Bab 18

☂️☂️☂️

Ting... Tong...

Suara bel menggema, Siska dan Niken harus menunggu beberapa saat sampai seseorang muncul untuk membuka pintu.

Ceklek...

Terdengar suara kunci dibuka, lalu pintu itu dibuka lebar oleh sang pemilik rumah. Sosok Bayu muncul, dia kaget saat melihat kehadiran besannya yang sudah berwajah judes dari lahir.

"Eh, Bu Siska, Niken, mari masuk," ajak Bayu. Bayu masuk kerumah, Siska dan Niken mengekor di belakang.

"Mana Mala Pak?" Tanya Siska. Dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan putri pertamanya.

"Ada di dalam, aku akan panggilkan," ucap Bayu.

Bayu naik ke lantai atas, dia memanggil Mala dan Bagas untuk turun. Tak lama, sosok wanita berperut besar muncul berbarengan dengan Bagas.

"Itu Kakak Bu," ucap Niken sambil menunjuk ke suatu arah.

Siska memperhatikan Mala, wajahnya terlihat kusut dan tubuhnya sedikit kurus. Dia beranggapan menikah dengan pria kaya akan membuat bahagia, tapi ternyata tidak semudah itu. Terlebih dia menikah dengan pria hasil merebut calon suami saudari sendiri.

Mala melirik kearah Ibunya, dia tak menyangka wanita galak dan cerewet itu mau datang menjenguknya. Sejak awal, dia tidak suka Mala menjadi kekasih gelap Bagas, tapi nyatanya hubungan itu terus berlangsung bahkan sampai Mala mengandung.

Mala menyalami Ibunya, Siska sempat membuang muka. Tapi Niken mencoba untuk mengingatkan janjinya ketika masih di dalam Taxi tadi.

"Bu, bagaimana kabarmu?" Tanya Mala.

"Baik," sahut Siska singkat.

Niken yang merasa rindu pada sang Kakak langsung memeluk Mala, juga mengelus perut besarnya beberapa kali. Ada gerakan kecil dari dalam sana, membuat telapak tangan Niken terasa geli.

"Dia bergerak," Niken melompat senang.

"Tentu saja, dia sudah tumbuh besar. Beberapa minggu lagi dia akan lahir ke dunia ini," ucap Mala.

Bagas menyalami Siska kemudian duduk di sisi wanita itu. Dia ingin bicara dari hati ke hati dengan wanita itu agar bisa menjalin hubungan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Bu, aku mau minta maaf kepadamu. Aku..." Omongan Bagas tercekat saat Siska mengangkat tangannya sebelah dengan angkuh.

"Jangan bahas soal itu lagi, aku tidak mau mood ku rusak hari ini," ucap Siska. Bagas terdiam, dia tidak berani membuka mulutnya lagi.

"Ngomong ngomong, bagaimana keadaan Mira Bu Siska? Aku belum sempat kesana untuk menjenguknya," sambung Bayu.

"Dia baik baik saja, hanya saja dia masih terlihat begitu terpukul dan sedih. Semoga saja dia selalu sehat, karena dari kemarin dia tidak mau makan, minum pun hanya sedikit," tutur Siska.

Ada rasa sedih dihati Bagas saat mendengar cerita itu, dia menundukkan wajahnya dan hal itu dilihat oleh Mala secara langsung.

"Bisa bisanya dia memasang wajah sedih untuk wanita lain di depanku, menyebalkan sekali dia!" Batin Mala.

***

Denis sedang memasak salah satu makanan kesukaan Mira, yaitu sup janda. Dia berharap dengan lauk itu Mira mau makan walaupun hanya sedikit.

Aroma masakan menyeruak kemana mana, Mira tak sengaja menciumnya dan perut tipisnya tiba tiba keroncongan. Dia sadar, sejak kemarin belum makan apapun. Mira langsung bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju dapur.

Denis sedang memasak disana, gayanya memasak sangat mirip dengan almarhum Ayahnya. Rindu pada sang Ayah bisa sedikit terobati, karena kini dia telah memiliki koki pengganti yaitu Denis suaminya.

"Hallo Nona muda, sudah bangun toh. Mari makan, makannya sudah siap," ucap Denis sambil menarik sebuah kursi untuk istri tercintanya.

"Ibu mana Mas?" Tanya Mira.

"Kamu makan saja dulu, biar aku panggil Ibu," ucap Denis sambil membelai pucuk kepala Mira.

Tak lama, Denis kembali dengan Rossa dibelakangnya. Dia tersenyum kecil karena Mala sudah mau makan, bahkan makannya lumayan banyak.

"Aku masak banyak spesial untukmu, makanlah yang banyak agar tubuhmu sehat dan kuat," ucap Denis.

"Dari mana kamu tau kalau Mira suka dengan sup buntut?" Rossa penasaran.

"Dari Ayah, segala hal tentang dapur, Mira dan Ibu sudah diceritakan kepadaku semuanya oleh Ayah. Aku pikir dia hanya sedang ingin berbagi cerita saja, tak taunya itu adalah pesan terakhirnya," wajah Denis berubah jadi sedih.

"Ayah pria perhatian," ucap Mira.

"Dan dia adalah suamiku. Aku berjanji dalam hidupku aku tidak akan menikah lagi sampai ajal menjemputmu," janji Rossa pada dirinya sendiri.

Suasana makan siang hari itu sedikit berbeda dari biasanya, sepi, hening, tak ada canda dan tawa Rudi. Baru ditinggal pergi dua hari, tapi mereka sudah merasa rindu pada sosok ramah dan murah senyum itu.

Tidak ada yang tau kapan umur akan berakhir, selama nyawa masih dikandung badan, berbuat baiklah pada orang lain. Terutama pada keluarga dan orang orang terdekat kalian.

Selesai makan, Mira kembali ke kamarnya. Dia berniat untuk istirahat karena tubuhnya masih sangat lemas, sejak kemarin dia menangis, dan ternyata menangis cukup menguras energi dan tenaga juga.

"Mira, cepat bangkit ya. Jangan terus menerus bersedih, aku akan selalu ada untukmu," Denis menggenggam tangan Mira dan menciumnya.

"Mas, terimakasih kamu sudah baik sekali kepadaku. Aku merasa beruntung karena telah memiliki suami seperti kamu," Mira tersenyum lebar.

"Benarkah? Kenapa aku tidak percaya ya? Bukannya kamu sangat membenci aku?" Ledek Dimas.

"Itu dulu, kalau sekarang beda lagi." Mira dan Denis tertawa bersama.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!