Bab 20

☂️☂️☂️

Brak...

Suara benda terjatuh, Denis langsung keluar dari kamar mandi dan mencari keberadaan Mira. Dia ingin bertanya benda apa yang terjatuh tadi, tapi ternyata yang jatuh bukanlah sebuah benda melainkan Mira.

Denis berlari menuju Mira yang sedang terkapar dilantai, matanya tertutup tapi bibirnya masih mengeluarkan kalimat kecil.

"Mas, kepalaku pusing sekali," ucap Mira.

"Sayang, kamu kenapa?" Denis khawatir.

"Kepalaku sakit sekali, tubuhku juga tiba tiba lemas," keluh Mira.

"Kita pergi ke Dokter sekarang ya."

Denis menggendong Mira dan membawanya keluar dari kamar, melihat Mira digendong Rossa berteriak panik.

"Denis, apa yang terjadi pada putriku?" Tanya Rossa.

"Aku tidak tau Bu, tiba tiba saja dia pingsan," ucap Denis sambil terus berlari menuju mobil.

Jarak rumah sakit dari rumah Mira lumayan dekat, setelah menempuh perjalanan 30 menit mereka bertiga tiba di rumah sakit. Mira dimasukan ke ruang UGD sementara Denis dan Rossa menunggu di depan pintu.

"Padahal tadi dia baik baik saja, kenapa bisa pingsan seperti itu?" Rossa merasa terheran heran.

"Aku akan mengabari Ayah, dia pasti belum sampai rumah,"

"Jangan nak, besok saja mengabarinya. Ini sudah malam, aku tidak enak padanya,"

"Ya sudah kalau begitu."

Hampir satu jam lamanya Mira diperiksa oleh Dokter, hati Dimas merasa cemas dan khawatir. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Denis tidak akan sanggup menerima dan menghadapi semua.

Matanya berkaca kaca, dia teringat pada istri pertamanya yang meninggal dunia. Dia tidak mau hal itu terjadi pada Mira, kehilangan istri untuk kedua kalinya bukanlah sesuatu yang bisa dia terima begitu saja.

Ceklek...

Pintu kamar UGD terbuka, seorang Dokter keluar dari dalam ruangan itu.

"Dok, bagaimana keadaan istriku? Dia sakit apa?" Tanya Denis bertubi tubi.

"Dia baik baik saja saat ini. Darahnya rendah, asam lambungnya juga naik. Sepertinya beberapa terakhir dia kurang istirahat dan telat makan,"

"Iya Dok, semua salahku. Aku kurang memperhatikannya,"

"Istri anda akan dipindah keruang rawat inap, dia harus dirawat intensif selama beberapa hari,"

"Lakukan saja yang terbaik Dok, yang penting istriku sembuh." Ujar Denis.

Mira dipindahkan ke kamar VIP, Rossa terus menggenggam tangan anaknya tanpa pernah melepasnya. Dia menangis, dia khawatir dan ketakutan. Takut kalau Mira pergi menyusul Ayahnya.

"Bu, berhentilah menangis. Aku sudah baikan," pinta Mira. Telinganya mulai pegal mendengar suara tangis Ibunya yang begitu meraung raung.

"Aku sudah bilang padamu, jangan telat makan, jangan kurang istirahat, tapi kamu tak mengindahkannya!" Oceh Rossa.

"Ayolah Bu, kita baru saja berduka. Wajar kalau aku tidak doyan makan dan tidak bisa tidur, aku masih sedih karena Ayah pergi," ucap Mira.

"Lain kali jangan begini lagi ya, Ibu benar benar takut," ucap Rossa.

"Iya, Ibu tenang saja. Hal ini tidak akan terjadi lagi." Janji Mira pada Ibunya.

Denis mengelus rambut Mira, dia menatap istrinya penuh cinta. Dia merasa bersalah karena kurang tegas dan perhatian pada Mira, sampai Mira akhirnya jatuh sakit. Denis berjanji pada dirinya sendiri kalau mulai detik itu juga dia akan lebih ketat mengawasi Mira. Dan semua demi kebaikan istri kesayangannya itu.

***

Esok harinya, Bayu dan Bagas pergi menjenguk Mira di rumah sakit. Mereka sengaja tidak mengajak Mala agar tidak membuat masalah dan keributan disana. Bagas berbohong akan pergi ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan pokok, padahal dia mampir menjenguk mantan kekasihnya.

Bayu dan masuk ke dalam kamar, mereka melihat Denis sedang menyuapi Mira dengan telaten. Ada bekas bubur diujung bibir Mira, Denis mengelapnya dengan lembut.

Meski mencoba untuk bersikap biasa saja nyatanya Bagas masih cemburu. Hatinya terasa panas dan jengkel. Apa Denis sengaja melakukan hal itu di depannya agar Bagas merasa cemburu? Begitu kira kira pikiran Bagas saat ini.

"Mira, bagaimana keadaanmu nak?" Tanya Bayu. Dia menaruh sebuah parcel berisi buah buahan diatas meja.

"Ayah, aku baik baik saja. Ayah kenapa kesini? Siapa yang mengabari kalau aku ada disini?" Mira sedikit terkejut.

"Denis mengabarinya. Memangnya kenapa aku tidak boleh kesini?" Ucap Bayu.

"Bukan begitu, aku takut Ayah kelelahan. Jarak rumah Ayah ke rumah sakit kan lumayan jauh," tegas Mira.

"Kamu memang menantu yang perhatian ya, beda dengan istri Bagas," celetuk Bayu.

Bayu cemberut, dia tidak suka istrinya dibandingkan dengan Mira. Walaupun Mira lebih baik dari Mala, tapi Mala tetaplah istrinya yang harus dia bela saat ada yang mengejeknya.

"Ayah, tolong jangan buat aku malu di depan Mira dan Kak Denis," bisik Bagas lirih pada Bayu.

"Memang kenyataanya begitu bukan?" Celetuk Bayu.

Bagas hanya diam saja kali ini, percuma bicara. Toh orang tua itu selalu merasa kalau dirinya benar. Melihat pasangan anak dan Ayah itu berdebat, Mira hanya tersenyum kecil.

"Nak,cepat sehat ya. Siapa tau setelah ini kita akan mendapat kabar baik," Bayu mengukir senyum secerah mentari pagi.

"Maksud Ayah?" Mira menaikan alisnya sebelah.

"Dulu istriku juga pernah pingsan karena sakit, seminggu setelahnya ternyata dia hamil. Siapa tau kamu sedang angkatan hamil," lanjut Bayu.

"Mana mungkin bisa langsung hamil? Kami baru melakukannya sekali. Kalau memang benar langsung hamil maka Denis jos sekali," batin Mira sambil melirik kearah suaminya.

"Ayah, jangan bahas soal itu dulu. Biarkan Mira sembuh dan vit dulu." Sela Denis.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!