Veronica terus berpikir sambil menyiapkan makanan untuk Kevin, ia masih bingung mengapa ayahnya tiba tiba setuju dengan pekerjaannya. Padahal sebelumnya, ayahnya sangat marah padanya dan ingin membawanya pulang ke Indonesia.
"Benarkan chef?" tanya Clinton. "Chef, apa anda mendengarku?" ujarnya.
"Ah, kenapa?" tanya Veronica.
"Ya ampun chef, dari tadi aku berbicara ternyata anda sedang melamun." kata Clinton.
"Maafkan aku Clinton, aku sedang memikirkan ayahku. Mengapa ia tiba tiba berubah setelah berbicara dengan tuan Kevin." ujar Veronica.
"Itulah yang dari tadi aku tanyakan, apakah ayah anda berasal dari Indonesia sama seperti tuan Kevin." ujar Clinton.
Veronica mengangguk. "Benar Clinton, ayahku orang Indonesia. Tapi ibuku orang Inggris."
"Benarkan kalau ibu anda seorang bangsawan." kata Clinton.
"Lupakan saja apa yang kau dengar." jawan Veronica.
"Seisi hotel mendengar ucapan ayah anda chef, ayah anda berteriak." ujar Clinton lagi.
"Aku tak ingin membahasnya Clinton, aku masih bingung mengapa ayahku berubah." ujar Veronica.
"Mungkin karena tuan Kevin berasal dari negara yang sama dengan ayah anda. Atau mungkin juga tuan Kevin bisa meyakinkan ayah anda." jawab Clinton.
Veronica menggeleng. "Aku tak tahu, tapi senyuman ayahku tadi justru membuatku bergidik. Aku sangat tahu sikapnya, aku merasa ada sesuatu yang direncanakannya."
"Berpikirlah positif chef, ia ayahmu. Mana mungkin akan membuat putrinya tak bahagia." kata Clinton.
Veronica mengangkat bahunya. "Baiklah aku harus kembali ke kandang singa, ia sudah kelaparan."
Clinton tertawa mendengarnya, mereka sudah tahu apa yang terjadi antara Kevin dan Veronica. Clinton hanya merasa kasian pada Veronica yang harus menghadapi pria kasar seperti Kevin.
Veronica mengetuk pintu kamar Kevin, pria itu tak menjawab. Veronica membuka pintunya, ternyata tak terkunci. Ia masuk sambil mendorong troli makanannya.
"Tuan Kevin, makanan anda sudah siap." ujar Veronica sambil mencari keberadaan Kevin.
Veronica mendekati kamar tidurnya dan mendapati pria itu tertidur dengan lelap. Ia menghela nafasnya, ia sangat ingin tahu apa yang dibicarakan pria itu dengan ayahnya tadi. Tapi ia tak berani membangunkan Kevin sekarang.
"Bagaimana aku bisa tidur jika kau terus menatapku seolah ingin membunuhku." ujar Kevin seraya membuka matanya.
Veronica terbelalak. "Anda tidak tidur."
"Aku ketiduran, tapi terganggu dengan kehadiranmu. Kau juga sangat lama menyiapkan makananku." jawab Kevin.
"Maaf tuan Kevin, aku mandi dulu tadi." kata Veronica.
Kevin turun dari ranjangnya dan menghampiri troli makanan. Ia mulai mencicipi makanan yang dibuat Veronica.
"Kau tunggu apalagi, keluarlah..." bentak Kevin.
"Bukankah anda ingin aku merawat anda." ujar Veronica gugup.
"Aku belum membutuhkanmu sekarang." jawab Kevin datar.
"Kalau begitu aku bisa merapikan tempat tidurmu." pinta Veronica.
Kevin menyelidik. "Bukankah kau seorang chef, kau aneh sekali. Jika kau ingin tahu soal aku dan ayahmu, jawabannya tidak ada apapun. Bahkan aku belum sempat meyakinkan ayahmu, tapi ayahmu tiba tiba setuju kau melanjutkan pekerjaan sebagai chef disini."
"Tapi bagaimana mungkin, ia sangat sulit diajak bicara tuan Kevin." kata Veronica masih tak percaya.
"Tanya sendiri pada ayahmu, sudah sana keluar. Kau mengganggu makanku saja." usir Kevin.
Dengan kesal Veronica menghentakkan kakinya dan segera keluar dari kamar Kevin. Kevin tersenyum licik, ia berhasil membuat wanita itu kesal sekarang.
"Sebentar lagi, kau akan semakin enggan meninggalkan kamar ini Vero. Kau pasti mulai jatuh cinta padaku. Lihat saja..." pikir Kevin.
Kevin melanjutkan makannya lagi, terlalu siang untuk sarapan tapi terlalu cepat untuk makan siang. Entahlah, ia sedang menikmati makan pagi atau siang.
*****
Veronica melanjutkan pekerjaannya, ia semakin kesal setelah diusir Kevin dari kamarnya, padahal sebelumnya pria itu memintanya untuk merawatnya.
"Apa yang kau pikirkan Vero, bukankah lebih baik kau jauh jauh dari pria arogan itu." gumamnya sendiri. "Tapi kenapa aku sangat kesal, ini pasti karena ulah papi juga." sambungnya.
"Sepertinya mood mu semakin buruk chef." ujar Clinton.
"Mungkin karena aku lelah Clinton. Ingin sekali aku pulang dan tidur dengan nyenyak di rumah." jawab Veronica.
Clinton merasa kasihan pada chef cantiknya. "Pulanglah lebih awal, aku akan mengatasi pekerjaan hari ini."
"Terima kasih Clinton, tapi sepertinya aku tak bisa pulang lebih awal. Pria arogan tapi manja itu ingin aku merawatnya. Jika saja bukan karena kesalahanku, mungkin aku sudah lari darinya." ujar Veronica.
Clinton tertawa. "Aku tak bisa membayangkan seperti apa tuan Kevin saat dilempar vas bunga olehmu."
"Jangan mengejekku Clinton, jika bukan karena emosi, aku tak mungkin melakukannya."
"Aku tahu chef, tapi anda sangat berani. Untung saja tuan Kevin memaafkannya." jawab Clinton.
Veronica menghela nafasnya. "Entahlah, ini keberuntunganku atau malah sebaliknya. Aku kadang takut berhadapan dengan pria kasar itu."
"Untung saja tuan Kevin sangat tampan." goda Clinton.
"Ciiih, apa gunanya tampan jika sikapnya seperti itu." ujar Veronica sambil mengedikkan tubuhnya.
Clinton terkekeh. "Sebenarnya kalian sangat cocok, anda cantik dan tuan Kevin..."
"Tidak akan..." potong Veronica. "Kau semakin tidak jelas saja Clinton." sambungnya membuat Clinton kembali tertawa.
Keduanya melanjutkan pekerjaan mereka, seperti biasa tamu hotel sangat ramai mengunjungi restoran. Veronica memang chef terkenal disana, sehingga para tamu akan berbondong-bondong mengunjungi restoran hanya untuk makan masakan chef Vero atau hanya sekedar ingin melihatnya saja.
Pak Leo menghampiri dapur. "Mengapa anda masih disini chef?" tanyanya.
"Lalu aku harus kemana pak, dapur memang tempatku bekerja." jawab Veronica.
"Bukan itu maksudku, tapi pak Petter menghubungiku barusan, katanya sudah saatnya tuan Kevin mengganti perban di dahinya dan meminum obatnya. Tapi sejak tadi ia sama sekali tak melihatmu menuju kamarnya." jawab pak Leo.
"Oh ya ampun, apa pak Petter sekarang mengawasiku dari kamera cctv. Aku bisa gila..." ujar Veronica kesal.
"Aku pikir pak Petter melakukannya dengan benar chef, tuan Kevin adalah pemilik Novotel. Pak Presdir menitipkannya disini, jika terjadi hal yang buruk padanya dan pak Presdir sampai mengetahuinya, maka nasib Novotel akan..." kata pak Leo lalu mengangkat tangannya ke leher.
"Sialan..." umpat Veronica tanpa sadar.
Pak Leo dan Clinton akhirnya tertawa melihat wajah Veronica. Wanita itu terlihat antara takut dan kesal. Tapi Veronica segera meninggalkan mereka kembali menuju kamar Kevin.
"Lagi lagi aku harus bertemu dengannya, padahal baru saja aku bernafas lega." gumam Veronica.
Veronica kembali mengetuk pintu kamar Kevin, kali ini pria itu menjawabnya.
"Siapa...?" ujar Kevin.
"Aku chef Vero tuan, sudah waktunya anda minum obat." jawab Veronica.
Kevin membukakan pintunya. "Kau perhatian sekali, padahal aku bisa minum obat sendiri. Apa kau merasa bersalah atau kau mulai..."
"Ini perintah pak Petter." potong Veronica kesal.
"Baiklah, ini perintah pak Petter. Kau memang harus merawatku." ejek Kevin.
Veronica mengambil kotak obat, Kevin tahu wanita itu akan mengganti perban di dahinya jadi ia segera duduk di sofa. Wanita mengganti perbannya dengan lembut tapi saat ia menempelkan plester, Veronica menekannya kuat-kuat membuat Kevin kesakitan. Veronica tersenyum, ia merasa puas sekarang, tapi ia merasa aneh mengapa Kevin hanya meringis tapi tak marah padanya.
Veronica melihat wajah pria itu, ternyata Kevin sedang menatapnya. Keduanya saling bertatapan.
"Kau cantik Vero..." pikir Kevin.
"Sayang sekali pria tampan seperti ini memiliki sikap arogan, kasar tapi manja." pikir Veronica.
"Ingin sekali aku menciummu lagi, tapi sepertinya aku akan melukai kepalaku jika melakukannya." pikir Kevin lagi.
"Jika saja kau bisa lembut, mungkin aku bisa jatuh cinta padamu. Tapi sayang sekali itu tak terjadi sekarang." pikir Veronica lagi.
Keduanya saling menyadari lalu segera membuang muka masing-masing. Veronica dengan gugup mengambil obat Kevin dan air minumnya. Kevin menerima obat itu lalu meminumnya.
"Jika tidak ada hal lain, aku harus kembali bekerja." ujar Veronica.
"Aku tunggu saat makan malam." jawab Kevin.
"Tapi tuan, aku sudah mengatakannya..."
"Aku tak mau orang lain." potong Kevin.
Veronica kembali dibuat kesal, ia keluar meninggalkan kamar Kevin dan membanting pintunya dengan kasar. Hanya tawa Kevin yang terdengar saat melihat reaksi wanita itu.
*****
Happy Reading All...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
pandang' an ..nanti anu lho. 🤭
2022-09-25
0
Wulandari
Kevin ceo paling rese ,
2021-07-23
0
🌸 andariya❤️💚
lanjutkan thor semangat 💪
2021-07-03
1