Kerinduan Kevin

"Kau dalam masalah besar chef." ujar Clinton.

"Apa yang terjadi? Mengapa tiba tiba tuan Frans memukul tuan Kevin?" tanya pak Leo.

Veronica menggeleng. "Aku tak tahu persis, tadi aku menemui Frans seperti biasa. Tiba tiba tuan Kevin datang, dan menyuruhku kembali bekerja karena masih jam kerja. Selanjutnya aku tak tahu lagi."

"Pria gila itu tiba tiba memukul pangeran Novotel." ujar seorang wanita.

"Iya benar, aku melihat sendiri pria tadi menyerang pangeranku." ujar wanita yang lain.

Pak Leo akhirnya tertawa, ia tertawa karena mendengar panggilan baru buat Kevin Pranadja. "Pangeran Novotel" itulah kata mereka.

"Chef, temuilah tuan Kevin. Selebihnya aku akan mengurusnya." perintah pak Leo.

Veronica mengangguk, ia kembali ke dapur untuk mengambil kotak obat dan makan siang Kevin. Entah apakah Kevin mau menerima kehadirannya sekarang, yang jelas Veronica harus bertanggungjawab atas kejadian ini. Wanita itu terus menekan bel pintu tapi Kevin tak mau membukanya.

"Tuan Kevin, aku chef Vero. Aku mohon buka pintunya, anda belum makan siang." ujar Veronica.

"Tak perlu, aku tak lapar. Kau urus saja calon suamimu itu, sialan pria gila itu mematahkan hidungku." teriak Kevin.

"Anda perlu obat tuan, aku mohon bukalah." pinta Veronica lagi.

"Aku bilang tak perlu." teriak Kevin lagi seraya melemparkan sesuatu pada pintu membuat Veronica terkejut.

Veronica berbalik dan hampir menabrakkan trolinya pada Michael. "Ah maaf pak." ujarnya.

"Apakah tuan Kevin baik baik saja?" tanya pak Michael.

Veronica menggeleng. "Ia tak mau membuka pintunya."

Michael menghela nafasnya. "Baru seminggu, sudah banyak sekali yang terjadi. Jika pak Presdir tahu putranya terus terluka, habislah kita semua. Aku akan mencoba berbicara dengannya."

Michael mengetuk pintu kamar Kevin.

"Jangan ganggu aku." teriak Kevin.

"Ini aku Michael. Bisakah kita bicara tuan Kevin." tanyanya.

"Tidak sekarang." ujar Kevin.

"Baiklah, jika anda lapar hubungi kami." ujar Michael. Pria itu menyuruh yang lain meninggalkan kamar Kevin.

Di kamar ternyata Kevin sedang menangis, pria arogan itu ternyata merindukan keluarganya, seperti apapun sikapnya tapi ia tetap ingin dekat dengan ibu ayah dan adik adiknya. Ia sangat merindukan adik kembarnya.

"Mami, apakah aku tak layak di dekat kalian. Aku merindukan kalian semua. Aku ingin pulang, aku tak suka disini. Aku tak pernah dipukul dan disini aku sudah dilukai 2 kali." gumamnya sambil menangis.

"Mengapa kalian sama sekali tak menanyakan kabarku, walaupun ponselku hancur, kalian pasti tahu nomor telepon kamarku." ujarnya lagi.

Kevin terus menunduk di samping ranjangnya, bukan sakit pada wajahnya yang ia rasakan saat ini tapi hatinya lah yang lebih sakit. Ia merasa diasingkan di negara lain hanya karena sikap arogannya, padahal ia merasa semua keputusannya untuk Novotel selalu benar.

*****

Sudah 3 kali, Veronica mengunjungi kamar Kevin tapi pria itu masih menolak untuk membuka pintunya. Ia sangat khawatir pada luka di wajahnya itu.

Veronica meminta kunci cadangan kamar Kevin pada bagian HRD tapi ia ragu untuk masuk tanpa izin pria itu, ia takut Kevin akan semakin marah padanya.

Tapi pria itu bahkan melewatkan makan siangnya, membuat Veronica semakin khawatir.

"Tuan Kevin." panggilnya. "Apakah aku boleh masuk sekarang?" tanya Veronica.

Tak ada suara apapun yang terdengar di dalam kamar. Veronica menghela nafasnya lalu memaksa masuk ke dalam. Ia menginjak pecahan vas bunga dengan sepatunya.

"Ya Tuhan, pria ini benar benar marah." pikirnya.

Veronica mencari keberadaan Kevin, ia terkejut saat melihat pria itu sedang menundukkan kepalanya di samping ranjang sambil memeluk kedua lututnya. Veronica segera menghampirinya pria itu.

"Tuan Kevin anda baik baik saja kan?" tanya Veronica.

Pria itu bergeming, tapi suara isakan terdengar oleh Veronica, pria itu sedang menangis membuat Veronica terkejut. Ia segera berlutut di depan Kevin.

"Tuan." ujarnya sambil mengguncang tubuh Kevin.

Kevin masih diam saja, tapi ia tiba-tiba memeluk Veronica dan kembali menangis. Pria yang terkenal arogan, kasar dan kuat itu berubah menjadi anak kucing dari seekor singa. Veronica menenangkannya, ia tak berbicara dan bertanya apa yang terjadi.

"Tak mungkin pria ini menangis karena di pukul, sebenarnya apa yang terjadi." pikir Veronica.

Cukup lama Kevin memeluk wanita itu, setelah ia mulai tenang, Kevin melepaskannya.

"Keluarlah." usirnya. "Jangan katakan pada siapapun tentang apa yang kau lihat hari ini." pintanya.

Veronica menggeleng. "Aku akan keluar setelah mengobati lukamu."

"Tak perlu, aku sudah biasa terluka disini." jawab Kevin.

"Bagaimanapun ini semua kesalahanku tuan Kevin, aku selalu membuat anda marah."

"Lupakan saja chef, aku terlalu mencampuri urusanmu." jawab Kevin.

"Setidaknya izinkan aku mengobati luka anda." pinta Veronica.

Kevin menatap wanita itu dengan tajam. "Apa kau mau mengejekku setelah kau tahu aku pria yang cengeng?" tanyanya.

Veronica menggeleng. "Aku sama sekali tak membahas soal itu." ujarnya seraya menarik Kevin agar duduk di atas ranjangnya.

Veronica mulai mengobati luka di wajah Kevin, mereka saling bertatapan. Kedua jantung mereka berdebar semakin keras. Tangan wanita itu mulai gemetar saat ia mengendalikan detak jantungnya. Sadar akan sikap Veronica, Kevin memegang tangannya.

"Aku sudah baik baik saja, lanjutkan pekerjaanmu." perintahnya dengan lembut.

Veronica menarik tangannya, ia cepat cepat membereskan kotak obatnya. "Aku membawa makanan untuk anda."

"Aku tak lapar." jawab Kevin.

"Anda harus makan tuan Kevin." sahut Michael.

Pria itu masuk dengan asistennya. "Maaf kami tak menjaga anda dengan baik disini, kami sangat menyesal." ujar Michael lagi.

Kevin tersenyum, untuk pertama kalinya mereka melihat pria itu dengan senyuman yang tulus. "Aku bukan anak kecil lagi yang harus dijaga, semua yang terjadi padaku karena aku pantas mendapatkannya."

Michael menggeleng. "Anda membuat Novotel menjadi lebih baik selama seminggu terakhir, aku bisa melihat cara kerja anda. Pak Presdir mengembalikan jabatan anda sebagai seorang CEO perwakilan Indonesia."

Tawa Kevin meledak, ia seperti mainan untuk ayahnya. "Aku tak membutuhkan jabatan itu, aku tetap akan menjadi seorang manager disini. Kalian boleh keluar sekarang." perintahnya seraya merebahkan tubuhnya di ranjang.

Michael terkejut dengan ucapan Kevin, pria itu menolak jabatan tingginya padahal dari awal ia menginginkan itu. Ia terpaksa menghubungi Dion setelah kejadian tadi, Dion sangat terkejut karena putranya terluka 2 kali padahal belum sampai sebulan. Dion bahkan murka karena dua masalah itu terjadi karena chef Veronica dan meminta Michael agar wanita itu menjauhi putranya. Dion juga meminta Michael untuk mengembalikan fasilitas Kevin yang sebenarnya agar putranya lebih dihormati orang lain.

Sikap arogan Kevin masih belum berubah tapi menolak jabatan CEO membuat Michael harus melaporkannya lagi ke Dion. Mereka akhirnya keluar dari kamar itu.

"Chef Vero temui aku di kantorku." ujar Michael.

Veronica terkejut sekaligus takut, ia tak ingin berhenti bekerja karena masalah ini. Ia menganggukkan kepalanya. Ia kembali ke restoran untuk menaruh kotak obat dan merapikan dirinya sebelum menemui pak Michael.

*****

Hai para Readerku tersayang, maaf atas keterlambatan up. Cerita ini akan aku lanjutkan karena aku telah menyelesaikan novel sebelumnya.

Happy Reading All...😘😘😘

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ

🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ

Kevin aku kesetrum nih, ikutan nangis 🤭 semoga setelah ini Kevin. bisa berubah

2022-09-27

0

Fransiska Siba

Fransiska Siba

aku mau punya kakak kayak Kevin sayang sama adik2nya

2022-07-25

0

Wulandari

Wulandari

kok jadi kaya gini yah
makin ribet aja 😤😤😤😤
kalo Vero di keluarin yg ada si singa nya makin menjadi² tuh

2021-07-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!