☂️☂️☂️
Usai melaksanakan ijab qobul, Mira dan Denis menyalami tamu undangan. Beberapa diantara mereka mengucapkan selamat, sisanya mencemooh dibelakang.
Kenapa mempelai prianya diganti? Apa mempelai prianya melarikan diri menjelang pernikahan? Mira bisa mendengar semua kasak kusuk itu dengan jelas. Dia menangis sedih, tapi Denis bersikap biasa saja seakan tak peduli dengan perasaanya saat ini.
Jujur saja, saat ini Mira merasa sangat gugup. Dia harus menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan berkali kali untuk menghilangkan rasa grogi sekaligus menahan tangisnya agar tidak pecah.
"Mira, kamu kuat. Kamu pasti bisa melewati segalanya dengan baik," ucap Mira pada dirinya sendiri.
Pesta pernikahan selesai, tamu undangan satu persatu meninggalkan tempat acara. Kedua mempelai diantar oleh salah satu anggota keluarga memasuki kamar mereka untuk beristirahat.
Apa yang sedang Denis pikirkan saat ini? Malam pertama? Berada didalam sebuah kamar tertutup bersama dengan seorang wanita cantik memang membuat tubuhnya merinding disko. Terlebih, sudah lama dia tidak merasakan sentuhan perempuan.
"Aku tidak suka berbagi tempat tidur," celetuk Denis.
"Maksud Kakak, aku harus tidur di sofa?" Mira menatap kedua bola mata Denis.
"Bukan begitu, aku hanya..." Kata kata Dimas terpotong.
"Sudahlah, jangan bertele tele. Aku akan melakukan apapun yang Kakak mau, sebagai tanda terimakasih karena Kakak sudah menuruti keinginanku untuk menikah. Kakak tidur di kasur, aku yang akan tidur di sofa." Ucap Mira.
Mira masuk ke dalam kamar mandi, saat ini dia membutuhkan sentuhan air dingin untuk mendinginkan hati dan isi kepalanya yang sudah panas sejak tadi. Dia masih terus memikirkan bagaimana calon suaminya bisa kabur dihari pernikahan. Apa dia memiliki wanita lain? Apa Mira tidak layak untuk dijadikan seorang istri?
Diluar sana, banyak pria yang rela antri dan berebut seorang Mira. Tapi Bagas malah menyia-nyiakannya begitu saja. Mira tidak akan tinggal diam, dia akan balas dendam dan membuat Bagas menyesal.
"Mira, bisa cepat sedikit? Perutku mulas," teriak Dimas dari luar kamar.
"Iya, tunggu sebentar." Sahut Mira.
Mulai detik ini dan seterusnya, Mira harus belajar berbagi sesuatu dengan pria asing itu. Mulai dari kamar tidur, kamar mandi, dan esok mereka harus berbagi apa tidak ada yang tau.
***
Kepala Denis sejak tadi merasakan cenat cenut. Bagaimana tidak? Dia melihat Mira memakai pakaian tidur super tipis nan seksi berbaring manja diatas sofa. Hanya pria tidak normal saja yang tidak tertarik saat melihatnya, Denis mulai berpikir kalau Bagas adiknya adalah pria yang bodoh.
"Aku harus memanggil Kakak dengan sebutan apa? Nama atau Mas?" Tanya Mira tiba tiba.
"Panggil aku Mas saja, terdengar lebih umum dan lebih sopan," sahut Denis sambil menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut.
"Baiklah, Mas Denis. Aku mau mau mengajak Mas untuk berdiskusi. Aku mungkin sudah resmi menjadi istrimu Mas, tapi aku belum siap untuk melakukan itu. Mas tau apa yang aku maksud bukan?"
"Tenang saja, aku bukan tipe pria yang suka menyerang duluan. Aku tidak akan menyentuhmu, kecuali kamu yang memintanya. Lagi pula, kamu sama sekali bukan tipeku," ucap Denis.
Mira mendelik, dia sedikit tersinggung dengan kata kata yang keluar dari mulut Denis. Bukan tipenya katanya? Memang didunia ini ada wanita yang mau menjadi tipe wanita ideal pria kasar dan selalu mau menang sendiri seperti dia? Mira rasa tidak ada.
"Asal kamu tau ya Mas, kamu juga bukan tipe pria idealku!" Ucap Mira ketus.
"Benarkah? Berarti kamu memiliki selera buruk." Denis sedikit menahan tawa diujung bibirnya.
Selesai berdebat, Mira beranjak dari atas sofa dan mematikan lampu kamar. Dia mengambil sehelai selimut dari dalam lemari dan kembali berbaring diatas sofa berbulu abu abu kesayangannya.
Malam pertama Mira dan Denis berlalu begitu saja, tidak ada hal istimewa yang terjadi diantara keduanya. Entah sampai kapan pernikahan tanpa dasar cinta itu akan terjalin, yang jelas dua manusia itu telah memasrahkan semuanya kepada sang pemilik hidup.
***
Sementara itu dikamar lain...
Rossa sedang duduk dengan perasaan kacau dan khawatir. Putrinya baru saja menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia cintai dan tidak mencintainya. Rumah tangga macam apa yang akan mereka bina jika tidak berlandaskan cinta?
Bagaimana jika nanti pernikahan Mira dan Denis hanya bertahan seumur jagung? Mira akan menjadi seorang janda juga mendapat pandangan miring dari sanak saudara dan tetangga. Ujung ujungnya, nama baik keluarga mereka akan buruk juga.
"Sayang, kenapa kamu terlihat murung?" Tanya Rudi. Dia duduk tepat disisi istrinya.
"Apa keputusan kita untuk merestui pernikahan Mira dan Denis itu tidak salah?" Rossa memandang suaminya dengan tatapan ragu.
"Sepertinya tidak. Aku kenal lebih dulu dengan Denis daripada dengan Bagas atau Bayu Ayahnya. Dia pria baik, terpandang dan tidak pernah memiliki skandal buruk," ucap Rudi.
"Tapi, kenapa Mira tiba tiba setuju menikah dengan Denis ya? Apa dia ingin membalas dendam pada Bagas?"
"Sepertinya begitu,"
"Lalu, kenapa Denis mau menikah dengan Mira? Padahal, awalnya dia menolak,"
"Sudahlah Bu, jangan berpikir terlalu berat. Mungkin Denis adalah jodoh yang telah Tuhan siapkan untuk Mira."
Rossa dan Rudi berpelukan, mereka saling menguatkan satu sama lain. Meski terlihat santai, sebenarnya Rudi tak terima dengan perlakuan Bagas pada Mira. Rudi berencana untuk menyelidiki penyebab Bagas kabur dari acara pernikahan dan memberi hukuman yang layak untuk Bagas karena telah membuat Mira patah hati.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments