Ica beranjak, dan memeluk Papa Arif. Tangisnya semakin pecah ketika berada di dekapan Papa Arif.
"Papa tau yang kamu rasakan nak,, maafkan Papa"
Batin Papa Arif menyesal.
Dikediaman Brama,
"Wuidiihhh... Ini yang baru dinamakan Pucuk dicinta ulam pun tiba.. Hahhayyyy, Memang lah ya, kalau jodoh gak akan kemana, kalau udah ditakdirkan Ica buat Aku, meski berliku pasti ada aja jalannya"
Brama yang masih menggunakan jasnya mendatangi foto Ica yang tergantung didinding, Sambil menyelipkan tangan disaku celananya.
"Siapa sangka, sebentar lagi kamu akan menjadi nyonya Brama sayang... dan untuk itu semua Aku tak perlu pusing memikirkan cara nya, sebab kini orang tuamu sendiri yang menginginkan kita secepatnya menikah!"
Brama menyunggingkan sebuah senyum kemenangan.
Ia segera melepas jas dan beberapa kancing di kemejanya lalu berjalan keluar.
"Mi... Mami.... Mami!!"
Teriaknya mencari Mami Lena.
Sampai-sampai Jodi yang tengah bermain game online dikamarnya melongokkan kepala melihat apa yang sedang terjadi pada saudaranya.
"Hey....kamu apaan sih Bram, ngapain teriak- teriak didalam rumah?"
Mami Lena yg tengah asyik menonton drama korea merasa terganggu dengan berisiknya teriakan Brama barusan.
Sementara Papi Lukman yang sedang sibuk mengotak atik ponsel keluaran terbaru yang baru saja Dia beli cuma menaikan Alis dan mengambil nafas panjang kemudian lanjut dengan kesibukannya.
"Mi... Besok malam kita kerumah Ica ya..."
"Hah... Buat apa??"
Jawab Mami lena cepat.
"Ehmm...oh ya, sama Papi juga ya.."
Sambung Brama lagi.
"Kamu belum jawab, untuk apa kesana??"
"Untuk melamar!"
Jawab Brama singkat.
Mami Lena dan Papi Lukman terperangah mendengar jawaban singkat Brama barusan.
Begitupun dengan Jodi yang turut mendengar percakapan dari ambang pintu kamarnya.
"Pi... Aku sedang tidak salah dengarkan??"
Mami Lena menatap Papi Lukman yang buru-buru menggeleng.
"Kamu serius Bram??"
Mami Lena mengalihkan tatapannya pada Brama.
Brama mengangguk tersenyum mantap.
"Lamarkan Ica untuk Aku Mi.."
Ratap Brama memelas.
"Kamu yakin??"
Tanya Mami Lena lagi.
Brama mengangguk mantap.
Keesokan paginya,
Ica yang biasanya paling semangat ketika menangani event kantor, mendadak lesu.
Tak ada sedikitpun senyum yang tergambar di raut wajahnya.
Tepat pukul enam pagi, Brama datang menjemput.
Mama Sarah menyambutnya hangat.
"Pagi Tante..."
"Pagi Bram, gimana keputusan orang tua kamu Bram?"
Tanya Mam Sarah.
"Ehm, sudah saya bilang Tante.. eh tapi kok bisa secepat itu Ica berubah pikiran Tan, bukannya kemarin-kemarin Ica selalu menolak?"
"Oh.. itu, Pacarnya si Bayu dijodohkan orang tuanya, makanya tante ambil keputusan ini"
"Ehm... tapi apa Icanya mau Tan?"
Tanya Brama lagi.
"Sstttt.. itu bisa diatur,"
Mama Sarah dan Brama saling pandang dan melempar senyum.
Obrolan Mama Sarah dan Brama terhenti ketika Ica keluar menemui Brama.
"Pagi Sayang...."
Sapa Brama.
Sapaan tak biasa itu membuat Ica mendelik ke wajah Brama yang tersenyum sangat lebar.
Tanpa menjawab, Ica berjalan cepat meninggalkan Mama Sarah dan Brama menuju mobil dan segera masuk kedalam mobil.
Brama bergegas mengejar.
"Brangkat ya Tan..."
Brama melambaikan tangan kearah Mama Sarah seiring kaca mobil yang naik menutup jendela mobil.
Sepanjang perjalanan Ica hanya mematung diam membisu,
"Ca, nanti malam orang tuaku akan datang"
Ica menoleh Brama sesaat kemudian kembali memalingkan wajah tak peduli.
"Ca jujur ya.. Aku tuh seneng banget, akhirnya kamu mau membuka hati untuk Aku"
"Kamu salah Bram, semua ini bukan kemauanku, saat ini Aku sudah seperti boneka yang tengah dimainkan."
Tatapan Ica nanar.
"Ehm... Ca, jangan seperti ini donk, mungkin ini sudah menjadi takdir kita, dan jalannya adalah dengan perginya Bayu secara tiba-tiba dari hidup kamu,, dan kita sebagai Manusia hanya bisa menerima, kamu jangan sedih ya..."
Brama meraih jemari Ica dengan tangan kirinya, dan mengecupnya.
Ica memejamkan mata, seolah tengah berdamai dengan hati dan menerima takdir yang bukan kemauannya.
Satu jam perjalanan, mobil putih itu sampai dilokasi Event pameran buku akbar yang diadakan kantor penerbit tempat Ica dan Brama bekerja.
Suasana masih sepi, terlihat Beberapa Spg masih sibuk merapikan stand, dan beberapa staf terlihat mondar mandir disekitar lokasi.
"Pagi Ibu Ica.. Pak Bram..!"
Sapa Nindy dan Rudy yang ternyata sudah lebih dulu sampai dari mereka.
"Pagi juga Nin, Rud.. Ehm.. Pak Leo dimana ya..? Kalian Lihat??"
Ica celingak celinguk mencari keberadaan Atasannya.
"Sepertinya belum datang Bu, dari tadi belum kelihatan soalnya"
Jawab Nindy.
"Nah.. Panjang umur, itu baru sampai Bu"
Ujar Rudy menunjuk sebuah mobil silver yang bergerak pelan memasuki area parkir.
"Oh, iya.."
Jawab Ica mengangguk dan memilih menunggu di area stand.
"Pagi Pak Leo..."
Sapa Nindy dan Rudy ketika Pak Leo melintas.
"Iya.. selamat pagi juga... Yang semangat ya..."
Pak Leo berjalan menuju tempatnya.
"Pagi Pak,"
Sapaan Ica membuat Pak Leo menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Hey... Ica, selamat Pagi... sukses buat kamu ya..."
"Aminn, makasih Pak.. Ehm.. Saya mau bicara sebentar, bisa Pak?"
"Loh, sepertinya ada yang serius,, mau bicara apa Ca??"
Pak Leo menatap Ica dengan penuh tanda tanya.
"Ehm.. setelah pameran selesai, Saya berniat mengundurkan diri Pak"
Ucap Ica mantap, lain halnya dengan Pak Leo yang begitu terheran-heran dengan penuturan Ica barusan.
Bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments