta pendapat bawahanku. Putraku itu sangat terburu-buru."
"Baiklah, aku akan merawat putramu disini. Aku janji akan membuatnya disegani bukan ditakuti." ujar Michael.
"Terima kasih Michael." jawab Dion seraya menutup ponselnya.
Michael menghela nafasnya, ia meminta asistennya untuk mencari orang lain yang bisa menggantikan chef Veronica untuk menyiapkan makan dan mengurus Kevin Pranadja.
*****
Kevin menatap wajahnya di cermin, hidungnya masih sedikit bengkak, matanya masih sembab seperti gadis kecil yang cengeng.
"Sialan, mengapa aku menangis di depan Veronica dan menunjukkan sisi jelekku padanya". Umpatnya sendiri.
Kevin menatap troli makanan, ia sama sekali belum menyentuhnya. Alih-alih makan, ia justru keluar dari kamarnya. Kevin berkeliling hotel seperti biasanya, ia tak mau berdiam diri di kamar dan mengabaikan pekerjaannya. Semua karyawan menyapanya dengan tatapan ngeri saat melihat wajahnya.
Sikap arogan Kevin kembali, ia memarahi karyawan hotel yang membuat kesalahan. Bahkan ia mengusir karyawan yang bekerja dengan pakaian yang kusut.
"Kau..." teriaknya. "Apa kau tidur saat bekerja?" tanya Kevin.
Karyawan itu menggeleng dengan cepat.
"Siapa namamu?" tanya Kevin.
"Arnold pak." jawabnya.
Kevin mengelilingi tubuh pria itu. "Sepertinya tebakanku benar, kau tidur saat bekerja."
"Tidak pak, aku tertidur saat jam istirahat." jawab Arnold.
"Dan membuat seragammu kusut." ujar Kevin.
"Apa kau tahu reputasi Novotel? Kau akan mencoreng nama baik hotel ini dengan seragam kusutmu itu. Pulanglah, sebelum aku berubah pikiran untuk memecatmu." perintah Kevin.
"Tapi belum waktunya pak, aku bisa kena sanksi jika pulang sekarang." jawab Arnold.
"Itu bukan urusanku." jawab Kevin seraya meninggalkannya.
Arnold menghela nafasnya, Michael dan asistennya ternyata ada disana dan memperhatikan Kevin. Pria itu tersenyum, ia teringat sikap Dion terhadap karyawan yang mengotori seragamnya. Bahkan ayahnya bisa memecat karyawan itu tanpa ampun. Dan mata tajam Kevin luar biasa, ia bisa tahu karyawan yang tertidur saat bekerja.
Michael melanjutkan jalannya dan terus memperhatikan sikap Kevin sebagai manager hotel.
"Sepertinya aku tak perlu khawatir tentang lukanya. Cristin tetap awasi tuan Kevin, aku akan kembali ke kantor." perintah Michael.
"Baik pak." jawab Cristin.
Cristin terus mengikuti Kevin, ia menatap punggung pria itu. Tiba tiba Kevin menghentikan langkahnya lalu berbalik.
"Jangan terus mengikutiku nona, kembalilah pada pak Michael. Aku tak perlu diawasi." ujar Kevin.
Cristin terkejut, ternyata pria itu sejak tadi sudah tahu jika sedang diawasi.
"Apa kalian takut aku akan dipukul lagi, atau justru kalian takut aku yang memukul mereka." tanya Kevin.
Cristin menggelengkan kepalanya. "Maaf tuan Kevin, kami hanya mengkhawatirkan anda. Seharusnya anda istirahat dan kembali bekerja besok."
"Aku baik baik saja, dan katakan pada pak Michael tidak perlu melaporkan apapun pada pak Presdir karena aku bukan anak kecil lagi." kata Kevin lalu meninggalkan Cristin begitu saja.
*****
Veronica berkali-kali membuat jarinya terluka, ia kurang konsentrasi setelah CEO memintanya untuk menjauhi Kevin. Entah mengapa ia merasa terganggu dengan keputusan itu, padahal ia seharusnya senang karena tak harus berhubungan lagi dengan Kevin.
Veronica kembali mengingat saat Kevin menangis di pelukannya. Ia masih penasaran mengapa pria seperti Kevin bisa menyedihkan seperti itu.
"Ya Tuhan chef, biar aku saja yang memotong." ujar Clinton. "Obati lukamu itu." sambungnya.
Veronica menatap jarinya yang penuh dengan darah, ia tak sadar lagi lagi pisau yang ia pegang melukainya.
"Anda lebih baik pulang lebih awal jika tidak sehat." ujar Clinton.
"Aku baik baik saja Clinton." jawab Veronica.
"Aku tahu masalah anda dengan tuan Kevin dan tuan Frans. Tapi tidak seharusnya anda melukai jari anda terus menerus chef."
"Clinton, apa aku salah? Sejak kedatangan tuan Kevin disini, mengapa selalu saja ada masalah." tanya Veronica.
"Chef Vero tidak salah, hanya saja menghindari tuan Kevin adalah keputusan yang lebih baik untuk anda. Bukankah sejak awal anda tak ingin berhubungan dengan tuan Kevin." jawab Clinton.
"Kau benar, tapi aku mulai terbiasa mengurus tuan Kevin. Rasanya aneh jika harus menjauhinya."
Clinton mendekati Veronica yang sedang membalut jarinya dengan plester. "Apa anda menyukai tuan Kevin?" bisiknya.
Veronica menghentikan tangannya lalu menatap Clinton. "Kau gila, mana mungkin aku menyukai atasanku."
Clinton memperhatikan wajah Veronica yang memerah.
"Menyukai tuan Kevin tidak salah chef, ia memang tampan." ujar Clinton lagi.
"Kau mulai melantur Clinton, sini pisaunya, kau bisa melanjutkan pekerjaanmu." kata Veronica seraya merebut pisau dari tangan Clinton.
Ia kembali bekerja, ia tak ingin memikirkan ucapan Clinton. Ia terganggu karena merasa bertanggung jawab, ia terus meyakinkan hal itu.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
kayaknya Vero juga sudah mulai nyaman sama singa tampan 🤭
2022-09-27
0
Wulandari
Hem.. ternyata diam² mengagumi
2021-07-23
0
Sri Salina
Ternyata Veronica sudah mulai cinta terhadap Kevin
2021-07-05
2