Ditempat yang berbeda,
Disudut ruang sempit, Bayu merasakan malam yang berbeda, tubuhnya yang lelah, hatinya yang patah dan jiwanya yang terbelah.
Entahlah, Dia sendiri tak tahu bagaimana cara menguasai hati dan pikirannya yang masih saja terus memikirkan Ica.
Keputusan yang diberikan Ica secara sepihak dan mendadak membuat Bayu benar-benar terpukul.
"Ica... Apa kamu saat ini masih memikirkan Aku? Apa kamu masih mengingat Aku? Atau sekarang kamu tengah berbahagia menikmati masa-masa pengantin baru kamu?"
Lirih Bayu, sembari meraih botol air mineral disampingnya dan mereguknya.
Besok adalah hari terakhir Bayu berada di tempat ini, tak terasa 3 Minggu sudah ia berada disini berteman dengan luka dihatinya.
Lusa ia akan pulang, rasa rindunya membuncah, rindu semua tentang Umi, rindu rumah, rindu kuliah, namun semua itu tak bisa mengalahkan rasa penasaran dalam hatinya tentang Ica, tentang keputusan sepihak yang ia ambil,
Tekatnya sudah bulat, begitu sampai dirumah ia akan segera menemui Ica, ia tak akan mengganggu rumah tangga Ica jika itu adalah pilihannya, ia hanya ingin meminta penjelasan tentang keputusan yang terkesan mendadak itu.
Ada apa dan mengapa itu bisa sebegitu mendadaknya, hanya itu saja.
Penjelasan itu mungkin akan membuatnya bisa sedikit lebih tenang dan bisa menerima.
Waktu yang dinantikan akhirnya tiba,
Selepas subuh, Bayu segera berkemas dan bersiap kembali ke kota bersama Bang Igo.
Ditengah perjalanan,
"bay,, lu sebenernya kenapa sih? Kenapa gak mau cerita sama gua tentang masalah lu,, 3 Minggu disini kerjaan lu cuma ngelamun,, malas makan, malas ngomong, lu ngaca!! Lihat badan lu,, 3 Minggu udah sekurus ini!! Kaget Mak lu ntar!!"
Oceh Bang Igo sambil tetap fokus dengan setirnya.
Bayu menoleh Bang Igo sembari tersenyum, lalu menarik nafas dan menghembusnya perlahan.
"Begini bang, pacarku menikah,, dijodohkan orang tuanya dengan orang berdasi"
"Ahh... Ya Tuhan... Jadi cuma gara-gara itu bikin lu setengah gila gini!! Santai ajalah Bay, itu artinya dia bukan jodoh Lu!! Susah sama yang model begitu,, sayangnya gak tulus!!"
Bayu mengusap wajahnya,
"Sudahlah Bay,, move on kawan!! Lu ganteng,, lu juga pintar,, Gua yakin, suatu saat lu juga bisa berdasi,, dan disaat itulah keluarga cewek lu bakal menyesal menolak lu!!"
Lagi-lagi Bayu hanya tersenyum.
Sampai dirumah,
"Assalamualaikum Umi...."
Melihat pintu terbuka, Bayu segera masuk dan mencari Uminya di dapur.
Terlihat Umi sedang memasak, segera Bayu mendekat dan memeluk Umi Hasanah dari belakang.
Karena tau putra semata wayangnya akan pulang hari ini, Umi Hasanah sengaja masak banyak sekali makanan demi menyambut putra mahkotanya.
"Allahu Akbar!! Bayu... Umi sampai kaget!!"
"Lagian Umi, pintu kok gak di tutup? Kalo yang masuk penjahat gimana?"
"Oh iya... Umi lupa"
Ujar Umi Hasanah menepuk jidat.
"Tapi... Tunggu-tunggu, coba Umi lihat,, sini... Sini"
Umi Hasanah menarik lengan Putranya,
"Kok kamu kurus banget sih Bay.. Kamu sakit?!Cemas Umi Hasanah.
