☂️☂️☂️
Mira pergi ke tempat kost Niken, remaja itu kuliah di pinggiran kota dan kost disana. Niken terkejut melihat kedatangan saudarinya yang tiba tiba, tanpa memberi pesan atau kabar terlebih dahulu.
Perasaan Niken berubah jadi tidak enak saat melihat wajah sedih Mira. Sudah pasti ada sesuatu yang penting yang ingin Mira utarakan lantaran dia sudah jauh jauh datang ke tempat Niken.
"Apa aku boleh tanya tentang Mala?"
"Tentu saja,"
"Dimana Kakakmu sekarang?"
"Dia bekerja di luar kota, sudah satu tahun ini dia tidak pulang ke rumah. Menghubungi keluarga saja jarang sekali,"
Mira tersenyum sinis, tentu saja Mala tidak mau pulang ke rumah. Dia tidak mau keluarga dan teman temannya tau kalau dia sedang hamil diluar nikah bersama kekasih Mira. Apa lagi saat ini Mala sedang hamil tua.
"Boleh tidak aku minta nomor ponselnya? Nomor yang aku punya sudah tidak aktif,"
"Dia memang sering ganti ganti nomor, nanti aku kirim kan ya,"
"Oke,"
"Kakak mau makan? Nanti aku carikan,"
"Tidak perlu, aku mau langsung pulang, aku takut suamiku mencari ku. Aku tidak bilang kalau aku mau berkunjung ke sini."
Mira keluar dari tempat kost Niken setelah berhasil mendapatkan nomor ponsel Mala. Beberapa tanda tanya besar bergelayut di benak Niken. Untuk apa Mira meminta nomor ponsel Mala? Apa telah terjadi sesuatu diantara mereka berdua?
Sementara itu dirumahnya, Denis mondar mandir seperti setrikaan di depan pintu utama. Dia cemas dan khawatir pada keadaan Mira, waktu sudah menunjukan pukul 22.00 malam tapi wanita itu belum juga pulang ke rumah.
Bagaimana jika dia kesasar dan tidak hafal jalan pulang ke rumah ini? Bagaimana jika sesuatu telah terjadi padanya? Berbagai pikiran buruk mulai hinggap di kepala Denis.
Sebuah mobil masuk ke halaman rumah Denis, mobil itu berhenti dan Mira keluar dari dalamnya.
"Dari mana saja kamu?" Tanya Denis.
"Aku dari butik Mas," sahut Mira.
"Kenapa pulangnya malam sekali?"
"Aku mampir makan makan dulu dengan teman,"
"Lain kali kalau mampir mampir beri aku kabar dulu, jadi aku tidak khawatir!" Denis merasa kesal.
"Tapi aku tidak punya nomor telfon rumah ini, Aku juga tidak punya ponsel Mas," Mira dan mau disalahkan begitu saja.
"Hah... Ya ampun. Masuk, ini sudah malam!"
"Iya."
Suami istri macam apa sebenarnya mereka, bahkan nomor kontak masing masing saja tidak punya. Inilah dampak jika menikah tanpa pendekatan terlebih dahulu, tau tau nikah saja.
Denis membuka dompetnya, dia mengeluarkan sebuah kartu nama kepada Mira. Tak hanya itu, Denis juga memberikan sebuah kartu ATM pada Mira.
"ATM ini untuk apa? Aku juga punya," ucap Mira dengan polosnya.
"Aku tau kamu wanita sukses yang punya banyak uang, tapi aku suamimu, aku tetap wajib memberi nafkah padamu. Ambil ini, beli apapun yang kamu mau, termasuk ponsel baru. Tapi ingat, bijaklah menggunakan uang,"
"Iya, terimakasih."
***
Malam semakin larut, listrik tiba tiba saja padam. Mira melompat dari atas sofa sambil menjerit histeris. Kaget mendengar jeritan Mira, Denis buru buru keluar dari dalam kamar mandi untuk menemui wanita itu.
"Ada apa Mira?" Tanya Denis.
"Aku takut gelap," sahut Mira sambil memeluk erat tubuh Denis.
Dag... Dig... Dug...
Jantung Denis dibuat tak karuan oleh Mira, dia bisa menghirup aroma tubuh istrinya dari dekat. Sangat harum, benar benar harum dan memabukkan.
"Tapi kamu berani keluyuran malam hari?" Lanjut Denis sedikit ragu. Tubuhnya sedikit merasa gugup karena Mira mendekapnya dengan begitu kuat.
"Tapi kan diluar terang, banyak lampu tidak gelap gulita seperti ini," kilah Mira.
Denis membawa Mira keatas ranjang, dia meminta Mira untuk duduk diam sementara Denis mencari senter di laci meja.
Ceklek...
Senter menyala, cahaya remang remang menghiasi ruangan cukup besar itu. Meski sudah tidak gelap, Mira tetap saja merasa takut tidur sendirian diatas sofa. Bagaimana nasibnya malam ini? Apa boleh kalau dia minta tidur satu ranjang dengan Denis? Ah, tidak. Bisa jatuh harga diri Mira jika minta hal itu duluan.
"Kalau takut, tidurlah di ranjang bersamaku. Tenang saja, aku tidak akan macam macam padamu," Denis berbaik hati pada istrinya.
"Mas tidak keberatan?" Mira sedikit ragu.
"Tidak."
Mira memantapkan hati untuk tidur satu ranjang dengan Denis. Meski kasar pria itu lumayan baik, jadi dia pasti tidak akan mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Mira berbaring diatas ranjang, Denis membagi selimutnya dengan Mira. Bau keringat pria yang maskulin langsung menyeruak masuk ke hidung Mira.
"Semoga saja dia tidak macam macam padaku," batin Mira.
"Jangan lupa berdoa sebelum tidur, agar terhindar dari mimpi buruk," pesan Denis.
"Iya." Sahut Mira singkat.
Waktu berganti, malam berubah jadi siang. Cahaya mentari masuk ke dalam kamar melalui ventilasi udara memaksa Mira bangun dari tidurnya.
Perlahan Mira membuka mata, dia merasa tangannya sedang menyentuh sesuatu yang kenyal juga sedikit keras. Mira sadar, dia sedang tidur satu ranjang dengan Denis, jangan jangan tangannya itu? Mira segera melirik kearah bawah, dan ternyata dugaannya benar. Tangannya sedang berada diatas tongkat sakti milik pria yang masih mendengkur disisinya.
Menggelikan, bagaimana bisa tangan Mira bisa nakal seperti itu? Untung saja Denis masih tidur, kalau tidak, bisa mati Mira karena serangan rasa malu.
Perlahan, Mira menarik tangannya dan menjauhkannya dari benda keramat itu. Mira turun dari ranjang dan bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus menenangkan hatinya yang sudah seperti balon yang mau meletus.
"Mira, sejak kapan kamu berubah jadi wanita gatal? Benar benar memalukan!" Maki Mira pada dirinya sendiri.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Fi Fin
hadeeh mira tangannya gatal 😂😂
2024-05-12
0