Kekesalan Veronica

Veronica terus mengumpat di dapur restoran, bahkan ia berkali-kali membanting alat dapur sehingga membuat suara gaduh disana. Clinton terus kebingungan melihat chef nya. Tapi karena mereka sedang sibuk, bukan waktu yang tepat buat Clinton bertanya pada wanita itu.

Setelah mengantarkan makanannya ke kamar pemilik Novotel, wajah chef Vero sangat marah dan kesal.

"Sepertinya terjadi sesuatu pada chef Vero, apa tuan Kevin benar benar menakutkan." pikir Clinton.

Veronica memberikan makanan terakhir pesanan tamu pada Clinton. "Aku akan bersiap siap pulang." ujar Veronica.

Clinton mengangguk. "Baik chef, tapi boleh aku tahu apa yang terjadi pada anda chef?" tanyanya.

"Antarkan makanan itu dulu, nanti aku ceritakan." jawab Veronica.

Clinton mengangguk lagi, ia segera memberikan makanan itu pada pelayan restoran. Clinton segera kembali ke dapur, karena ia sangat penasaran dengan cerita chef Veronica.

"Kau tahu, ini sangat menyebalkan. Pria yang aku harap tak akan menemuinya lagi, ternyata adalah pemilik Novotel dari Indonesia." ujar Veronica sebelum Clinton bertanya.

"Maksudmu pria yang merebut sandwich di mini market itu." kata Clinton.

Veronica mengangguk. "Dan benar benar menyebalkan Clinton, ia pria terkasar yang pernah aku temui. Pria itu bahkan menganggapku hanya seorang pelayan room, ia menghina masakanku. Ia bilang makanannya basi dan dingin. Yang lebih menyebalkan lagi, ia memintaku melayaninya di kamar."

"Ya Tuhan itu buruk sekali. Apa pria itu benar benar sudah gila." ujar Clinton.

"Bukan hanya gila, tapi ia sombong sekali. Ia mengancam akan memecatku." kata Veronica.

Clinton terkejut. "Lalu apa yang akan anda lakukan chef?" tanyanya.

"Aku sangat menyukai dunia ini Clinton, aku tak akan menyerah begitu saja. Aku tak mau keluar dari pekerjaan yang aku sukai ini." jawab Veronica.

Clinton menghela nafasnya dengan lega. "Syukurlah anda tidak menyerah."

"Maaf chef, tuan Kevin meminta anda melayani makan malamnya." tiba tiba Cleo masuk.

"Aku tak bekerja malam, dan aku menunggumu sejak tadi untuk mengganti makanannya. Mengapa kau baru datang sekarang?" tanya Veronica.

"Maaf chef, aku membantu di depan. Dan troli makanannya tak jadi dibawa, tuan Kevin memintaku untuk meninggalkannya." jawab Cleo.

"Apa maksud pria itu?" tanya Veronica lagi.

"Sepertinya ia hanya mengerjai anda chef." kata Clinton dan Cleo setuju dengan ucapan Clinton.

Veronica kembali mengumpat. "Sepertinya ia sangat dendam padaku."

"Kata tuan Kevin, ia tak mau dibantah. Anda harus membawa makan malamnya langsung." ujar Cleo lagi.

"Aku akan menemui pak Leo." jawab Veronica seraya meninggalkan mereka.

Veronica menemui pak Leo dan mengatakan semua keluhannya, tapi jawaban pak Leo tak diharapkannya, ia harus melayani Kevin Pranadja selama pria itu di Inggris. Gajinya akan ditambahkan, dan Veronica diharapkan bisa membantu pemilik Novotel itu merubah sikapnya.

Veronica kembali ke dapur dan memakai bib apronnya lagi. Clinton memperhatikan Veronica dengan prihatin.

"Jangan bertanya, kau sudah tahu jawabannya." ujar Veronica.

"Maaf chef, bersabarlah sedikit. Ini hanya beberapa bulan saja." kata Clinton.

"Aku harap pria itu hanya beberapa hari bukan beberapa bulan, ya ampun menyebalkan sekali." jawab Veronica.

Clinton turut menyesal, ia membantu Veronica menyiapkan makan malam Kevin Pranadja.

*****

INDONESIA

Amora masih menekuk wajahnya, ia sangat kesal atas keputusan suaminya membuat putra sulungnya menderita, ia berkali-kali menghubungi Kevin tapi ponselnya terus saja di luar jangkauan.

"Jangan seperti ini sayang, sejak semalam sampai pagi ini kau terus diam." ujar Dion.

"Aku tak ingin bicara padamu." jawab Amora.

Dion menghela nafasnya, ia tahu ini akan menyakiti istrinya. Tapi ini cara satu satunya agar putra mereka tak melakukan apapun yang ia mau.

"Aku hanya ingin putra kita berubah Amor, kita terlalu memanjakannya. Ia akan baik baik saja, mereka tetap akan merawat Kevin dengan baik disana. Ini hanya sandiwara agar Kevin bisa berubah." ujat Dion lagi.

"Aku tahu, tapi menjadikan Kevin hanya seorang manager itu sangat menyakitinya. Novotel, Sheraton, Kurnia semuanya milik keluarga Pranadja. Bagaimana kita bisa menjadikan putra kita hanya karyawan biasa." kata Amora kesal.

"Apa yang dilakukan papi sudah benar mi." ujar Kairo masuk bersama Amila.

"Awalnya aku sangat marah karena kalian mengirim kak Kevin tanpa mengatakannya padaku terlebih dahulu. Tapi setelah aku pikirkan, ini cara agar kak Kevin berubah mi." sambung Amila.

"Syukurlah kalian datang, papi bingung menenangkan mami kalian." kata Dion.

Kairo dan Amila duduk di dekat Amora. Mereka mulai menenangkan ibu mereka.

"Kak Kevin harus belajar dari nol mi, ia harus merasakan sulitnya merintis pekerjaan itu. Selama ini ia dibesarkan kalian, dan langsung menjadi pewaris utama hotel yang kita miliki. Sikap arogannya harus diubah menjadi lebih baik. Ia harus menjadi seperti kalian yang sangat rendah hati." kata Kairo.

"Mami hanya khawatir Kai, bagaimana kalau kakak kalian semakin memberontak. Ia sekarang sulit dihubungi." ujar Amora.

"Ponsel Kevin hancur karena ia melemparkannya ke dinding. Itu yang aku dengar dari pak Michael." jawab Dion.

"Lihatkan mi, kak Kevin masih berbuat semaunya." ujar Amila.

"Kalian benar, mungkin aku terlalu mengkhawatirkannya." ujar Amora.

Kairo dan Amila mengecup pipinya. "Kami sangat menyayanginya mi."

"Mami tahu itu sayang." jawab Amora.

"Dimana si kembar?" tanya Kairo.

"Mereka sedang bersiap siap untuk ke sekolah, sebentar lagi mungkin mereka turun." jawab Amora.

Benar saja, si kembar turun dari kamarnya dan menghampiri mereka. Gioni dan Giana memeluk mereka satu per satu.

"Kita sarapan bersama." ajak Dion.

Si kembar menekuk wajahnya. "Kami tak mau makan tanpa kak Kevin." ujar mereka.

"Baiklah kalau begitu, mami juga tak mau makan jika kalian tak makan." ancam Amora.

Si kembar kesal, mereka merajuk tapi keduanya menarik ibunya menuju ruang makan membuat yang lain tertawa melihatnya. Mereka semua sarapan bersama, mereka menatap kursi kevin yang dibiarkan kosong. Untung saja si kembar kembali ceria dan bisa mencairkan suasana.

Setelah sarapan, Kairo dan Amila pamit bekerja dan mereka juga izin mengantarkan Gio dan Gia ke sekolah. Dion memeluk pundak istrinya saat anak anak mereka sudah berangkat semua.

"Apa kau masih marah sayang?" tanya Dion.

Amora menatap suaminya lalu menggeleng. "Maafkan aku pi." jawabnya.

Dion membawa Amora ke ruang santai. "Seharusnya aku mengatakan rencanaku dari awal padamu, tapi aku yakin kau akan marah jika aku mengatakannya terlebih dahulu. Maafkan aku sayang, semua yang aku lakukan demi anak anak kita, terutama Kevin. Ia adalah putra pertama kita yang sangat membuatku semakin mencintaimu Amor. Mami Diana dan papi sangat mendukung keputusanku. Mereka juga ingin cucu pertama mereka menjadi pria baik." ujarnya.

"Aku hanya khawatir pada Kevin pi, aku takut ia tak bisa menahannya disana." kata Amora.

Dion menarik kepala istrinya agar bersender dibahunya. "Aku tahu perasaanmu sayang, tapi kau tak perlu khawatir. Karyawan Novotel termasuk pak CEO akan menjaganya dengan baik, mereka hanya berpura pura keras saja. Kevin tetap putra kita, tetap pemilik utama Novotel."

Amora mengangguk, ia lebih tenang sekarang. Ia berharap putra mereka bisa berubah menjadi lebih baik seperti yang diharapkan.

*****

Happy Reading All...😘

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***