"Enggak kok Umi,, Bayu sehat kok,, ehm... Kemarin sempat sakit emang, tapi cuma demam biasa, Umi jangan khawatir gini ya..."
"Ya Allah Bay, Hem.... Ya udah, yuk kita makan.. Umi sudah masak, kamu pasti rindu masakan Umi kan??"
Umi Hasanah menuntun Bayu ke meja makan.
******
Sore hari di kediaman Brama,
Ica baru selesai mandi dan duduk di sofa depan menunggu Brama pulang kerja.
Sebagai seorang Istri, Ica selalu memberikan pelayanan terbaik, selalu berusaha menjadi Istri yang baik untuk Brama.
Terdengar deru mobil berhenti, Ica beranjak dan segera membuka pintu.
Tak ada sambutan ramah dari wajah Brama ketika melihat Ica di depan pintu yang menyambutnya pulang,
Brama masuk tanpa memperdulikan Ica yang tersenyum kepadanya.
Segera ia berjalan masuk kedalam kamar, dan bergegas mandi.
Ica menghela nafas, lalu menyusul Brama kedalam kamar untuk menyiapkan baju ganti dan menunggu di tepi tempat tidur.
Tak berapa lama, Brama keluar kamar mandi menuju lemari pakaian lalu memilih deretan pakaian yang tergantung rapi.
Melihat itu,
"Ini Bram, sudah Aku siapkan"
ujar Ica menunjuk baju yang ia pilihkan.
Sekilas menoleh Ica,
"Aku mau pergi, mana mungkin pakai baju itu Ca"
Jawabnya datar.
"Kamu mau kemana lagi? Setiap hari selalu keluar,, kan baru pulang"
"Aku mau ketemu teman-teman , Aku udah janji mau nongkrong bareng"
Jawabnya.
"Mau nongkrong lagi? Setiap hari kamu selalu alasan nongkrong sama teman-teman kamu,, ingat Bram,, kamu bukan lajang lagi,, kamu sudah punya istri!
Ketus Ica.
"Loh, emangnya kenapa Ca,, kalau sudah menikah? Gak ada larangannya kok,, lagian kamu kenapa jadi ngatur-ngatur Aku"
Jawab Brama sengit.
"Aku ini istri kamu Bram,, Aku berhak ngelarang kamu,, Aku bukannya ngatur"
"Ah.. udahlah,, Aku mau pergi!"
Brama melangkah keluar kamar.
"Bram!! Tunggu!! Aku mau ikut!!"
Ica mengejar Brama dan menarik lengannya.
"Kamu apaan sih Ca,, aneh-aneh aja!"
"Apanya yang aneh,, Aku Istri kamu,, dan Aku mau ikut!"
"Kamu Aneh!! Kamu mau buat Aku malu??!"
"Malu? Malu kenapa?"
Tanya Ica yang berdiri di hadapan Brama menghalangi jalannya.
"Mana ada, orang nongkrong sama teman-temannya ngajakin istrinya, malu-maluin aja! Udah ah,, gak usah bawel,, Aku pergi!!"
Brama meninggalkan Ica yang berdiri mematung mendapat perlakuan dari Brama barusan.
Tak lama terdengar deru mobil meninggalkan garasi mereka, Ica berjalan keruang tamu dan duduk dengan perasaan hancur.
Air matanya jatuh, mengingat pernikahan mereka yang belum sampai sebulan, yang seharusnya masih hangat- hangatnya pengantin baru, tapi itu malah tidak pernah Ica rasakan, perlakuan Brama semakin hari semakin jelas jika menikahi Ica hanyalah obsesinya bukan karena cinta dan ketulusan, belum lagi cekcok mulut yang hampir setiap waktu, semua hanya karena sikap Brama yang masih ingin bebas dan bersenang-senang dengan teman-temannya diluar sana membuat Ica selalu ditinggal sendiri hingga larut malam, bahkan jika libur tak jarang Brama akan pulang pagi.
Sementara untuk urusan suami istri, Brama akan melakukan sesuka hatinya tanpa peduli bagaimana dengan perasaan Ica,
Bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments