Bab 5

☂️☂️☂️

"Sial, dia punya body yang jauh lebih bagus dan lebih menarik daripada mantan kekasihku," batin Mira sambil menepis ingatan tentang roti sobek yang dia lihat semalam.

Mira bukanlah wanita mesum, hanya saja dia pemuja hal hal indah dan langka. Misalnya roti sobek dan otot otot besar milik Dimas itu.

Tiba tiba saja Mira berpikir, berapa kali Dimas nge-gym dalam seminggu, makanan dan suplemen apa yang dia konsumsi setiap hari sampai tubuhnya terbentuk sempurna seperti itu. Ini gila, dalam balutan duka dan patah hati Mira masih saja sempat memikirkan pria lain. Dan pria itu adalah Denis, suaminya.

"Nak, apa yang sedang kamu pikirkan?" Tanya Rossa yang tiba tiba muncul dari balik pintu.

"Aku tidak sedang memikirkan apapun," Mira berbohong. Meskipun begitu, Mira tak bisa menyembunyikan pipinya yang bersemu merah karena memikirkan soal body Denis yang bagus dan menarik perhatiannya.

Lucu jika Mira menjawab dengan jujur kalau dia sedang memikirkan body bagus milik suaminya, pasti Mira akan ditertawakan oleh Ibunya. Atau malah digoda dan dituduh kalau Mira telah jatuh hati pada pria yang dia nikahi karena terpaksa itu.

"Bersiaplah sayang, hari ini kamu dan Denis akan pergi ke rumah orang tua Denis. Ibu sudah menyiapkan semuanya, termasuk makanan dan kue yang akan kamu bawa ke sana," pinta Rossa sambil membelai lembut rambut putrinya.

"Jaga sikapmu dengan baik disana, jangan membuat Ayah dan Ibu malu. Pak Bayu sudah sangat baik dan bertanggung jawab pada keluarga kita," lanjut Rossa. Mira hanya menjawab semua pesan Ibunya dengan beberapa kali anggukan saja.

Mira pergi ke kamarnya, dia menemui Denis yang ternyata sedang mengemasi beberapa barangnya. Tanpa bertanya, Mira sudah tau kalau Denis akan mengajaknya menginap disana untuk waktu yang lumayan lama.

"Kita akan tinggal disana untuk berapa hari?" Tanya Mira terus terang.

"Senyaman kamu saja, aku tidak akan memaksakan kamu tinggal disana terlalu lama. Aku cukup tau kalau wanita banyak yang merasa kurang nyaman tinggal seatap dengan mertuanya, apa lagi Ayahku itu super cerewet," sahut Denis.

Pria pengertian, jauh berbeda dengan Bagas adiknya yang selalu saja maunya dimengerti. Entah dimana pria itu sekarang, Mira berharap dia sudah tewas ditelan ikan hiu atau diserang oleh sekawanan orang gila di tengah jalan.

Selesai mengemasi barang barangnya, Mira dan Denis berpamitan pada Rossa juga Rudi. Mereka melaju menuju kediaman Bayu mengenakan mobil sport kesayangan Mira. Selera Mira dalam hal kendaraan sangat bagus, Denis mengakui hal itu.

"Mira, tolong pelan kan mobilnya. Aku tidak mau mati sia sia, aku bahkan belum sempat ikut nyalon presiden," ceplos Denis saat Mira memacu kendaraanya dengan kecepatan tinggi.

"Ayolah Mas, jangan aneh aneh. Pakai acara mau nyalon presiden segala, tidak akan ada yang mau memilihmu!" Ucap Mira asal.

"Sembarangan saja kalau bicara, ganteng ganteng begini juga idola bagi Ibu Ibu komplek." Denis menekuk wajahnya karena kesal. Sementara itu Mira hanya tertawa geli saja melihat ekspresi wajah suaminya yang cukup menggemaskan.

***

Tiba dirumah Bayu, Mira dan Denis keluar dari dalam mobil. Denis menenteng dua buah koper, sementara Mira menenteng sebuah ranjang berisi makanan dan sebuah parcel berisi buah buahan.

Bayu menyambut kedatangan keduanya dengan hangat, berpisah selama kurang lebih satu Minggu dengan Denis putra kesayangannya membuat Bayu merasa rindu. Entah hanya perasaanya atau bagaimana, dia melihat pipi Denis terlihat lebih gembul dari biasanya.

"Apa yang kamu bawa sayang?" Tanya Bayu pada Mira.

"Ini masakan buatan Ibu, rasanya enak loh Pak," sahut Mira sambil senyum malu malu.

Rumah Bayu tak kalah dengan rumah Rudi, kedua rumah itu sama sama besar dan mewah. Yang membedakan adalah rumah Bayu terasa lebih sepi karena anak anaknya jarang ada dirumah, istrinya telah tiada, dan dia tidak memiliki seorang cucu.

Mira langsung menata makanan yang dia bawa ke meja makan, dia berusaha untuk tidak canggung dan menganggap rumah Denis seperti rumahnya sendiri.

"Ayah, apa Ayah sudah tau kemana Bagas pergi?" Tanya Denis pada Ayahnya. Tentunya dia bertanya saat Mira sedang berada cukup jauh dari mereka.

"Belum, tapi Ayah sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya," sahut Bayu.

"Aku menebak dia kabur dengan wanita lain. Kalau tebakanku ini benar, tolong jangan beri tahu Mira, aku takut dia terpukul dan tambah stres," pinta Denis pada Ayahnya. Akan sangat merepotkan kalau Mira sampai benar benar stres, tidak sedang stres saja seperti itu, apa lagi kalau dia stres?

"Tenang saja, aku akan menyembunyikan hal itu rapat rapat. Tapi ngomong ngomong, kamu sudah mulai peduli padanya ya? Ada apa ini? Apa kamu mulai menyukainya?" Bayu tertawa renyah. Dia senang menggoda Denis karena putranya yang satu itu paling tidak suka digoda.

"Ah, bukan begitu. Aku hanya sedang belajar menerima kalau pernikahanku dan dia adalah suratan takdir," ucap Denis.

Prang...

Bunyi sesuatu jatuh ke lantai. Denis langsung berlari kearah dapur karena menghawatirkan keadaan Mira istrinya.

Tiba di dapur, Denis melihat Mira sedang berjongkok diatas kursi dengan tubuh gemetar dan keluar keringat sebesar biji jagung dari keningnya. Jelas sekali Mira sedang ketakutan, tapi dia sedang takut karena apa?

"Mira, ada apa?" Denis mendekati Mira dan menyentuh pundaknya.

"Ada kecoak disana, aku takut kecoak," ucap Mira.

"Hanya kecoak saja, begitu saja takut," Denis menggeleng gelengkan kepalanya.

"Kecoak nya berkepala botak, aku geli," lanjut Mira.

"Memangnya sejak kapan kecoak memiliki rambut gondrong? Ada ada saja kamu. Tunggu disini, aku akan menyemprot kecoak itu dengan pembasmi serangga."

Denis baru sadar, wanita memiliki sisi lemah dalam dirinya walaupun dia berusaha untuk selalu tampil kuat. Mungkin karena itu manusia diciptakan berpasangan, agar bisa saling melengkapi kekurangan dan saling menjaga satu sama lain.

Mira, wanita angkuh dan keras kepala itu ternyata memiliki ketakutan terlebih pada kecoak. Padahal, dia terlihat sangat tegar dan kuat saat Bagas kabur dan meninggalkan dia dihari pernikahan mereka. Denis ingin heran, tapi begitulah wanita. Penuh dengan misteri yang perlu waktu lama untuk bisa mengetahui dan memahaminya.

Denis memungut kecoak yang sudah tewas dengan beberapa lembar tisu dan membuangnya ke tempat sampah, entah mengapa dia terlihat keren dimata Mira saat melakukan hal itu. Padahal, apa yang dilakukan Dimas biasa saja, tidak ada istimewanya.

"Kecoak nya sudah mati, dia tidak akan mengganggumu lagi," ucap Denis sambil mengambil tutup panci yang tadi dijatuhkan Mira saat melompat keatas kursi.

"Terimakasih." Mira meringis dan menunjukan gigi gigi putihnya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Fi Fin

Fi Fin

ceritanya bagus tokoh cewej nya ga lemah trs cowok nya jg ga jahat cenderung lucu malah , tp kok konenya sepi ya

2024-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!