Suara ketukan jendela mobil mengejutkan keduanya, mereka saling bertatapan dan menyadari jika ketiduran di dalam mobil. Lebih mengejutkan lagi, orang yang mengetuk jendela mobil itu adalah ayah Veronica Jukler. Kevin segera menurunkan kaca jendelanya.
"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Steven.
"Maafkan aku tuan, sepertinya kami ketiduran." jawab Kevin.
Veronica segera keluar dari mobilnya dan menghampiri ayahnya. "Papi maafkan aku." ujarnya.
"Kau anak muda, turun dan masuklah ke rumah." kata Steven datar.
"Pi, ini bukan kesalahan tuan Kevin." ujar Veronica.
Steven mengangkat alisnya. "Ikutlah sarapan bersama kami. Jangan membantah..." ujarnya lagi seraya meninggalkan mereka.
Kevin menatap Veronica, wanita itu sungguh ketakutan. "Apa aku harus masuk?" tanyanya.
Dengan ragu Veronica mengangguk. "Maaf."
"Untuk apa kau minta maaf?" ujar Kevin.
"Jika saja aku tak tertidur, mungkin anda tak bertemu ayahku. Tapi kenapa anda tak membangunkanku?" tanya Veronica.
Kevin keluar dari mobilnya. "Bagaimana aku bisa membangunkan wanita yang sudah mendengkur? Lupakan saja, tunjukkan jalan masuknya."
"Apa aku benar benar mendengkur?" tanya Veronica malu.
Kevin tertawa. "Aku hanya bercanda nona."
"Tuan Kevin, aku harap anda berhati-hati. Aku takut ayahku akan memukulmu." ujar Veronica.
Kevin tersenyum. "Kau tenang saja, aku tak suka dipukul."
Veronica menghela nafasnya lalu membawa Kevin masuk ke rumahnya. Rumah itu memang sangat besar dan mewah, pantas saja ayahnya melarang anaknya bekerja. Sepertinya Veronica memang keras kepala. Steven sudah menunggunya di ruang makan, disana terdapat meja yang sangat panjang seperti meja pertemuan para pejabat. Kevin duduk di seberang Steven. Meja segera diisi dengan menu sarapan yang sangat banyak.
"Pi, bolehkah aku mandi terlebih dahulu?" tanya Veronica.
Steven menggeleng. "Duduklah Vero." perintahnya.
Dengan takut Veronica duduk diantara mereka. Steven tak banyak bicara, ia langsung mengambil makanan.
"Nikmatilah sarapan kalian." perintah Steven lagi.
Sebenarnya Kevin sedikit takut, ia bahkan membuat perutnya mual. Pria paruh baya itu bersikap sangat dingin, itu menakutkan bagi mereka.
"Kapan kau kembali ke Indonesia?" tanya Steven.
"Aku tak tahu, sampai ada perintah selanjutnya." jawab Kevin.
Steven tertawa. "Apa orang tuamu membuang kau ke Inggris." ejeknya.
"Aku hanya ditugaskan bekerja disini." jawab Kevin.
"Dari awal pembangunan hotel itu, aku pikir pemiliknya bukan ayahmu. Aku pikir hanya kebetulan namanya sama. Aku tak menyangka setelah beberapa tahun, aku bisa mendapat kebenarannya setelah bertemu denganmu." kata Steven.
"Apakah anda sangat dekat dengan orang tuaku?" tanya Kevin.
"Makanlah terlebih dahulu, kita akan melanjutkan pembicaraan setelah makan." perintah Steven.
Mereka akhirnya menikmati sarapan bersama, setelah selesai Veronica pamit untuk mandi sedangkan Kevin dibawa Steven ke ruang santai.
"Aku akan kembali bekerja tuan." ujar Kevin.
"Duduklah terlebih dahulu, bukankah kau sangat penasaran pada hubunganku dan orang tuamu." kata Steven. "Panggil aku om saja." sambungnya.
Kevin duduk bersamanya, Kevin terus menatap wajah Steven. Dari ia kecil sampai dewasa, ia sama sekali tak pernah melihat pria itu. Jika memang ia teman baik orang tuanya, bagaimana mungkin ia tak pernah melihat wajah itu.
"Sebelum ayah dan ibumu menikah, aku sudah di Inggris. Itulah mengapa kau tak pernah melihatku." ujar Steven.
Kevin terbelalak, bagaimana ia bisa tahu isi pikirannya.
"Kau mungkin bingung, karena terus menatap wajahku. Tapi selama puluhan tahun memang kami tak pernah bertemu lagi. Aku benar benar teman orang tuamu, aku akan kembali ke Indonesia untuk menemui mereka. Jadi jangan katakan apapun sekarang, aku ingin membuat kejutan pada mereka." sambung Steven.
"Papi memiliki teman dan kolega bisnis ratusan orang bahkan mungkin ribuan, tapi aku benar benar tak pernah melihat anda. Itulah mengapa aku bingung. Tapi tentu saja aku percaya jika anda teman orang tuaku karena anda mengenal nama mereka dengan benar." ujar Kevin.
"Aku mungkin akan lama di Indonesia karena sebenarnya bisnisku disana, putriku tak pernah mau meninggalkan negara ini, jadi aku tak bisa membawanya. Pada saat itu bisakah aku meminta bantuanmu?" tanya Steven.
"Jika aku bisa, tentu saja." jawab Kevin.
Steven tersenyum. "Aku hanya ingin kau terus menjaga putriku dan mengawasinya. Jangan biarkan keluarga ibunya mengambilnya dariku. Mungkin mantan istriku akan melakukan segala macam cara untuk membawanya karena ia keturunan bangsawan Inggris. Bisakah kau membantuku?".
Permintaan Steven sangat berat bagi Kevin, mungkin menjaga wanita itu bisa. Tapi melawan bangsawan Inggris, mana mungkin ia lakukan karena ia hanyalah tamu di negara ini.
"Kau tenang saja, putriku memang tak mau bersama ibunya. Tapi ia tak bisa melawan sendirian. Aku percayakan putriku padamu." sambung Steven.
"Apa yang papi lakukan, tuan Kevin atasanku. Bagaimana ia bisa diminta menjagaku." ujar Veronica bergabung bersama mereka.
Wanita itu sangat cantik dengan rok pendek dan blus ketatnya.
"Aku bisa melakukannya karena kau karyawanku." jawab Kevin.
"Berhentilah mengatakan hal yang tidak perlu pi, aku akan berangkat bekerja sekarang. Ayo tuan." ajak Veronica.
Kevin berdiri lalu pamit pada Steven. Steven tersenyum licik saat keduanya sudah keluar.
"Sangat mudah membalas dendam, sepertinya putramu mulai jatuh cinta pada putriku Amor. Jika kau pernah membuatku malu, maka aku akan melakukan hal yang sama pada putramu. Lihat saja nanti, kau akan menyesal telah membuatku menggila." gumam Steven.
Kevin dan Veronica sudah berada di luar.
"Anda lebih baik kembali ke Novotel tuan, aku bisa naik taksi. Maaf soal ayahku." ujar Veronica.
"Apa maksudmu, bukankah kau akan bekerja?" tanya Kevin.
Veronica mengangguk. "Anda benar, tapi aku tak ingin membuat kehebohan di Novotel setelah turun dari mobil anda. Terima kasih karena telah membantuku." jawabnya.
Kevin menarik tangan Veronica dan mendudukkannya ke dalam mobil. Veronica kesal sekali dengan sikap arogan pria itu.
"Diamlah, duduk dengan tenang. Kau pikir aku akan membiarkanmu berangkat naik taksi disaat aku berada disini dengan tujuan yang sama denganmu. Diam atau aku akan menciummu." ancam Kevin.
Seketika Veronica terdiam, ia tak ingin pria itu menciumnya lagi. Kevin menancap gas mobilnya menuju Novotel. Setelah hampir sampai Novotel, Kevin menepikan mobilnya di jalan sebelum pintu masuk hotel itu.
"Turunlah, jika kau tak ingin orang lain tahu." perintah Kevin.
Veronica turun dari mobilnya, ia ingin berterima kasih tapi Kevin sudah menancap gas mobilnya lagi dengan cepat.
"Dasar pria arogan gila. Ingin sekali aku mencekik lehermu." teriaknya kesal.
Veronica menghela nafasnya, ia melihat situasi kanan dan kiri lalu berjalan kaki menuju Novotel, untung saja tak ada satupun karyawan yang melihatnya keluar dari mobil Kevin. Ia akan melanjutkan percobaan meracik makanan dengan satu bahan. Ia harap tak terlalu sibuk hari ini di restoran. Dan bisa segera lepas dari pria arogan itu.
*****
Happy Reading All...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Athallah Linggar
Di inggris ada orang gila rupannya,steven nmnya🤣🤣🤣🤣🤣
2023-01-05
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
ehhh tak kira tadi dah insyaf , malahan mau balas denda. anak" nggak tau mass lalu kalian. kenapa jadi korban nya coba 🙄
2022-09-26
0
Wulandari
Hem entah gimana kelanjutan hubungan mereka setelah tau ortu nya mereka saling bermusuhan
2021-07-23
0